Korut Peringatkan AS Hentikan Permainan Perang

 


Saudari pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un, Kim Yo-jong mengkritik latihan militer yang sedang berlangsung di Korea Selatan. Dia memperingatkan pemerintahan baru Amerika Serikat (AS) bahwa bau mesiu yang melayang di atas perbatasan tidak akan membantu membawa perdamaian.


Pernyataan Kim adalah pesan publik pertama Korut kepada Washington sejak Presiden Joe Biden menjabat pada Januari. Hal itu disampaikan sehari sebelum Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin dijadwalkan tiba di Seoul untuk pembicaraan pertama mereka dengan mitranya di Korea Selatan.


"Kami mengambil kesempatan ini untuk memperingatkan pemerintahan baru AS yang berusaha keras melepaskan bau bubuk (mesiu) di tanah kami. Jika mereka (pemerintahan baru AS) ingin tidur dengan damai selama empat tahun mendatang, lebih baik tidak menyebarkan bau sejak awal," kata Kim dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita negara KCNA, Selasa (16/3).


Kim menyatakan latihan perang dan permusuhan tidak pernah akan bisa sejalan dengan dialog dan kerja sama. Ketika ditanya tentang pernyataan Kim Yo Jong, Blinken mengatakan kepada sebuah pengarahan media di Tokyo dia mengetahui komentar tersebut, tetapi dia lebih tertarik mendengar apa yang dipikirkan sekutu dan mitra Amerika tentang Korut.


Blinken dan Austin sedang melakukan perjalanan di Asia minggu ini untuk membahas kebijakan luar negeri dan keamanan dengan sekutu di Jepang dan Korea Selatan, di antara perhentian lainnya. Pemerintahan AS yang baru diharapkan menyelesaikan peninjauan kebijakan Korut dalam beberapa minggu mendatang.


Blinken mengatakan Washington sedang mempertimbangkan apakah tekanan tambahan terhadap Korut bisa efektif. Korut sejauh ini menolak permintaan dari AS untuk terlibat dalam dialog.


Dinginnya hubungan kedua negara yang dimulai sejak pemerintahan Donald Trump telah meluas ke masa kepresidenan Biden. Pemimpin Korut Kim Jong Un mengadakan tiga pertemuan puncak tingkat tinggi dengan Trump dan bertukar serangkaian surat, tetapi negara bersenjata nuklir itu mengakhiri pembicaraan dan mengatakan tidak akan terlibat lebih jauh kecuali AS mencabut kebijakan permusuhannya.

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait