![]() |
Mendidik Tanpa Kekerasan Adalah Cara Yang Paling Elegan |
Mungkin Tulisan ini agak berbeda dari topik yang dibahas di blog ini, tapi ijinkan saya menulis tentang pandangan saya terkait dengan arahan menteri pendidikan dan kebudayaan Anies Baswedan tentang larangan kegiatan OSIS yang mengedepankan Ploncoan dan Bullying yang kerap terjadi setiap tahun. Saya sangat setuju sekali dengan arahan menteri tersebut, kerap kali kita lihat dan membaca berita di media tentang kegiatan Orientasi Sekolah di seluruh indonesia.
Entah siapa yang memulai pertama kali tetapi saya sangat tidak setuju sekali tentang kegiatan tersebut yang menurut saya jauh dari esensi kegiatan tersebut. Orientasi adalah pengenalan lingkungan sekolah kepada siswa dan siswi baru yang akan memulai hari pertamanya masuk SMP dan SMK maupun perguruan tinggi. Tapi bukannya pengenalan yang diterima tetapi malah sebaliknya, kental sekali dengan senioritas dimana yang senior seringkali menggunakan kesempatan tersebut untuk melakukan apa yang namanya bullying.
Entah siapa yang memulai pertama kali tetapi saya sangat tidak setuju sekali tentang kegiatan tersebut yang menurut saya jauh dari esensi kegiatan tersebut. Orientasi adalah pengenalan lingkungan sekolah kepada siswa dan siswi baru yang akan memulai hari pertamanya masuk SMP dan SMK maupun perguruan tinggi. Tapi bukannya pengenalan yang diterima tetapi malah sebaliknya, kental sekali dengan senioritas dimana yang senior seringkali menggunakan kesempatan tersebut untuk melakukan apa yang namanya bullying.
Entah untuk apa, apakah untuk melatih mental atau untuk pembuktian diri bahwa "saya senior dan kamu junior" atau saya juga tidak paham. Kemudian kegiatan itu terus berlanjut kegenerasi-generasi selanjutnya. Waktu itu, ada seorang siswa yang mengadu ke orang tuanya tentang yang dialami pada masa orientasi yang kemudian ortu dari siswa tersebut melaporkan kejadian tersebut ke guru tetapi malah jawabannya tidak memuaskan, dan para oknum-oknum senior tersebut malah mencibir "baru begitu aja udah lapor ini itu" menurut saya tindakan tersebut sangatlah wajar, setiap orang tua pasti akan tidak terima jika anaknya di perlakukan tidak selayaknya karena orang tua mereka bersusah payah membesarkan dan memelihara anaknya kemudian mereka memperlakukan anaknya tidak layak ya mereka protes.
Tujuan setiap orang tua menitipkan anaknya ke sekolah untuk didik, diberi ilmu yang berguna, ilmu yang lebih dari yang orang tuanya ajarkan ketika di rumah. Tidak pernahkah kita memikirkan jika orang tua dari siswa tersebut profesinya menjadi petani, menjadi buruh bangunan, pekerja kasar. Bagaimana susahnya mencarikan anaknya biaya sekolah, untuk makan dan sebagainya. Kemudian anaknya yang mereka besarkan dan mereka didik tetapi mendapatkan sesuatu yang tidak layak di sekolahnya? setiap orangtua tidak ingin anaknya di cubit, tidak ingin anaknya di pukul, jikalaupun anaknya nakal disekolah, itulah tugasnya sebagai guru dan perangkat sekolah bagaimana caranya mendidik tanpa kekerasan.
saat ni juga sangat ramai di beritakan tentang guru yang menghukum anak muridnya dengan kekerasan, dan sebagian besar nitizen membela guru tersebut. entah bagaimana situasinya saat itu tetapi menurut sudut pandang saya, mendidik dengan kekerasan dampak psikologinya sangat berbahaya sekali, apakah itu tidak di fikirkan oleh guru? Walaupun saya belum menjadi orang tua, saya merasakan betul bagaimana lelahnya orang tua saya mencarikan saya nafkah dengan keringat menetes dari keningnya. Jika saja ada orang lain yang memukul saudara saya maka saya akan sangat marah. Orang tua saya sebagai guru Sekolah Dasar tapi saya tidak pernah melihat dan mendengar orang tua saya memukul muridnya, selalu melakukan pendekatan secara personal kepada muridnya jika tidak melakukan pendekatan kepada wali murid di ajak ngobrol, diajak berdiskusi, ini bukan hanya cerita tetapi saya melihat sendiri bagaimana orang tua saya mengundang wali murid siswanya kerumah atau mendatanginya.
Saya memang bukan guru, saya tau profesi sebagai pendidik adalah profesi yang sangat berat karena tanggung jawabnya sangat besar. Tetapi berkaca dari apa yang saya alami dan yang saya lihat mendidik tidak dengan kekerasan tapi dengan pendekatan. saya juga pernah melewati masa saya sebagai siswa dan saya juga pernah melakukan kesalahan sampai mendapat perlakuan kasar, seperti di cubit, di jambak tapi apa hasilnya, saya menjadi takut kepada guru saya. Padahal menurut saya guru bukan untuk di takuti, bagaimana ilmu bisa di serap jika kita takut kepada guru saya. Dan saya merasakan betul mental saya menjadi lebih jelek saya lebih tertantang untuk melakukan kesalahan dan saya merasa bangga jika kesalahan yang saya perbuat tidak di ketahui oleh guru saya.
Tapi beda halnya jika penanganannya lebih ke pendekatan personal,membuka komunikasi dengan siswa, dan menjelaskan bahwa perbuatan yang di lakukan tersbeut tidak tepat dan menggunakan kata-kata yang tepat di sesuikan dengan psikologi anak didik tersebut. Saya sangat meyakini bahwa tidak semua masalah di sekolah harus di selesaikan dengan kekerasan, masih ada cara-cara yang lebih elegan.
Salam hormat saya bagi guru-guru saya.
Ikuti kami di instagram @militerysindonesia
Tujuan setiap orang tua menitipkan anaknya ke sekolah untuk didik, diberi ilmu yang berguna, ilmu yang lebih dari yang orang tuanya ajarkan ketika di rumah. Tidak pernahkah kita memikirkan jika orang tua dari siswa tersebut profesinya menjadi petani, menjadi buruh bangunan, pekerja kasar. Bagaimana susahnya mencarikan anaknya biaya sekolah, untuk makan dan sebagainya. Kemudian anaknya yang mereka besarkan dan mereka didik tetapi mendapatkan sesuatu yang tidak layak di sekolahnya? setiap orangtua tidak ingin anaknya di cubit, tidak ingin anaknya di pukul, jikalaupun anaknya nakal disekolah, itulah tugasnya sebagai guru dan perangkat sekolah bagaimana caranya mendidik tanpa kekerasan.
saat ni juga sangat ramai di beritakan tentang guru yang menghukum anak muridnya dengan kekerasan, dan sebagian besar nitizen membela guru tersebut. entah bagaimana situasinya saat itu tetapi menurut sudut pandang saya, mendidik dengan kekerasan dampak psikologinya sangat berbahaya sekali, apakah itu tidak di fikirkan oleh guru? Walaupun saya belum menjadi orang tua, saya merasakan betul bagaimana lelahnya orang tua saya mencarikan saya nafkah dengan keringat menetes dari keningnya. Jika saja ada orang lain yang memukul saudara saya maka saya akan sangat marah. Orang tua saya sebagai guru Sekolah Dasar tapi saya tidak pernah melihat dan mendengar orang tua saya memukul muridnya, selalu melakukan pendekatan secara personal kepada muridnya jika tidak melakukan pendekatan kepada wali murid di ajak ngobrol, diajak berdiskusi, ini bukan hanya cerita tetapi saya melihat sendiri bagaimana orang tua saya mengundang wali murid siswanya kerumah atau mendatanginya.
Saya memang bukan guru, saya tau profesi sebagai pendidik adalah profesi yang sangat berat karena tanggung jawabnya sangat besar. Tetapi berkaca dari apa yang saya alami dan yang saya lihat mendidik tidak dengan kekerasan tapi dengan pendekatan. saya juga pernah melewati masa saya sebagai siswa dan saya juga pernah melakukan kesalahan sampai mendapat perlakuan kasar, seperti di cubit, di jambak tapi apa hasilnya, saya menjadi takut kepada guru saya. Padahal menurut saya guru bukan untuk di takuti, bagaimana ilmu bisa di serap jika kita takut kepada guru saya. Dan saya merasakan betul mental saya menjadi lebih jelek saya lebih tertantang untuk melakukan kesalahan dan saya merasa bangga jika kesalahan yang saya perbuat tidak di ketahui oleh guru saya.
Tapi beda halnya jika penanganannya lebih ke pendekatan personal,membuka komunikasi dengan siswa, dan menjelaskan bahwa perbuatan yang di lakukan tersbeut tidak tepat dan menggunakan kata-kata yang tepat di sesuikan dengan psikologi anak didik tersebut. Saya sangat meyakini bahwa tidak semua masalah di sekolah harus di selesaikan dengan kekerasan, masih ada cara-cara yang lebih elegan.
Salam hormat saya bagi guru-guru saya.