China dan Rusia Minati Kelola Migas Indonesia

ilustrasi : Offshore Platform (commons.wikimedia.org)

Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan Cina dan Rusia meminati untuk mengelola minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia sebagai investor.

“Ya ada banyak lah perusahaan migas dari beberapa negara seperti Cina, Malaysia, Rusia, dan negara lainnya yang sudah mengajukan diri untuk bisa mengelolanya,” ujar Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja di Komplek DPR, Jakarta, 8/6/2017.

Ia menjelaskan saat ini perusahaan tersebut mengajukan diri untuk turut mengembangkan delapan blok terminasi, sementara pemerintah sedang memprioritaskan Pertamina untuk dapat mengelola delapan blok-blok tersebut.

“Bagus jika banyak peminat terhadap blok migas kita, namun kita sedang upayakan menugaskan Pertamina,” ucapnya.

Sebelumnya, Menteri ESDM Ignasius Jonan menilai lelang blok-blok minyak dan gas bumi yang ditawarkan pemerintah Indonesia tidak menjual sehingga sepi peminat.

Menurut Jonan model lelang blok migas selama ini seperti layaknya pengumuman penerimaan mahasiswa baru di universitas.

“Selama ini model tender-nya menurut saya seperti pengumuman universitas. Misal, Dibuka jurusan tata boga, jadi semua daftar,” katanya.

Menurut Jonan model lelang blok migas seharusnya tidak seperti itu. Pemerintah Indonesia, harus mengundang investor potensial dan memberikan penjelasan yang baik agar mereka tertarik masuk ke blok tersebut.

“Terus dijelaskan yang lebih baik gitu. Kita ini kurang bisa jualan menurut saya. Mungkin barangnya bagus tapi kurang bisa jualan,” ujarnya.

Dalam catatan Kementerian ESDM sejak 2014 lelang blok migas di Indonesia sepi peminat. Dari 21 blok migas yang dilelang pada 2014, hanya ada 11 blok yang laku. Tahun berikutnya, dari delapan blok yang dilelang tidak ada satu pun yang laku.

China Huadian Corporation

China Huadian Corporation sebagai perusahaan listrik terbesar di daratan Tiongkok mendapatkan kesempatan untuk melakukan investasi di pembangkit-pembangkit listrik di Indonesia.

“Dia mau investasi di pembangkit-pembangkit kita. Saya bilang, silakan. Cari partner lokal yang bagus,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan, kepada Antara di Beijing, Kamis (8/6/2017) malam.

Menurut dia, China Huadian itu perusahaan listrik terbesar di China dan asetnya sekitar dua kali lipat dari milik PLN.

Meskipun demikian, untuk urusan investasi, pihaknya tidak akan membeda-bedakan berdasarkan negara tertentu.

“Kita tidak membedakan, mau China, mau Jepang, atau mana. Yang penting kita cocok, itu saja,” katanya ditemui seusai mengikuti Konferensi Tingkat Menteri tentang Energi Bersih (CEM) kedelapan itu.

Salah satu yang ditawarkan kepada China Huadian Co adalah pembangunan pembangkit listrik 35 ribu megawatt.

“Sesuai dengan arahan Bapak Presiden (Joko Widodo) saat Konferensi OBOR (One Belt, One Road) yang mendorong adanya investasi Tiongkok di Indonesia. Ini saya menindaklanjutinya,” kata mantan Menteri Perhubungan itu.

Disinggung mengenai ketersediaan listrik di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, Jonan memastikan bahwa tahun depan semua masyarakat akan mendapatkannya.

“Kebetulan sekarang ada pembangunan pembangkit listrik tenaga uap. Mungkin Sumba akan dapat tambahan 50 megawatt,” katanya didampingi Duta Besar RI untuk China Soegeng Rahardjo itu.

Ajang tahunan yang digelar di Beijing itu diikuti menteri dan pejabat tinggi dari 24 negara.

Dalam CEM kedelapan tersebut, Menteri ESDM mendapatkan kesempatan mengadakan pertemuan bilateral dengan China selaku tuan rumah.

Sumber : Antaranews

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait