M113 A1: Transformasi Dari APC Hingga IFV Berdaya Gempur Sedang


Gelaran HUT TNI Ke-69 di Dermaga Koarmatim Surabaya, Jawa Timur (7/10), masih menyisakan decak kagum bagi warga di Tanah Air. Sesuai janji panitia, sebagian besar alutsista dihadirkan dalam wujud defile besar-besaran. Bagi pemerhati alutsista, kehadiran tipe-tipe alat perang yang dipamerkan sudah bisa ditebak sejak lama. Tapi nyatanya ada satu jenis alutsista yang lolos dari pantauan, dan ranpur ini memang baru mendarat sekitar H-7 lewat layanan cargo di bandara Soekarno Hatta. Uniknya, awal terendusnya sosok alutsista ini lebih banyak membuat ‘kaget’ ketimbang rasa bangga.

Ranpur yang dimaksud adalah M113 A1, jenis APC (Armoured Personnel Carrier) beroda rantai. Kabar kedatangan ranpur yang kondang di Perang Vietnam ini di wartakan oleh situs ARC.web.id (2/10). Sesuai prediksi, M113 A1 sengaja di datangkan secara ekspres untuk di ikutkan dalam defile HUT TNI ke-69. Dan faktanya di hari H, empat unit APC ini ikut berbaris rapi dalam formasi defile setelah IFV (Infantry Fighting Vehicle) Marder 1A3 dan membelakangi panser tempur Tarantula 6×6. Dari analisa, M113 A1 yang di datangkan dari Belgia ini dipersiapkan untuk mempercepat pembentukan beberapa Batalyon Infanteri Mekanis. Soal apakah M113 di datangkan lewat cara pembelian, bonus atau hibah terkait proyek lain, masih belum ada konfirmasi hingga tulisan ini dibuat. Mengenai jumlah, disebut-sebut total TNI akan kedatangan 80 unit M113 A1, besar harapan nantinya TNI AD akan menerima M113 dalam berbagai varian. Di area Asia Tenggara, Indonesia jadi pengguna paling junior M113, sebelumnya ranpur ini sudah dioperasikan oleh Vietnam, Singapura, dan Filipina.

Di lingkup TNI AD, sebelumnya Yonif Mekanis sudah diproyeksikan untuk diperkuat panser Anoa buatan Pindad dan IFV Marder 1A3 buatan Jerman. Wajar jika sebagian kalangan heran? Bila benar adanya M113 untuk Yonif Mekanis, berarti ada penurunan spesifikasi. Yang tadinya Yonif Mekanis diperkuat ranpur sekelas IFV, dengan M113 kualfikasinya seolah jadi turun derajat di kelas APC.

M113 A1 tiba lewat cargo di bandara Soekarno Hatta (Foto: ARC)

M113 TNI AD sempat menjadi wahana hiburan bagi warga.

IFV punya kemiripan dengan peran APC, yaitu sama-sama bertugas menghantarkan prajurit yang diangkutnya ke wilayah operasi yang telah ditentukan. Tapi IFV punya kemampuan ‘lebih’ dibanding APC. APC utamanya dibekali dengan senjata untuk self defence, ujung-ujungnya senjata yang digotong paling banter adalah SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm atau pelontar granat AGL-40, di lingkungan TNI biasa digunakan SMB dari jenis M2HB Browning atau CIS 50MG. Jenis ranpur yang masuk kategori APC bisa kendaraan lapis baja roda rantai atau roda ban. Jenis-jenis APC milik TNI saat ini adalah AMX-13 VCI, BTR-50P, Alvis Stormer, dan panser Anoa buatan Pindad.

Sementara di lini IFV, ranpur tampil lebih sangar, meski mengemban sebagai media transport personel, IFV dipersenjatai dengan kanon kaliber menengah, biasanya kaliber 20 mm keatas, sehingga lumayan efektif untuk ikut menyerang secara langsung target, atau bisa diperankan sebagai wahana bantuan tembakan yang menakutkan lawan. Masuk dalam golongan IFV milik TNI adalah Marder 1A3, BTR-80A, BVP-2, BMP-3F, dan Tarantula 6×6.


Antara Keunggulan dan Kontroversi

Bagi sebagian orang, mendengar TNI AD mengadopsi M113, ibarat seperti mendatangkan barang antik. Menyebut M113, maka yang terlintas sebuah ranpur jadul, tak salah memang, mengingat rancang bangunnya sudah dimulai sejak 1956 oleh FMC Corporation, dan pertama kali diproduksi pada tahun 1957. Di lingkungan AD AS, M113 menjadi wahana APC andalan, sebelum tempatnya digantikan oleh IFV M2 Bradley. Dengan bobotnya yang ringan, punya mobilitas tinggi, dan mudah di upgrade, menjadikan M113 sangat populer. Hingga tahun 2001, 85.000 unit M113 telah dirpoduksi dalam berbagi varian. M113 tercatat digunakan di 51 negara, beberapa diproduksi secara lisensi oleh Belgia dan Italia.

Debut yang mempopulerkan M113 yakni pada ajang Perang Vietnam, M113 digunakan sebagai wahana penghantar unit infanteri AD AS. Selain helikopter UH-1 Huey, M113 menjadi ikon dalam penampilan aksi militer AS di Negeri Paman Ho tersebut. Meskipun berpredikat kendaraan lapis baja, ternyata M113 tidak lebih dari kendaraan berlapis logam tipis yang tidak kebal peluru. Permukaan bodinya di las baja dengan camnpuran alumunium dengan ketebalan 12 – 38 mm, bahkan 40% komponennya dibuat dari logam ringan. Pengalaman di Vietnam membuktikan, bahwa M113 tidak berkutik setelah terkena tembakan senjata anti tank Viet Cong (RPG). Bahkan ranjau buatan sendiri Viet Cong mampu melumpuhkan M113. Permasalah inilah yang seringkali membuat unit infanteri AS dan Marinir di Vietnam berpaling kepada helikopter sebagai sarana angkutannya.

M113 A1 saat berlaga di Vietnam
Selama perang Vietnam, M113 populer disebut sebagai “Battle Taxi”
Beraksi dengan meriam tanpa tolak balik di Perang Vietnam.
M113 yang mengalami total loss dalam pertempuran
Jadi bulan-bulanan dalam Perang di Lebanon.
M113 Israel dilapisi proteksi Toga.
Dalam beberapa konflik lain, seperti di Timur Tengah dan Afrika, momok bahwa M113 rentan mengalami kerusakan, bahkan hancur akibat gempuran senjata anti tank, ranjau, dan SMB (Senapan Mesin Berat) kaliber 12,7 mm. Solusi untuk membangun lapisan proteksi yang diperkuat pun menjadi prioritas, tanpa harus meningkatkan bobot ranpur secara signifikan, Israel berhasil melapisi armada M113 dengan proteksi Toga. Meski itu pun tak menjamin ranpur aman dari terjangan roket/rudal anti tank.

Meski sempat mengalami kemunduran teknis di Perang Vietnam, M113 APC tidaklah lantas menghilang dari arena teknologi militer Barat. Kemajuan yang dialaminya adalah peralihan dari sekedar APC menjadi IFV, bahkan M113 dapat dipoles dengan penambahan kubah meriam kaliber 76/90 mm (Fire Support Vehicle), menjadikan daya gempur M113 setara tank ringan Scorpion. Turunan varian M113 bisa dibilang sangat banyak, mulai dari tank ambulance, ranpur komando, pembawa rudal, radar carrier, CIWS Vulcan carrier, pengangkut mortir 81 mm, sampai varian kanon coaxial kaliber 20/30 mm.

M113 Lebanon dilengkapi rudal anti tank TOW
M113 FSV (IFV) milik AD Filipina dengan meriam kaliber 76 mm.
M113 bertransformasi sebagai IFV, tampak dalam foto dibekali kanon Cockerill kaliber 90 mm.
M113 di Indonesia

Sebelum hadir sebagai arsenal di lingkup TNI AD, M113 sudah sempat malang melintang di eks wilayah Tanah Air, tepatnya di Timor Timur (sekarang Timor Leste). Kala itu pasca referendum di tahun 1999, beberapa varian M113 A1 di datangkan AD Australia sebagai bagian dari kekuatan INTERFET (International Force for East Timor). Australia tergolong sebagai pengguna M113 yang cukup besar, tercatat Negeri Kangguru ini punya 766 unit berbagai varian M113. Kiprah M113 Australia pun sudah berkibar lumayan lama, pada Perang Vietnam, M113 Australia ikut dikerahkan. Dalam misi INTERFET, M113 A1 Australia sudah mengalami banyak modifikasi, diantaranya pada lapisan proteksi yang mampu menahan proyektil 14,5 mm, update sistem kemudi, mesin, dan kubah kanon yang dibekali teknologi penglihatan malam.

Melihat dari tampilan yang dipamerkan saat HUT TNI lalu, maka yang dimiliki Indonesia adalah M113 A1. Varian ini pertama kali meluncur pada 1964, ditenagai mesin diesel General Motors V65T. Varian ini sudah dibekali dengan automatic gearbox. Dukungan senjata pada varian ini adalah SMB M2HB Browning kaliber 12,7 mm untuk serang terbatas pada permukaan dan anti serangan udara. Dalam suatu misi tempur, ranpur dapat membawa hingga 2.000 peluru. M113 generasi awal masih dibekali dengan mesin bensin Chrysler 75M yang menghasilkan tenaga 209HP. Varian awal ini masih mengadopsi manual gearbox.

M113 AD Australia saat di daratkan di Dili, Timor Timur lewat pesawat angkut berat C-130 Hercules.
M113 A1 Australia beraksi di Timor Timur.
M113 Australia dalam misi INTERFET, tetap mengandalkan SMB 12,7 mm dengan model kubah.
Pada varian M113 A1, diawaki oleh dua personel (sopir dan penembak), sementara jumlah pasukan yang bisa dibawa sebanyak 11 orang. Untuk kelur masuk pasukan, menggunakan ramp di bagian belakang yang digerakan secara hidrolis. Bila ramp macet, tersedia emergency exit door yang bisa dibuka tutup secara manual. Tidak itu saja, pasukan dapat keluar masuk lewat hatch (tutup kabin) di bagian atap. Lewat hatch ini, pasukan infanteri dapat memberikan bantuan tembakan.

Kapabilitas Amfibi

M113 dibidani oleh manufaktur FMC Corporation, manufaktur yang juga memproduksi ranpur amfibi LVTP (Landing Vehicle Tracked)-7. Dan, M113 pun sejatinya punya kapabilitas amfibi, meski harus diakui hanya bisa berenang terbatas pada lingkup sungai dan danau. Untuk maksud tersebut, memang pada bagian hull sudah disertakan penangkal gelombang. Untuk misi berenang ini M113 memerlukan dukungan propeller optional.

M113 melintasi sungai


M113 A3 Amfibi milik Italia.
Italia yang ikut memproduksi lisensi M113 terbilang kreatif, varian M113 A3 mampu diciptakan dengan kemampuan untuk berenang di lautan. Varian ini mengalami perombakan yang cukup besar dari sisi desain, propeller sudah disematkan secara permanen, dan rancangan hull pun sudah dibuat lebih adaptif untuk menahan terjangan ombak dan gelombang. Untuk berenang, M113 dapat melaju dengan kecepatan 5,8 Km per jam. (Haryo Adjie)

Spesifikasi M113 A1
Manufaktur : FMC Corporation
Awak : 2
Personel : 11
Berat : 14 ton
Panjang : 5,3 meter
Lebar : 3 meter
Tinggi : 1,85 meter
Mesin : General Motors 6V53T Diesel
Tenaga : 275HP
Kecepatan max di jalan raya : 66 Km per jam
Kecepatan di air : 5,8 Km per jam
Jangakaun : 484 Km
Senjata : M2HB Browning kaliber 12,7 mm

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait