Di Kapal Perang Ini, Empat Jenderal Beri Hormat

Personel Detasemen Anti Teror Brimob Polda Kaltim melakukan pengamanan area saat personel Kopaska dan Polisi Militer TNI-AL sedang melumpuhkan seorang teroris yang berusaha kabur pada latihan penanganan pembajak kapal di Pelabuhan Semayang Balikpapan
Kapal KRI Ki Hajar Dewantara-364 lengkap dengan persenjataan rudal anti permukaan melintas di perairan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (12/5/2015).

Kapal bergerak perlahan berjarak sekitar 7 meter dari tepi dermaga. Lambaian tangan dari prajurit di atas kapal disambut sorakan pengunjung yang hadir.

Empat orang Jenderal pun berdiri menatap ke depan, kemudian sontak memberi hormat diikuti Komandan Lanal Balikpapan Kolonel Laut (P) Ariantyo Condrowibowo serta Bupati PPU Yusran Aspar yang turut hadir di acara latihan penanganan teroris di laut.

Keempat Jenderal tersebut adalah Wakil Komandan Kodiklat TNI Brigjen TNI Herunimus Guru, Dirlat Kodiklat TNI Brigjen TNI Ganip Warsito, Danlantamal VI Makassar Laksma Rudito, dan Marsma Wahyudi Sumarwoto dari Danpuslat Kodiklat TNI.

Keempat Jenderal tersebut adalah Wakil Komandan Kodiklat TNI Brigjen TNI Herunimus Guru, Dirlat Kodiklat TNI Brigjen TNI Laksma Rudito dan Danlantamal VI Makassar, serta Marsma Wahyudi Sumarwoto dari Danpuslat Kodiklat TNI.

Mereka hadir sekaligus sebagai wakil tim penilai Kodiklat TNI untuk Latihan Kesiapan Kormaritim Menghadapi Ancaman Terorisme.

"Kami tidak melihat kerawanan apa yang paling menonjol, yang penting bagi kami telah melaksanakan latihan lesiapsiagaan dalam rangka menunjukkan kepada masyarakat, bahwa TNI siap menghadapi segala tantangan," ujar Herunimus Guru.

Prosesi pemberian hormat kepada prajurit dilakukan ketika 4 kapal utama melintas sekaligus memamerkan kekuatan armada laut TNI AL, yakni KRI Ki Hajar Dewantara, KRI Keris, KRI Bireung, dan KAL Sepinggan.

Latihan diadakan satu tahun satu kali. Tim yang terlibat adalah personel TNI Armada Timur bersama tim gabungan lainnya.

Kopaska Penyelamat Kolonel Laut (E) Yudi Bramantyo menjelaskan, waktu penyergapan, tim bergerak meliputi tim Maritim Introduction Operation 1 ada 7 orang, tim MIO 2 ada 7 orang, dibantu tim penerjun 7 orang. Total ada 21 orang yang bersimulasi menyerang di atas kapal.

Tim yang mengamankan tim MIO 3 dan 4 dengan sea radar. Ditambah lagi satu tim untuk menjinakkan bahan peledak dari EOD pass rope

Dua orang Pasukan Kopaska dari Armatim Surabaya, yang saat itu berperan sebagai teroris juga berbicara mengenai latihan ini.

"Di dalam juga kami berkelahi beneran. Ada dua perkelahian di mesin, tiga di anjungan kapal, dan satu di geladak heli. Kami tak kenal, dengan siapa kami berkelahi, jadi disimulasikan dengan serius saja," kata Satria Putra, anggota Kopaska Armatim.

"Untuk penembakan teroris, disimulasikan menggunakan boneka. Ada tiga tadi yang ditembak, sesuai jumlah korban yaitu tiga mati tertembak," sambut Lutfi, Kopaska Armatim.

Senjata yang digunakan adalah hk 416 kaliber 5,5 mili, smg mp5 kaliber 9 mili, granat offensive yang hanya mengeluarkan suara tetapi tidak menghancurkan, dan peledakan explosive TNT untuk simulasi bahan peledak di laut.

Dalam latihan tersebut disimulasikan adanya ancaman teroris yang meminta uang tebusan dengan menyandera anak buah kapal. Teroris menembak 3 orang sandera yang kemudian dilanjutkan dengan penyerangan dari Kopaska Armatim sebanyak 30 personel.

Teroris kemudian dilumpuhkan, serta bom yang ada di kapal berhasil dijinakkan, kemudian diledakkan di tengah laut. (Tribunnews)

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait