MiG Cari Partner Bangun Pesawat Tempur Generasi V

Model MiG 1.44 Gen 5
Meski dalam kondisi sulit, Russian Aircraft Corporation, MiG, tetap melanjutkan pengembangan jet tempur generasi kelima, yang diumumkan Direktur Jenderal MiG, Sergey Korotkov, dalam pameran aviasi Le Bourget.

Sergey Korotkov mengaku belum ada pesanan untuk pesawat siluman ini, namun mereka akan tetap membuatnya.

Perusahaan pesawat ternama MiG mempertaruhkan pengalaman mereka, brand awareness, dan fakta bahwa “pasar global untuk jet tempur ini cukup besar”. MiG memutuskan untuk mengikuti jejak kompetitornya, Sukhoi, yang dilakukan pada 1990-an. Saat itu, Sukhoi mengubah target pasar pada pasar global dan menarik investasi asing untuk menciptakan pengembangan baru. Bedanya, kali ini MiG harus melakukannya tanpa adanya kontrak pemesanan.

Sukhoi Jadi Prioritas

Sejak tahun 2000, Rusia menjadikan pengembangan Biro Desain Eksperimental Sukhoi sebagai prioritas, karena perusahaan itu berhasil bertahan di tengah situasi sulit dan adanya pesanan dari luar negeri, serta mampu membuktikan efektivitasnya. Di saat yang sama, proyek pesawat generasi kelima dicabut dari Biro Desain Eksperimental MiG lalu diberikan untuk proyek S-37 Sukhoi. Padahal pada 1999, MiG 1.42 telah melakukan penerbangan pertama prototipe pesawat tempur generasi kelima MiG 1.44, atau Multifunctional Frontline Fighter/MFF.

Pada akhirnya, pemerintah Rusia memilih untuk memprioritaskan pendanaan bagi proyek Sukhoi. Bahkan setelah jelas bahwa S-37 ditakdirkan hanya menjadi model eksperimen, proyek MiG tetap diabaikan, dan pemerintah lebih memilih mengembangkan PAK FA, yang baru dimulai pada 2002, dan terbang pertama kali pada 2010.

Sementara, pengembangan MiG 1.44 sudah dimulai awal 1980-an. Ketika Uni Soviet runtuh, desain awal dan model pesawat tersebut sudah siap, sehingga sangat layak dikembangkan menjadi jet tempur generasi kelima. Pada tahun 1990-an, bahkan tanpa adanya sokongan dana, tim MiG membawa proyek ini ke tahap pengembangan prototype terbang, namun, sepertinya pemerintah Rusia tak membutuhkan hasil dari upaya itu.

MiG 1.42
Pada 2006, MiG menjadi bagian dari United Aircraft Corporation (UAC), yang kemudian mengurangi independensi dan prospek promosi bagi perusahaan tersebut.

Menurut Ovanes Mikoyan, putra pendiri MiG di era Soviet dan kini menjadi perancang pesawat di Biro Desain Eksperimental Mikoyan, pesawat generasi kelima yang dibuat Mikoyan telah ‘hancur’. Menurut Mikoyan, dalam sistem industri aviasi Rusia saat ini, ‘yang punya lebih banyak uang dan pengaruh yang akan bertahan’. Padahal menurut veteran aviasi Soviet dan Rusia itu, MiG dan Sukhoi selalu mengembangkan pesawat tempur dengan tipe berbeda (MiG mengembangkan pesawat ringan, Sukhoi mengembangkan pesawat berat), sementara kompetisi baru dimulai saat ‘kepentingan pendanaan mereka mulai bertabrakan’. Sederhananya, MiG kalah dalam perebutan pendanaan dari pemerintah.

MiG 1.42
Saat ini, perusahaan MiG tidak punya pesanan. Kontrak besar terakhir untuk memasok pesawat tempur MiG-29K Angkatan Laut Rusia dan India telah selesai. MiG kalah dalam tender untuk memasok pesawat tempur ringan India, yang dimenangkan oleh perusahaan Rafale Prancis. Proyek desain UAV yang ditawarkan oleh MiG tak mendapat pendanaan pemerintah. Sehingga, kini manajemen perusahaan harus mencari kesempatan untuk memperbaiki portofolio pesanan, termasuk mencari mitra atau pembeli, bagi pesawat tempur generasi kelima. Ini tak akan mudah dilakukan tanpa produk yang sudah ditangan, dan perusahaan kini harus membuat setidaknya prototipe terbang atau demonstrasi teknologi.

Namun, UAC menyatakan, pengembangna pesawat tempur generasi kelima kelas ringan bukan prioritas perusahaan. Selain itu, proyek PAK FA juga menjadi beban finansial yang berat untuk pemerintah, dan jumlah PAK FA yang akan dibeli pemerintah secara konstan menurun. Oleh karena itu Sergey Korotkov mulai bicara tentang perlunya mengganti MiG-29, “yang tersebar di seluruh dunia”. Namun, perihal akankah pesawat tempur generasi kelima kelas ringan Rusia bisa memasuki pasar global masih menjadi tanda tanya.

Indonesia.rbth.com

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait