Beriev Be-200 Altair: Pesawat Amfibi Multipurpose Incaran TNI AU


Terkait tugasnya di wilayah lautan, bila selama ini TNI AU baru sebatas melakukan peran intai maritim tanpa dapat melakukan penindakan, maka terkait tren pemberantasan illegal fishing yang sedang dicanangkan pemerintah, TNI AU pun ingin mengambil peran yang lebih strategis. Salah satu wujudnya dengan keinginan dari pihak TNI AU untuk bisa mengoperasikan pesawat amfibi multipurpose buatan Rusia, Beriev Be-200 Altair. Pesawat ini dapat langsung mendarat di laut dan kemudian menerjunkan pasukan untuk melakukan inspeksi ke kapal-kapal yang mencurigakan.

Keinginan mendatangkan pesawat berkemampuan amfibi di dorong atas inisiatif Presiden Joko Widodo untuk memperkuat eksistensi pesawat patroli maritime TNI AU. Ibarat menyambut umpan, KSAU Marsekal IB Putu Dunia menyarankan pesawat yang ideal untuk digunakan adalah jenis Be-200 Altair. Be-200 terbilang sudah battle proven untuk tugas amfibi, pesawat ini pun pernah disewa Indonesia dalam misi pemadaman kebakaran hutan pada tahun 2006. Sebagai pemadam kebakaran, Be-200 dapat membawa 12.000 liter air yang berperan sebagai ‘bom air.’ 12.000 liter air dapat dilepaskan dalam durasi 14 detik.



Sejatinya, pesawat yang resmi diperkenalkan ke publik pada Paris Air Show 1991, dihadirkan dalam beberapa varian. Bila nantinya TNI AU jadi mengakuisisi Be-200, maka besar kemungkinan yang dibeli adalah versi Be-220 Maritime Patrol. Pesawat yang beroperasi secara fly by wire ini memang jago untuk lepas landas di air. Be-200 dapat lepas landas di air dengan jarak ‘pacu’ 2.300 meter. Kedalaman air untuk mendarat dan lepas landas hanya 2,5 meter. Sementara gelombang laut pun tidak jadi masalah, sepanjang tinggi gelombang tidak lebih dari 1,3 meter. Sebaliknya untuk lepas landas di daratan, dibutuhkan landas pacu sepanjang 1.800 meter.

Dengan kemampuan multipurpose, selain laris disewa sebagai pemadam kebakaran di hutan, Be-200 juga amat ideal mendukung operasi SAR pesawat bisa membawa 42 penumpang. Sedangkan bila berlaku sebagai ambulance udara, pesawat dapat dimuati 30 tandu pasien. Lepas dari itu, pesawat amfibi bermesin jet 2 × Progress D-436TP turbofan, dapat membawa 72 penumpang.



Dari sembilan unit yang telah di produksi, memang belum ada yang diluncurkan dalam varian maritime patrol. Namun Irkut selaku manufaktur pesawat, telah merancang Be-200 dapat mendukung misi AKS (anti kapal selam). Beberapa sensor yang dibenamkan di Be-200 mencakup optic dan thermal, plus radar sea surveillance. Jika Indonesia kelak mengoperasikan varian Be-200, maka Indonesia bakal menjadi pemakai ketiga setelah Rusia dan Azerbaijan.


Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, adalah keharusan untuk mempunyai pesawat patroli berkemampuan amfibi. Untuk tugas mengawal bentang perbatasan yang sangat luas, tak salah kiranya agar segera di datangkan jenis pesawat ini. Hadirnya Be-200 kelak dapat membangkitkan kejayaan armada patroli maritim TNI, yang di masa lalu pernah mengoperasikan pesawat patroli amfibi PBY-5A Catalina dan Grumman Albatros di bawah operasi Skadron 5 TNI AU. Inovasi lain yang tak kalah menarik adalah kapal laut dengan kemampuan terbang WiSE (Wings In Surface Effect) yang sudah di uji cobakan. Tapi sayang, nampak pengambil kebijakan di Republik ini belum begitu tertarik pada terobosan teknologi ini.

Spesifikasi Beriev Be-200

    Crew : 2
    Length : 32 m
    Wingspan : 32,8 m
    Height : 8,9 m
    Empty weight : 27.600 kg
    Max Capacity (Water or Retardant): 12,000 liter
    Max Capacity (Cargo): 7.500 kg
    Powerplant : 2 × Progress D-436TP turbofans
    Maximum speed: 700 km/h
    Cruise speed : 560 km/h
    Landing speed : 200 km/h
    Takeoff speed : 220 km/h
    Range : 2.100 km
    Ferry range : 3,300 km
    Ketinggian terbang : 8.000 m
 

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait