Jepang dan Korea Selatan bergabung dengan A.S. untuk meningkatkan pertahanan rudal balistik


Khawatir oleh kemungkinan bahaya yang ditimbulkan oleh Kim Jong-un yang tidak bisa diprediksi, Korea Selatan [ROK] dan Jepang meningkatkan kerja sama mereka dengan Amerika Serikat untuk mengimbangi ancaman rudal balistik.

Perdana Menteri Shinzo Abe dari Jepang dan Presiden Park Geun-hye dari Korea Selatan semakin erat hubungannya dengan Amerika Serikat dalam menghadapi ancaman rudal yang berkelanjutan dari Korea Utara.

Pada akhir bulan April 2014, “konsep kerja sama trilateral muncul ke permukaan saat kunjungan Presiden [Barack] Obama ke Tokyo, ketika Penasihat Keamanan Nasional A.S., Susan Rice membahas masalah kerja sama pertahanan rudal trilateral dengan Perdana Menteri Abe,” demikian menurut analis Stefan Soesanto dari Pusat Pasifik untuk Penelitian Strategis dan Internasional di Honolulu dalam tulisannya di The Diplomat.

“Jepang tentu saja menyambut prakarsa A.S., mengingat upaya Abe yang terang-terangan mengenai pertahanan diri secara bersama-sama,” ia menambahkan.

“Bahkan, bagi Tokyo, kerja sama bilateral dengan Seoul pun bermanfaat hingga sebatas pangkalan peluncuran rudal Korea Selatan yang akan menyediakan informasi pelacakan dini atas setiap rudal balistik Korea Utara yang datang," demikian yang ditulis oleh Soesanto.

Pada bulan Juni 2014, Menteri Pertahanan A.S., Chuck Hagel terbang ke Singapura untuk bertemu dengan para pemimpin Korea Selatan dan Jepang selama Dialog Shangri-La. Para pejabat menyebutkan pertemuan tersebut sebagai langkah penting untuk membuka perundingan di waktu mendatang.

Shihoko Goto, seorang analis masalah Asia di Woodrow Wilson Center, Washington, D.C., mengatakan kepada Asia Pacific Defense Forum [APDF] bahwa kerja sama tersebut merupakan tanda baik bahwa demokrasi-demokrasi besar di Asia Timur Laut maju dengan peningkatan kerja sama, dan tidak membiarkan sejarah dan perselisihan di masa lalu mendikte hubungan di antara mereka.

“Kedua negara adalah sekutu dekat Amerika Serikat dan keduanya mengakui nilai komitmen mereka yang berkelanjutan terhadap perdamaian, kerja sama yang saling menguntungkan, dan kebijakan perdagangan bebas," kata Goto. “Lingkungan yang stabil dan aman secara berkelanjutan di Asia timur laut merupakan kepentingan mereka bersama yang terutama.”

Korea Selatan melanjutkan sistem rudal regional

Korea Selatan juga meningkatkan kerja sama dan investasi regional dalam pertahanan rudal balistik, menurut pengamatan David Pinkston dari International Crisis Group dalam penelitian ICG.


David Pinkston menulis bahwa, pernyataan Kementerian Pertahanan Korea Selatan baru-baru ini “telah menarik perhatian, karena mengindikasikan bahwa ROK bisa jadi akan bergabung dalam sistem pertahanan rudal balistik regional [BMD] yang dipimpin A.S."

“Sebagai bagian dari sistem BMD regionalnya, pada saat ini A.S mengerahkan satu radar X-band di Jepang, dan yang kedua direncanakan tiba sebelum akhir tahun [2014], sehingga memperdalam kerja sama BMD Jepang-A.S., yang sudah terpadu secara operasional sejak tahun 2006,” tulis Pinkston. “Bagi para pejabat dan analis pertahanan A.S., mata rantai yang hilang yaitu tidak adanya kerja sama antara ROK dan Jepang.”

Prospek kerja sama BMD trilateral antara Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan, telah melakukan langkah besar di bulan Agustus ketika Wakil Menteri Pertahanan A.S. yang baru, Bob Work, terbang ke Tokyo.

Pada tanggal 22 Agustus, Work bertemu dengan Menteri Pertahanan Jepang, Itsunori Onodera, Wakil Menteri Pertahanan Senior Parlemen, Ryota Takeda dan Wakil Menteri Luar Negeri Senior Parlemen, Nobuo Kishi.

Para menteri menyoroti kemajuan atas pengerahan sistem radar BMD TPY-2 yang kedua ke Jepang pada akhir tahun ini [2014], demikian yang dilaporkan oleh Departemen Pertahanan [DoD] A.S. TPY-2 adalah pengintai radar yang dapat diangkut dan model kendali 2. Badan Pertahanan Rudal A.S. menjelaskan ini sebagai radar phased-array resolusi tinggi, X-band yang dapat diangkut, yang dirancang untuk pertahanan rudal balistik.

“TPY-2 dapat melacak semua kelas rudal balistik dan mengenali benda kecil pada jarak jauh," dilaporkan oleh DoD.

“Angkatan Laut A.S. sekarang melanjutkan rencana untuk mengerahkan dua kapal pertahanan rudal balistik lagi untuk dikirim ke Yokosuka pada tahun 2017,” kata Work kepada DoD. Langkah ini merupakan "sangat meningkatkan aliansi dan kapabilitas kami.”

Work juga menyambut kebijaksanaan ekspor senjata Jepang yang baru dan UU perlindungan rahasia yang baru, "yang akan meningkatkan kerja sama industri pertahanan dengan Amerika Serikat dan mitra bangsa lainnya, khususnya Australia,” demikian laporan DoD.

“Hal ini akan meringankan biaya, memungkinkan kapabilitas yang lebih baik, dan meningkatkan kerja sama operasional yang akan mengedepankan keamanan dan stabilitas di kawasan Asia-Pasifik," kata Work.


Work mengatakan bahwa aliansi Amerika dengan Jepang dan Korea Selatan berfungsi untuk menjaga perdamaian dan keamanan di Asia Timur Laut dan di seluruh kawasan. “Semakin banyak kita dapat bertukar informasi di antara ketiga negara ini, semakin baik bagi kedua aliansi kita dan untuk perdamaian serta kemakmuran di kawasan," katanya.

Ancaman rudal Korea Utara semakin parah dan meningkat

Laporan DoD pada tanggal 25 Agustus menyebutkan, Work memberi tahu kepada para pejabat Jepang, “Ancaman rudal dari Korea Utara semakin parah dan meruncing, sehingga Amerika Serikat merasa bertanggung jawab untuk melindungi pasukannya di Korea dan juga di sejumlah pangkalan operasional pasukan A.S.”

“Sistem pertahanan udara dan rudal Korea akan fokus untuk melindungi Seoul dan wilayah lainnya yang padat penduduk, serta pasukan Korea, tambahnya, dan Jepang yang sudah memiliki kemampuan pertahanan rudal balistik yang sangat substansial," kata Work kepada para pejabat Tokyo.

“Kami tidak ingin mengambil alih sistem pertahanan udara dan rudal Korea Selatan maupun sistem udara dan rudal Jepang … tetapi, kami ingin ada interoperabilitas di antara ketiga sistem tersebut. Kami menghendaki untuk dapat bertukar informasi dan saling memberi tahu, 'Kami melihat ada rudal yang datang dan mampu memutuskan siapa yang akan bertindak.' Bagi kami, ini semua menyangkut soal interoperabilitas ketiga sistem," kata Work.

Wakil menteri melaporkan sudah ada kemajuan dengan Jepang dan akan perlu lebih maju lagi dengan Korea.

“Tetapi, semua orang memahami, betapa pentingnya bagi kita untuk melanjutkan upaya interoperabilitas tersebut," katanya.

Selain Korea Selatan dan Jepang, "Australia sudah ikut kerja sama dengan sistem pertahanan rudal balistik Amerika di Asia utara, dan menyambut baik kehadiran Marinir A.S. yang besar di Darwin dan prospek untuk melakukan lebih banyak lagi kerja sama kelautan di wilayah, " diberitakan surat kabar Inggris, Guardian .

“Sebuah komunike yang dikeluarkan setelah perundingan Ausmin tahunan [12 Agustus] di Sydney, mengatakan bahwa A.S. dan Australia sudah membuat komitmen untuk melanjutkan kerja sama dalam melawan ancaman rudal balistik yang semakin kencang di kawasan Asia Pasifik – termasuk menetapkan kelompok kerja bilateral untuk menelaah berbagai opsi untuk potensi kontribusi Australia terhadap pertahanan rudal balistik di kawasan," dilaporkan Guardian .

APDFORUM

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait