Biasanya TNI AL baru memensiunkan jenis kapal perang bekas yang dimilikinya, setelah kapal yang dimaksud sudah tak dioperasikan di negeri asal pembuatnya. Tapi ada yang tak biasa untuk Tripartite Class, jenis kapal penyapu ranjau tercanggih milik TNI AL saat ini. Di negeri asalnya, yakni Belanda, justru kapal penyapu ranjau ini masih aktif beroperasi.
Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi mengakui bahwa saat ini kapal penyapu ranjau dua kapal jenis Tripartite Class mereka, yaitu KRI Pulau Rengat 711 dan KRI Pulau Rupat 712 buatan galangan GNM (Van der Gessen de Noord Marinebouw BV) di Albasserdam, Belanda, sudah mendekati akhir masa kerja. Kapal dengan panjang 51,5 meter tersebut sudah dipakai oleh TNI AL sejak tahun 1988, maka sudah selayaknya mereka dipensiunkan. Dalam pernyataannya ia juga menjelaskan bahwa TNI-AL saat ini sedang memulai proses pengadaan untuk membeli dua kapal penyapu ranjau baru.
Baru-baru ini KRI Pulau Rengat 711 diturunkan TNI AL untuk membantu misi evakuasi AirAsia QZ8501, kapal ini bertugas menyisir puing-puing pesawat dan mendeteksi adanya logam di dasar laut. KRI Pulau Rengat 711, walau sudah setengah uzur, masih dapat mendeteksi logam dalam di kedalaman 25 sampai 50 meter. Untuk sistem deteksi ia dilengkapi sistem sensor dan processing 1 unit Sonar DUBM, 1 Thales underwater system TSM, side scan sonar, Sonar TSM 2022, 1 SAAB Bofors Double Eagle Mk III Self Propelled Variable Depth Sonar, dan 1 Consilium Selesmar Type T-250/10CM003 Radar.
Saudaranya, KRI Pulau Rupat 712 pada awal tahun 2013 dikerahkan untuk membersihkan ranjau-ranjau peninggalan perang dunia II di teluk Dalam Ambon. Pembersihan ranjau dilakukan untuk mengamankan proyek pembangunan Jembatan Merah Putih yang menghubungkan Galala Poka dan Ambon.
Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi mengakui bahwa saat ini kapal penyapu ranjau dua kapal jenis Tripartite Class mereka, yaitu KRI Pulau Rengat 711 dan KRI Pulau Rupat 712 buatan galangan GNM (Van der Gessen de Noord Marinebouw BV) di Albasserdam, Belanda, sudah mendekati akhir masa kerja. Kapal dengan panjang 51,5 meter tersebut sudah dipakai oleh TNI AL sejak tahun 1988, maka sudah selayaknya mereka dipensiunkan. Dalam pernyataannya ia juga menjelaskan bahwa TNI-AL saat ini sedang memulai proses pengadaan untuk membeli dua kapal penyapu ranjau baru.
Baru-baru ini KRI Pulau Rengat 711 diturunkan TNI AL untuk membantu misi evakuasi AirAsia QZ8501, kapal ini bertugas menyisir puing-puing pesawat dan mendeteksi adanya logam di dasar laut. KRI Pulau Rengat 711, walau sudah setengah uzur, masih dapat mendeteksi logam dalam di kedalaman 25 sampai 50 meter. Untuk sistem deteksi ia dilengkapi sistem sensor dan processing 1 unit Sonar DUBM, 1 Thales underwater system TSM, side scan sonar, Sonar TSM 2022, 1 SAAB Bofors Double Eagle Mk III Self Propelled Variable Depth Sonar, dan 1 Consilium Selesmar Type T-250/10CM003 Radar.
Saudaranya, KRI Pulau Rupat 712 pada awal tahun 2013 dikerahkan untuk membersihkan ranjau-ranjau peninggalan perang dunia II di teluk Dalam Ambon. Pembersihan ranjau dilakukan untuk mengamankan proyek pembangunan Jembatan Merah Putih yang menghubungkan Galala Poka dan Ambon.
Ranjau yang bisa dipindai adalah jenis ranjau kontak, ranjau akustik, dan ranjau magnetik. Setelah melakukan pemburuan, ranjau dapat dihancurkan lewat bom laut atau ditembak langsung dengan kanon Rheinmetall kaliber 20mm. Setiap kapal Tripartite dibekali 2 unit kanon Rheinmetall, yakni pada sisi haluan dan buritan.
Selain Indonesia dan Belanda, kapal ini juga digunakan oleh Belgia, Bulgaria, Latvia dan Pakistan. Bahkan armada NATO menurunkannya dalam memburu serta menghancurkan ranjau yang ditabur di selat Hormuz, Timur Tengah. Menyikapi rencana pensiun Tripartite Class TNI AL, menjadi pertanyaan, mengapa justu bukan penyapu ranjau Kondor Class yang dipensiunkan? Padahal secara usia dan teknologi, Kondor jauh lebih lawas dan tertinggal dari Tripartite.
Sampai berita ini diturunkan, pihak TNI-AL belum memutuskan jenis kapal penyapu ranjau yang akan dibeli. Namun, satu hal yang pasti, Kemhan dan TNI AL mengutamakan produksi galangan kapal dalam negeri. Anggaran pembelian kapal belum diungkapkan, Yang jelas (anggaran dua kapal penyapu ranjau) sudah dimasukkan dalam rencana strategis 2015-2019.
Selain Indonesia dan Belanda, kapal ini juga digunakan oleh Belgia, Bulgaria, Latvia dan Pakistan. Bahkan armada NATO menurunkannya dalam memburu serta menghancurkan ranjau yang ditabur di selat Hormuz, Timur Tengah. Menyikapi rencana pensiun Tripartite Class TNI AL, menjadi pertanyaan, mengapa justu bukan penyapu ranjau Kondor Class yang dipensiunkan? Padahal secara usia dan teknologi, Kondor jauh lebih lawas dan tertinggal dari Tripartite.
Sampai berita ini diturunkan, pihak TNI-AL belum memutuskan jenis kapal penyapu ranjau yang akan dibeli. Namun, satu hal yang pasti, Kemhan dan TNI AL mengutamakan produksi galangan kapal dalam negeri. Anggaran pembelian kapal belum diungkapkan, Yang jelas (anggaran dua kapal penyapu ranjau) sudah dimasukkan dalam rencana strategis 2015-2019.