Kelalaian Prajurit TNI, Maunya Mengosongkan Senjata, Peluru Nyasar ke Ayah dan Anak

Ilustrasi
Novan (6) dan ayahnya, Sugiono (32), tertembak di Bandara Mopah, Merauke, Papua, Senin (9/3).Novan meninggal, sedangkan ayahnya hingga Senin malam masih kritis. Komandan Resor Militer 174/Anim Ti Waninggap Merauke Brigadir Jenderal Supartodi menyatakan bertanggung jawab atas kelalaian bawahannya.

Novan dan Sugiono tertembak di konter maskapai Sriwijaya Air, di Bandara Mopah. Peluru senjata TNI mengenai mereka akibat kelalaian Prajurit Kepala Dedi.
"Saya meminta maaf kepada keluarga korban atas kejadian ini. Seluruh biaya perawatan medis dan pemakaman korban menjadi tanggung jawab kami," kata Supartodi saat dihubungi Kompas dari Jayapura, Senin.

Supartodi menyatakan, kejadian itu murni kelalaian anggotanya saat mengosongkan peluru dari senjata di areal Bandara Mopah. Pelaku telah menjalani pemeriksaan di Detasemen Polisi Militer (Denpom) Korem 174/ATW Merauke.

"Pelaku tidak dalam pengaruh alkohol saat melaksanakan prosedur pengosongan peluru. Namun, kami akan menindaknya sesuai prosedur yang berlaku. Saat ini, kami menantikan hasil pemeriksaan dari petugas Denpom," ujarnya. Terkait insiden itu, Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal Fransen G Siahaan belum bersedia memberikan keterangan.

Informasi yang dihimpun dari Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua, insiden terjadi sekitar pukul 08.40 WIT. Pelaku bertindak sebagai petugas protokoler untuk mengosongkan peluru pada senjata jenis FN milik Kepala Perbekalan dan Angkutan Kodam XVII/Cenderawasih Letnan Kolonel Joko Pitojo yang akan kembali ke Jayapura dengan pesawat Lion Air.

Ternyata, pada saat mengokang, senjata itu mengeluarkan sebutir timah panas ke arah dinding konter yang berbahan tripleks. Kedua korban yang berada di balik dinding itu langsung terkapar. Sugiono masih bernapas dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Merauke, sedangkan anaknya yang terkena tembakan di dada meninggal di tempat.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Kolonel (Inf) Wuryanto saat dihubungi menuturkan, seharusnya senjata diarahkan ke atas saat mengosongkan peluru. "Ada kemungkinan Dedi telah mengarahkan senjata ke atas. Namun, dia kurang bertenaga saat memegang senjata sehingga saat meletus mengarah ke arah dinding," katanya.

Ia pun menyatakan, TNI AD menyampaikan permintaan maaf dan turut berdukacita kepada kerabat korban. 

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait