Australia mengirimkan 300 pasukan tambahan ke Irak untuk membantu pasukan keamanan setempat dalam pertempuran melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Pengiriman 300 tentara ke pangkalan militer Taji, sebelah utara Bagdad, merupakan bagian dari misi gabungan Australia dan Selandia Baru," ucap Perdana Menteri Tony Abbott, Selasa, 3 Maret 2015.
Perdana Menteri Selandia Baru John Key, Selasa, 3 Maret 2015, mengatakan negaranya akan mengirimkan 143 tentara sebagai bagian dari misi tersebut.
Pengerahan pasukan berlangsung sehari setelah Australia mengeluarkan pelarangan terhadap warga negaranya mengunjungi Mosul, kota kedua Irak yang dikuasai ISIS. Bila pelarangan itu dilanggar maka dia akan dikenakan hukuman penjara sembilan tahun, kecuali ada alasan khusus yang sah misalnya mengunjungi anggota keluarga di sana.
Abbott berkali-kali menekankan bahwa pasukan yang dikirimkan ke Irak sama sekali tidak akan terlibat dalam pertempuran. Hal tersebut sangat penting disampaikan demi meredakan kekhawatiran Canberra bakal terlibat dalam operasi tempur.
Menurut Abbott, pengiriman kontingen tempur yang akan bermarkas di Taji itu sesuai dengan komitmen Australia bergabung bersama koalisi internasional serta berdasarkan permintaan pemerintah Irak dan Amerika Serikat.
Sebelumnya, jelas Abbott, pasukan Australia di Irak melakukan serangan udara ke basis pertahanan ISIS. "Australia akan mengirimkan 170 hingga 200 pasukan ditempatkan di Irak dan sekitar 400 anggota Angkatan Udara akan berada di Dubai," ucapnya.
Dia menambahkan, seluruh pasukan khusus yang memberikan pelatihan kepada pasukan antiteroris Irak akan ditarik pada September 2015, setahun setelah mereka dikirimkan ke Irak. "Tantangannya sekarang adalah bagaimana meyakinkan pasukan reguler Irak untuk merebut kembali wilayah daratnya yang hilang. Inilah misi kita sesungguhnya," kata Abbott.
"Pengiriman 300 tentara ke pangkalan militer Taji, sebelah utara Bagdad, merupakan bagian dari misi gabungan Australia dan Selandia Baru," ucap Perdana Menteri Tony Abbott, Selasa, 3 Maret 2015.
Perdana Menteri Selandia Baru John Key, Selasa, 3 Maret 2015, mengatakan negaranya akan mengirimkan 143 tentara sebagai bagian dari misi tersebut.
Pengerahan pasukan berlangsung sehari setelah Australia mengeluarkan pelarangan terhadap warga negaranya mengunjungi Mosul, kota kedua Irak yang dikuasai ISIS. Bila pelarangan itu dilanggar maka dia akan dikenakan hukuman penjara sembilan tahun, kecuali ada alasan khusus yang sah misalnya mengunjungi anggota keluarga di sana.
Abbott berkali-kali menekankan bahwa pasukan yang dikirimkan ke Irak sama sekali tidak akan terlibat dalam pertempuran. Hal tersebut sangat penting disampaikan demi meredakan kekhawatiran Canberra bakal terlibat dalam operasi tempur.
Menurut Abbott, pengiriman kontingen tempur yang akan bermarkas di Taji itu sesuai dengan komitmen Australia bergabung bersama koalisi internasional serta berdasarkan permintaan pemerintah Irak dan Amerika Serikat.
Sebelumnya, jelas Abbott, pasukan Australia di Irak melakukan serangan udara ke basis pertahanan ISIS. "Australia akan mengirimkan 170 hingga 200 pasukan ditempatkan di Irak dan sekitar 400 anggota Angkatan Udara akan berada di Dubai," ucapnya.
Dia menambahkan, seluruh pasukan khusus yang memberikan pelatihan kepada pasukan antiteroris Irak akan ditarik pada September 2015, setahun setelah mereka dikirimkan ke Irak. "Tantangannya sekarang adalah bagaimana meyakinkan pasukan reguler Irak untuk merebut kembali wilayah daratnya yang hilang. Inilah misi kita sesungguhnya," kata Abbott.