Bagaimana Peluang Alutsista Indonesia di Pakistan?


Pemerintah Indonesia telah secara resmi menawarkan untuk menjual alutsista, termasuk pesawat angkut dan kendaraan lapis baja, ke Pakistan.

Pada hari Selasa, Panglima Angkatan Bersenjata Pakistan, Jenderal Rashad Mahmood bertemu dengan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Urusan (Menko Polhukam) Wiranto di Jakarta, untuk membahas kerjasama pertahanan, termasuk pertukaran informasi dan peralatan pertahanan.

“Kita telah menawarkan peralatan pertahanan kita kepada mereka, termasuk kendaraan lapis baja beroda Anoa, senapan serbu dan pesawat CN-235”, kata Wiranto dikantornya, seperti dilansir Antara (20/09/2016).

Kerjasama antara Indonesia dan Pakistan telah berlangsung selama bertahun-tahun, ditandai dengan pertukaran siswa Sesko dari tiga matra – Sesko AD, Sesko AL dan Sesko AU – serta anggota staf Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas).

Senapan serbu SS2 Pindad merupakan senapan standar Tentara Nasional Indonesia (TNI). SS2 diperkenalkan pada tahun 2005, menggunakan amunisi 5.56x45mm standar NATO. Pindad memberikan pilihan beragam terhadap pasar senjata kecil kepada Pakistan, yang meliputi persenjataan militer, paramiliter, dan untuk penegak hukum.

Sayangnya, persenjataan kaliber 5,56 NATO jarang digunakan di Pakistan, senjata seperti itu hanya dipakai oleh pasukan khusus dan lembaga penegak hukum. Pesanan dalam jumlah besar kemungkinan belum bisa diharapkan, namun kalau hanya dalam skala kecil (terbatas) mungkin bisa.


Panser Anoa buatan Pindad adalah kendaran lapis baja beroda pengangkut personil (APC) dengan platform 6×6. APC Anoa berpotensi menarik perhatian Kementerian Dalam Negeri Pakistan, yang bisa memanfaatkan kendaraan lapis baja ringan untuk mengangkut personel. Meski demikian, Anoa kemungkinan akan berkompetisi secara langsung dengan APC Dragoon 4×4, yang diproduksi di bawah lisensi oleh Heavy Industries Taxila (HIT) Pakistan.

Angkatan Udara Pakistan (PAF) saat ini mengoperasikan 4 (empat) CN-235-220 yang berperan sebagai transportasi utilitas ringan, terutama di daerah yang membutuhkan kemampuan take-off dan landing jarak pendek (STOL), seperti wilayah di sebelah utara Pakistan.

Pesawat CN-235 merupakan platform yang sangat banyak diadopsi oleh Angkatan Bersenjata serta sipil, PAF saat ini puas dan bergantung pada CN-235, dan kemungkin akan menambah armada tersebut.

Produk CN-235 inilah yang memiliki kemungkinan paling besar akan dipesan oleh Pakistan dari Indonesia, setidaknya untuk jangka pendek. Terlebih lagi yang menjadi perhatian Pakistan bahwa PTDI juga merupakan produsen yang memiliki lisensi dari helikopter Airbus H215 Super Puma dan helikopter utilitas Bell 412EP.

Sumber: Antara dan Quwa

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait