Ketegangan terjadi kembali di Kasmir dimana suatu wilayah direbutkan antara India dan Pakistan. Duta Besar Pakistan untuk Indonesia, Muhammad Aqil Nadeem, angkat bicara untuk merespon terkait panasnya pergesekan yang terus terjadi di Kashmir. Komentar Aqil disampaikan dalam peringatan hari Black Kashmir di Jakarta. Dia mengatakan, apa yang terjadi di Kashmir tidak berbeda kondisi di Palestina dimana masih berada dalam penjajahan Israel. Oleh Sebab itu, dia meminta negara-negara dunia khususnya negara Islam tidak mengabaikan Kashmir.
“Masalah ini mirip dengan Palestina,” ucap Aqil di Gedung Dakwah Islam di Jakarta, Rabu 28 Oktober 2015. Dia menegaskan kemerdekaan daerah dalam negara India sangat penting untuk terjadi. Kenyataannya mencapai 70 ribu warga Kashmir sudah menjadi korban jiwa untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Kashmir merupakan wilayah yang berada di Utara India. Kawasan ini sudah puluhan tahun terjerumus dalam konflik berkelanjutan.
“Masalah ini mirip dengan Palestina,” ucap Aqil di Gedung Dakwah Islam di Jakarta, Rabu 28 Oktober 2015. Dia menegaskan kemerdekaan daerah dalam negara India sangat penting untuk terjadi. Kenyataannya mencapai 70 ribu warga Kashmir sudah menjadi korban jiwa untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Kashmir merupakan wilayah yang berada di Utara India. Kawasan ini sudah puluhan tahun terjerumus dalam konflik berkelanjutan.
“Sangat penting bagi negara-negara Islam untuk menyoroti masalah Kashmir ini, tugas negara-negara Muslim mendukung kemerdekaan Kashmir”. Peristiwa Black Kashmir sendiri adalah peristiwa ketika tentara India memasuki wilayah Kashmir dan Jammu yang terjadi pada 27 Oktober 1947. Beberapa pihak tidak setuju dengan keputusan yang diambil India ini. Mereka melihat apa yang dilakukan India sebagai tindakan penjajahan terhadap Kashmir.
Wilayah sengketa antara India dan Pakistan ini, 80 persen muslim dan mereka mendapat perlakuan tidak adil. “Kalau Islam mau sembelih sapi seperti saat Idul Adha, mereka bisa dihukum mati karena sapi itu dewa umat Hindu. Hal itu berlaku sampai abad 19 dan 20,” kata Ketua Kashmir Solidarity For?um Zahir Kahn, di Gedung Kedutaan Besar Pakistan, Jakarta, Minggu 20 September 2015.
“Tapi, kalau orang Hindu bunuh orang Islam hanya didenda 20 Rupe atau hanya Rp 2 ribu. Jadi orang muslim tidak diberi hak untuk hidup sebagai warga negara, tidak ada keadilan. Dari bidang ekonomi sampai pendidikan,” sambung dia. Pernyataan ini dinyatakan oleh Khan untuk memperingati 50 tahun kemenangan Pakistan atas India, atas peperangan pada 1965. PPB melakukan berbagai intervensi dengan memberikan kebebasan bagi penduduk Kashmir masuk jadi bagian Pakistan. Namun, hal itu tidak terlaksana dengan baik. Mantan Diplomat RI itu menjelaskan, setelah PBB membuat keputusan seperti itu, 80 ribu tentara India menduduki Kashmir.
“80 Ribu tentara India di Kashmir.? PBB berkali-kali buat resolusi untuk tentukan nasib sendiri mau gabung Pakistan atau India. Tapi hal itu tidak dirasakan hingga sekarang. Tidak ada 1 orang utuh di rumah tangga, bapak dibunuh, yang wanita diperkosa,” ujar Khan. Karena itu, Khan mengajak negara-negara dunia untuk momen peringatan 50 tahun ini dijadikan sebagai peringatan bagi seluruh bangsa karena terdapat ketidakadilan terjadi kepada umat Islam di Kashmir yang ingin bergabung dengan Pakistan.
Ikuti kami di instagram @militerysindonesia
Wilayah sengketa antara India dan Pakistan ini, 80 persen muslim dan mereka mendapat perlakuan tidak adil. “Kalau Islam mau sembelih sapi seperti saat Idul Adha, mereka bisa dihukum mati karena sapi itu dewa umat Hindu. Hal itu berlaku sampai abad 19 dan 20,” kata Ketua Kashmir Solidarity For?um Zahir Kahn, di Gedung Kedutaan Besar Pakistan, Jakarta, Minggu 20 September 2015.
“Tapi, kalau orang Hindu bunuh orang Islam hanya didenda 20 Rupe atau hanya Rp 2 ribu. Jadi orang muslim tidak diberi hak untuk hidup sebagai warga negara, tidak ada keadilan. Dari bidang ekonomi sampai pendidikan,” sambung dia. Pernyataan ini dinyatakan oleh Khan untuk memperingati 50 tahun kemenangan Pakistan atas India, atas peperangan pada 1965. PPB melakukan berbagai intervensi dengan memberikan kebebasan bagi penduduk Kashmir masuk jadi bagian Pakistan. Namun, hal itu tidak terlaksana dengan baik. Mantan Diplomat RI itu menjelaskan, setelah PBB membuat keputusan seperti itu, 80 ribu tentara India menduduki Kashmir.
“80 Ribu tentara India di Kashmir.? PBB berkali-kali buat resolusi untuk tentukan nasib sendiri mau gabung Pakistan atau India. Tapi hal itu tidak dirasakan hingga sekarang. Tidak ada 1 orang utuh di rumah tangga, bapak dibunuh, yang wanita diperkosa,” ujar Khan. Karena itu, Khan mengajak negara-negara dunia untuk momen peringatan 50 tahun ini dijadikan sebagai peringatan bagi seluruh bangsa karena terdapat ketidakadilan terjadi kepada umat Islam di Kashmir yang ingin bergabung dengan Pakistan.