Kenapa Indonesia Tidak Membuat Jet Tempur Sendiri?


Sering kali orang berkata daripada pusing karena diembargo Amerika, Indonesia sebaiknya membuat pesawat tempur sendiri. Orang-orang ini yakin bahwa hal itu bisa dilakukan dengan sumber daya manusia dan pengalaman yang dimiliki Indonesia. 

Apakah benar demikian?

Mari sejenak melihat keputusan Amerika untuk memblokir lima teknologi kunci pembangunan jet tempur KF-X oleh Korea meneguhkan betapa tidak mudah, bahkan hampir tidak mungkin membangun pesawat tempur secara mandiri. Membuat pesawat untuk terbang adalah mudah, tetapi bagaimana menjadikan pesawat bisa bertempur adalah yang paling rumit.

Seperti diketahui Amerika memblokir lima teknologi ke Korea Selatan yakni radar AESA, IRST, pod penargetan optik dan radio jammer. Hal ini mengancam rencana Korea Selatan untuk bisa membangun pesawat tempur dalam negeri.

Sebenarnya lima teknologi itu hanya sebagian dari sekitar 25 teknologi yang diminta Korea ke Amerika. Sejumlah teknologi seperti mesin tetap diperbolehkan.

Terlalu tergantung pada Amerika Serikat memang menjadi kelemahan utama bagi banyak negara untuk membangun pesawat tempur. Menggunakan teknologi Amerika berarti bahwa Washington memiliki hak veto terhadap penggunaan dan penjualan epsawat tempur itu.

Tapi itu bukan hanya Amerika Serikat yang menerapkan hal ini. Seperti diketahui Saab Swedia tidak bisa berbuat apa-apa ketika Inggris menolak rencana penjualan jet tempur Gripen ke Argentin. Inggris bisa melakukan hal itu karena ada teknologi Inggris yang dibenamkan di pesawat tersebut.

Namun secara umum, Amerika memang lebih ketat dalam hal transfer teknologi dibandingkan negara lain seperti Prancis, Inggris, Eropa atau Rusia. Tapi juga harus diakui Amerika Serikat umumnya juga menawarkan teknologi yang lebih baik dan penawaran jauh lebih komprehensif dalam hal senjata dan kemitraan strategis.

Prancis, Rusia dan negara lain dari Eropa memang menawarkan teknologi yang lebih murah dan transfer lebih mudah dalam rangka bersaing dengan Amerika Serikat. Tetapi mereka akan menjaga pada batas-batas tertentu. Dassault, misalnya, sangat alot dalam hal transfer teknologi ke India dalam pembelian jet tempur Rafale.

Pilihan lainnya adalah mencoba untuk membangun dan membuat pesawat sendiri sepenuhnya. Tetapi sungguh ini merupakan pekerjaan yang bisa dikatakan mustahil. “Ini pekerjaan orang bodoh. Sangat sedikit negara di bumi ini kecuali Amerika Serikat, Rusia, Prancis dan China yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan pesawat tempur benar-benar asli buatan dalam negeri dari bawah ke atas. Mengembangkan subsistem independen terutama mesin dari awal adalah upaya yang sangat sulit,” tulis Dave Majumdar, editor pertahanan di National Interest Senin 26 Oktober 2015.

Mengembangkan pesawat tempur baru benar-benar tidak mudah. Bahkan China yang dikenal sebagai negara kuat harus tertatih-tatih dan bahkan hampir tidak bisa dibantah negara ini harus melakukan pencurian data dari banyak negara.

India juga terjebak pada situasi sangat sulit ketika nekat mengembangkan sendiri Tejas meski dengan sebagian besar teknologi diimpor. Artinya, untuk merangkai barang-barang yang sudah ada pun bukan semudah yang dibayangkan.

Intinya adalah bahwa negara yang tidak memiliki industri pesawat militer dalam negeri akan cukup konyol jika berinvestasi dalam pengembangan jet dalam negeri. Kecuali pemerintah tidak peduli dengan uang dari hasil pajak rakyatnya.

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait