Jangan Terkecoh, Ini Tentara OPM Murni, Binaan dan Pesanan


Aksi kekerasan di Papua kerap dikaitkan dengan Tentara Pembebasan Nasional – Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM). Aparat TNI terus berupaya mendekati TPN-OPM agar mengakhiri perjuangannya dengan menggunakan senjata untuk melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Ada yang bersedia turun gunung dan mendukung NKRI, ada pula yang menolaknya dan menutup diri rapat-rapat. Ada juga yang dijuluki TPN- OPM warna-warni yang tidak jelas wujudnya namun dipakai untuk menguras uang negara.

Bagaimana pemetaan TPN-OPM sebenarnya saat ini? Seberapa besar sebenarnya kekuatan TPN-OPM?

Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas) HAM wilayah Papua, Fritz Ramande kepada Tempo pada 24 Desember 2015 menjelaskan, struktur TPN-OPM ada dua :
  1. TPN-OPM berdasarkan letak wilayah yakni pegunungan dan pantai.
  2. TPN-OPM yang berafiliasi dengan negara federasi (Tentara Nasional Papua Barat)


Untuk wilayah pegunungan, menurut Fritz, saat ini TPN-OPM dipimpin oleh Goliath Tabuni.  Goliath mengambilalih kepemimpinan Kelik Kwalik yang tewas dibunuh pada 16 Desember 2009. Di wilayah ini, begitu banyak sel yang tidak bisa dikendalikan oleh Goliath. “Siapa yang punya senjata, dia langsung klaim panglima dan lakukan operasi sendiri-sendiri,” kata Fritz yang melakukan penelitian khusus tentang pemetaan TPN-OPM di Papua.

Tujuan operasi oleh sel-sel TPN-OPM ini, adalah motif ekonomi dan balas dendam terhadap aparat TNI dan polisi. Sedangkan untuk motif ekonomi, misalnya mengerjakan proyek-proyek pembangunan jalan dan angkutan.

Struktur organisasi TPN-OPM terbaik , kata Fritz, dilakukan oleh panglima TPN-OPM wilayah pantai sampai dengan pegunungan, Richard Yoweni. “Wilayah Richard lebih luas dari Goliath yang hanya di pegunungan, dari Jayapura, kota-kota di pantai-pantai hingga pegunungan, ” ujarnya.

Struktur organisasi TPN-OPM Richard Yoweni rapi, tertib,  dan gerakannya lebih pada diplomasi politik. Penggunaan senjata jarangan dilakukan. Namun, akhir tahun 2015, Richard meninggal karena usia tua dan sakit. Meski sudah meninggal, kata Fritz, penggantinya sudah dipersiapkan sehingga organisasinya tetap solid. Anggota TPN-OPM pimpinan Richard sekitar 1.000 orang.  

Adapun TPN-OPM yang berafiliasi dengan Tentara Nasional Papua Barat di bawah komando Ferdinando Worabai. TPN-OPM Ferdinando berkedudukan di Teluk Cenderawasih. Jumlah anggotanya jauh lebih kecil dibandingkan TPN-OPM Gholiat Tabuni dan Richard Yoweni.

Nah, ada satu lagi TPN-OPM binaan aparat keamanan. Mereka tidak lagi bergerilya di hutan. Mereka kelompok kepentingan yang digunakan untuk melakukan pengkondisian untuk kepentingan politik tertentu, suksesi kepala daerah, dan untuk kepentingan aparat keamanan.

Bagaimana dengan Panglima TPN-OPM Lambert Pekikir yang tinggal di Kabupaten Keerom? Lambert, ujar Fritz, mendeklarasikan diri sebagai koordinator TPN-OPM wilayah perbatasan. Pada tahun 2010, digelar pertemuan antara Lambert dengan Komnas HAM, gereja, dan pemerintah daerah , sehingga Lambert mengubah perjuangannya dari perjuangan bersenjata dengan bergerilya di hutan menjadi perjuangan damai. Pertemuan ini menghasilkan Deklarasi Keerom Damai untuk mengakhiri konflik di wilayah perbatasan.

“Belakangan, memang harus diakui ada satuan Kopassus yang melakukan komunikasi dengan Pak Lambert. Saya tahu dia berkomunikasi dengan Kopassus pada tahun 2012. Dia kemudian dibawa ke Jakarta,” ujarnya.

Semua TPN-OPM melakukan pendidikan dan pelatihan militer kepada anggotanya. Untuk TPN-OPM Richard Yoweni, pelatihan terakhir kali dilakukan pada tahun 2009 . Latihan militer dilakukan di sekitar Teluk Cenderawasih, Jayapura, dan pegunungan di Manokwari, Papua Barat.

Setelah mengikuti pelatihan, Fritz menjelaskan, mereka kembali ke masyarakat. Mereka juga mendapat kartu anggota.

Bagaimana mereka mendanai pelatihan? Dari penelitian yang dilakukan Fritz, sejumlah pejabat dan pengusaha. “Dukungan mereka tidak besar tapi langgeng,” katanya. Seorang staf pemerintah daerahd Kabupaten Tolikara mengaku, pernah dimintai dana untuk membantu kegiatan TPN-OPM wilayah pegunungan. “Mereka datang ke rumah saya. Saya bantu Rp 1 juta,” ujarnya kepada Tempo. Ia memberikan bantuan dana ke TPN-OPM sebagai dukungan atas perjuangan mereka. Meski saat ini, ia mengaku tidak lagi aktif menjadi donator.

Penggiat Hak Asasi Manusia (HAM) Pegunungan Tengah Papua, Theo Hesegem, ada tiga jenis TPN-OPM yang eksis saat ini di Papua. Pertama, TPN-OPM yang berjuang secara murni untuk memerdekakan Papua, yakni TPN-OPM Goliath Tabuni , Richard Yoweni, dan Mathias Wenda.

Jenis kedua, TPN-OPM yang menyerahkan diri kepada aparat TNI dan polisi dan kemudian mendukung Negara Kesatuan Indonesia. Setelah menyerahkan diri, mereka biasanya diberi uang, proyek. “Ini TPN-OPM yang merusak negara ini,” kata Theo kepada Tempo di Wamena, 10 Desember 2015. 

Penyerahan diri sejumlah anggota TPN-OPM yang mengklaim anak buah Goliath Tabuni di Kabupaten Puncak Jaya, pada November 2015, kata Theo adalah contoh dari TPN-OPM jenis kedua. Menurut Theo, pemerintah menipu masyarakat dan negara karena membuat pernyataan “anak buah Goliath turun. Padahal, mereka bukan anak buah Goliath.

“Goliath orangnya keras. Tidak mungkin menyerahkan diri. Kok orang seperti itu gampang menyerahkan diri. Itu gila,” kata Theo tertawa. 

Jenis terakhir, TPN-OPM warna-warni. Anggotanya tidak jelas, tidak jelas wilayah operasinya. Mereka beroperasi sesuai pesanan dan  memiliki kerja sama yang baik dengan intelijen Indonesia. Sejauh ini Theo belum tahu pasti apa saja yang mereka kerja samakan dengan intelijen.

Sumber : TEMPO

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait