TNI-Polri Senang Impor, Amunisi Pindad Susah Laku

Pindad Targetkan Produksi 40 ribu Senjata Tiap Tahun
Direktur PT. Pindad Silmy Karim mengatakan saat ini perusahaannya kesulitan memasarkan amunisi kaliber besar. Alasannya, pasar asing tak percaya pada produksi Pindad lantaran pemerintah Indonesia yang tak kunjung membelinya.

"Amunisi ini tidak laris karena Indonesia belum beli. Gimana mau ekspor, negaranya saja enggak pakai?" ujarnya, saat di Kompleks PT. Pindad, Jalan Kiara Condong, Bandung, Jumat, 27 Februari 2015. Padahal, kata dia, amunisi 1.085 milimeter ini sudah teruji dan memiliki sertfikat resmi.

Silmy menjelaskan sejauh ini Pindad hanya memasarkan amunisi kaliber kecil saja. Amunisi ini dinilai sudah laris di pasar domestik mau pun asing. Kaliber kecil biasanya digunakan untuk pistol, laras pendek, dan sniper. Mitra strategis Pindad untuk kaliber kecil saat ini di antaranya tersebar di timur tengah dan asia.

Sementara amunisi kaliber besar, digunakan untuk meriam, artileri, canon, dan leopard 120. "Sangat cocok dimiliki oleh Angkatan Laut, Angkatan Darat, dan Angkatan Udara," ujar Silmy. Dia menjelaskan kaliber berfungsi untuk penghancuran.

Untuk membuat amunisi kaliber besar, dibutuhkan keuletan dan teknologi yang canggih. Menurut Silmy, saat ini Pindad sudah memiliki keduanya dan siap memenuhi permintaan pasar.

Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan dirinya akan membantu Pindad dengan mempromosikan amunisi kaliber besar di luar dan di dalam negeri. "Kami akan rumuskan rancangan agar produksi amunisi kaliber besar buatan Pindad meningkat," ujar dia, di tempat yang sama.

Selain itu, Kementerian Perindustrian akan meminta Kementerian Pertahanan, TNI, dan Polri untuk hanya menggunakan senjata buatan PT. Pindad. "Kami akan koordinasikan hal itu, dan akan kami bawa ke rapat kabinet," ujarnya, saat ditemui di Kompleks PT. Pindad, Jalan Kiara Condong, Bandung, Jumat, 27 Februari 2015.

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait