Angkatan Udara Amerika Serikat sedang menimbang untuk membeli jet tempur yang benar-benar baru untuk menggantikan sebagian armada F-16 Fighting Falcon. Pernah berkomitmen mengganti dengan F-35 Joint Strike Fighter, Angkatan Udara AS kelihatannya memiliki pemikiran lain seiring dengan ongkos jet tempur itu yang masih dianggap selangit. Pilihan terbaru sepertinya akan tidak se-siluman F-35 tapi bisa memiliki fiturnya yang lain.
Kepala Staf Militer Angkatan Udara Amerika Serikat, C.Q. Brown, belum lama mengatakan kalau Angkatan Udara pada tahun lalu meluncurkan sebuah studi tentang jet tempur seperti apa yang seharusnya disiapkan. Studi disebut selesaikan pada 2023.
"Militer Angkatan Udara akan mempertimbangkan sebuah desain yang benar-benar baru untuk sebuah jet tempur 'generasi 4,5 atau generasi 5 minus' sebagai pengganti langsung F-16 yang saat ini masih dioperasikan," kata Brown.
Ini kabar menarik karena Amerika telah sejak beberapa dekade menyatakan ingin mengganti F-16 dengan F-35A Joint Strike Fighter. Amerika juga pernah menegaskan tidak akan membeli jet tempur non silumen yang lain.
Sementara Brown tidak menegaskan alasan kenapa Angkatan Udara akhirnya berubah pikiran, satu yang paling jelas muncul sebagai kemungkinan latar belakangnya adalah soal biaya. Pesawat F-35 awalnya diiklankan 2001 dengan label harga $50 juta ($ 73,2 juta dalam kurs dollar 2021, atau setara Rp 1 triliun).
Harganya itu sudah turun dari sebelumnya yang hampir $300 juta tapi ongkos terbang per jam jet tempur F-35 masih sangat tinggi: $ 44 ribu. Pilot pesawat jet tempur terbang rata-rata 200 jam setiap tahun, atau 350 jam per tahun. Itu artinya butuh $9-15,7 juta per pilot per tahun. Seorang pilot dengan 1.000 jam di kokpit butuh biaya $44 juta, lebih dari separuh harga satu unit jet tempur baru.
F-35 adalah pesawat tempur generasi ke-5 yang canggih.Pesawat siluman ini membawa rudal dan bom di dalam perutnya, sehingga semakin memperkecil cross section radar (CSR). CSR kecil membuat radar lawan sulit mendeteksi F-35. Amerika serikat mengembangkan bom berdiameter kecil untuk pesawat tempur siluman F-22 dan F-35. AFP/Jack Guez
Sejak 2019, Angkatan Udara AS dan Lockheed Martin telah berupaya menekan ongkos terbang per jam itu agar turun menjadi $25 ribu, tapi Pentagon telah lama yakin kalau angka itu tidak akan mungkin bisa dicapai. AU AS juga telah memperingatkan kalau ongkos tidak bisa ditekan, mereka hanya akan membeli lebih sedikit peswat F-35 dari rencana awal membeli 1.763 pesawat.
Sebagai gantinya, sebagian skuadron yang akan ditunggalkan F-16 nanti akan diisi jet tempur baru 'Generasi 4,5' yang diungkap Brown.
Kenapa Angkatan Udara AS tidak mempertimbangkan menambah membeli F-16 yang baru? Bahkan Angkatan Udara AS telah membeli jet tempur F-15 yang baru. Seperti saudara tuanya itu, penjualan ke luar negeri telah membuat pesawat-pesawat tempur F-16 terus diperbarui dengan teknologi terkini.
Pesawat F-16 misalnya telah mendapatkan mesin, radar, dan persenjataan yang baru ketimbang saat mereka diluncurkan di awal 1980-an. Secara keseluruhan pesawat itu kini lebih bebobot 5 ribu pound lebih berat. Lockheed Martin juga membuat versi terkininya, F-16V, dilengkapi dengan teknologi dari F-22 Raptor dan F-35 Joint Strike Fighter.
Tapi Brown bergeming. “Saya ingin mampu membangun sesuatu yang benar-benar baru dan berbeda dan itu bukan F-16, tapi yang lebih cepat dan menggunakan pendekatan digital yang kami miliki," katanya.
Brown merujuk kepada teknik baru rekayasa digital yang mulai digunakan AU AS untuk diam-diam membangun, mendesain, dan menguji pesawat tempur baru hanya dalam setahun. Sebagai pembanding, butuh 13 tahun sebelum bisa melihat F-35 lepas landas dan mengudara.
Alasan lain, jet tempur F-16 kemungkinan tidak memiliki fitur yang diinginkan militer Angkatan Udara Amerika untuk dimiliki jet tempur barunya. Berkembangnya kekuatan militer Cina dan menggeliatnya kembali Rusia mengharuskan mereka memikirkan potensi konflik di Asia Pasifik dan Eropa. Itu artinya jarak terbang yang sangat jauh dari Amerika.
Jet tempurnya yang berbasis di pangkalan militer di Italia harus terbang lebh dari seribu mil sebelum bisa menyerang target di Rusia. Atau, jetnya yang terbang dar Guam harus terbang pada jarak maksimumnya sebelum bisa meng-intersep bomber Cina dan meluncurkan rudal hipersoniknya.
Sedang pesawat F-35 memang memiliki banyak fitur tapi terbang jarak jauh tidak termasuk di antaranya. Mereka akan dipaksa isi ulang bahan bakar di udara dan membawa tangki bahan bakar eksternal yang membuatnya mudah terbaca radar musuh jika harus menjalankan misi ke Asia Pasifik atau Rusia.
Pesawat F-22 dan F-35 disebut jet tempur generasi kelima terutama karena kemampuan teknologi siluman yang dimiliki. Material selubung yang membuatnya siluman itulah yang membuat ongkos terbang pesawat-pesawat itu menjadi begitu mahal. Sebuah jet tempur Generasi 4,5 berarti non siluman dengan teknologi generasi kelima di dalamnya. Ini dianggap bisa menghemat banyak anggaran.
Pesawat tempur paling canggih di dunia, F-22 Raptor di Pangkalan Udara Gwangju, Korea Selatan, 4 Desember 2017. Latihan yang melibatkan pesawat temur generasi kelima dan keempat, bomber, pesawat mata-mata, dan pesawat pendukung lainnya, disebut sebagai unjuk kekuatan terhadap Korea Utara. Yonhap via AP
Jet tempur Generasi 4,5 diperkirakan lebih besar daripada ukuran F-16 karena mengakomodasi suplai bahan bakar yang lebih banyak. Sisanya, pesawat akan memiliki fitur yang sama seperti F-35, termasuk kemampuan radar, kamera inframerah, berbagi data dengan sistem, pesawat, atau kapal perang Amerika lainnya.
Lalu bagaimana dengan nasib F-35 sepeninggal F-16? Angkatan Udara AS tetap membutuhkannya untuk membersihkan langit dari pesawat musuh dan penetrasi pertahanan udara musuh.