Pengembangan jet tempur nasional IF-X yang bermitra dengan Negeri Ginseng Korea Selatan tentunya sangat menyita perhatian publik di Tanah Air. Para penggemar alutsista semakin dibuat “harap-harap cemas” dengan perkembangan jet tempur generasi 4,5 ini, seprti dilansir dari laman Angkasa Review.
Sebelumnya sempat tersiar kabar bahwa Korea Selatan akan menjalankan proyek ini sendiri terkait dengan terlambatnya pihak Indonesia dalam menyelesaikan kewajiban membayarkan biaya pengembangannya.
Beruntungnya nih, para warga Jkgr, proyek kerjasama dalam pembuatan KF-X/IF-X ini akhirnya terus berjalan dengan melibatkan PT Dirgantara Indonesia di dalamnya. Kabar ini diungkapkan oleh pihak PTDI selama berlangsungnya pameran pertahanan Indo Defence 2018 lalu. Kebenaran berita diperoleh dari perwakilan Korea Aerospace Industries (KAI) di booth-nya yang berada di Hall D, JIExpo Kemayoran.
Saat ini program KF-X/IF-X dikabarkan telah melewati fase freeze design, dan masuk ke tahapan detail untuk persiapan pembuatan purwarupa yang akan dimulai tahun 2019. Sebanyak enam purwarupa akan dibangun, empat diantaranya akan digunakan untuk uji terbang. Bila semua proses lancar, penerbangan perdana KF-X/IF-X akan dilakukan antara tahun 2021 – 2022.
Proses uji coba KX/IF-X diperkirakan akan berlangsung sampai tahun 2026 hingga mendapatkan sertifikasi. Setelah itu pesawat akan memasuki tahap produksi massal. Setidaknya KAI akan membangun 120 unit jet tempur KF-X untuk AU Korea Selatan (ROKAF) dan PTDI akan membangun sebanyak 80 (minimal 50 unit) untuk TNI AU.
Nah, terkait dengan versi produksi ini, redaksi Angkasa Review sempat menanyakan apakah sistem persenjataan KF-X/IF-X akan tergantung diluar dan tidak dimasukkan ke dalam weapon bay seperti model skala KF-X/IF-X yang ditampilkan di stan PTDI maupun KAI?
Awak penjaga ruang pamer KAI yang tak mau diambil fotonya tersebut menyebutkan, bahwa memang versi produksi pertama (disebut Block 1) seluruh sistem senjata akan di tempatkan diluar. Namun masih belum tahu pastinya, berapa unit pesawat Block 1 tersebut akan dibangun.
Ketika ditanyakan bahwa kemampuan siluman (stealth) jet tempur akan berkurang dengan pemasangan senjata diluar tersebut, hal ini dibenarkan akan mempengaruhi citra radarnya (RCS).
“Namun pesawat tempur ini masih tergolong semi stealth”, ujarnya. Dan bahwa jet tempur KF-X/IF-X telah menganut pakem desain jet tempur generasi lima yang memiliki potongan tubuh menyerupai belimbing.
Ketika awak redaksi kembali bertanya kenapa bentuk final jet tempur KF-X/IF-X itu lebih menyererupai bentuk jet tempur F-22 Raptor buatan AS, sambil terkekeh pria paruh baya tersebut menyebutkan bahwa hal itu merupakan pilihan terbaik dari sisi teknik. Pilihan ini demi memperkecil citra RCS dari beberapa desain alternatif yang telah dibuat sebelumnya.
Warga Jkgr, jika semuanya berjalan dengan lancar, kelak PTDI akan mendapat porsi sebesar 20 persen untuk memproduksi komponen baik untuk KF-X dan versi IF-X. Disebutkan pula bahwa pabrik pesawat asal Bandung ini akan membuat komponen sayap utama, sirip ekor horisontal dan vertikal untuk kedua versi jet tempur itu.
Untuk persiapan arah tersebut, PTDI sendiri kini telah menyiapkan 2 hanggar baru, yang pembangunannya telah rampung. Sebuah hanggar akan dijadikan tempat (lini) produksi dan sebuahnya lagi untuk pembuatan materail komposit.