Kisah lucu pasukan TNI panen durian pakai bazooka

jenderal pranoto reksosamodra.
Memoar Jenderal Pranoto Reksosamodra tak cuma berisi pergulatan seputar G30S. Banyak kisah menarik seputar operasi militer yang dilakoni perwira angkatan darat tersebut. 

Perang identik dengan aksi saling bunuh, pertempuran berdarah dan air mata. Namun kadang terselip kisah lucu di sela-sela kengerian tersebut.

Salah satunya saat Pranoto memimpin operasi militer memerangi Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Lubuk Bagalung, Sumatera Barat tahun 1958.

Pranoto mengerahkan tiga pesawat pemburu Mustang Angkatan Udara. Meriam-meriam artileri, tank dan 150 pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat. Tak cuma itu, TNI juga diperkuat bantuan tembakan kapal perang angkatan laut dan kompi Raider. Mereka bertugas menghancurkan perbentengan pasukan PRRI yang berkekuatan sekitar 1 batalyon atau 1.000 orang lebih pada saat itu.

Serangan Pranoto berhasil membungkam kubu lawan. Pasukan PRRI tak diberi kesempatan menyerang balas akibat bantuan tembakan pesawat Mustang yang dipiloti Kapten Udara Roesmin Nurjadin.

Setelah situasi dikuasai, Kapten Roesmin mengontak Letkol Pranoto via radio.

"Selamat pesta durian Pak Pran. Seluruh skadron selamat dan segera kembali ke Pangkalan Tabing. Saya minta oleh-oleh senapan jungle riffle rampasan musuh, Pak!" kata Kapten pilot yang kelak jadi Panglima Angkatan Udara itu.

Benar saja, rupanya dari udara Kapten Roesmin sudah melihat ada hutan durian di kawasan yang telah dikuasai TNI. Tak lama kemudian datang satu peleton membawa masing-masing dua buah durian di tangan mereka.

Kolonel Pranoto menuliskan peristiwa ini dalam catatan pribadinya. Buku catatan ini kemudian disunting Imelda Bachtiar dan diterbitkan Kompas tahun 2014 dengan judul Catatan Jenderal Pranoto dari RTM Boedi Oetomo sampai Nirbaya.

Bagaimana cara mereka mendapatkan durian itu dengan cepat? Itu mudah saja. Dengan sekali melepaskan tembakan bazooka pada pohon durian, maka rontoklah buahnya yang sudah masak ke bawah. Nah, peluru bazoka yang mereka gunakan adalah peluru hasil rampasan dari musuh.

"Pantaslah kau itu selalu tidak jujur kalau menyerahkan rampasan peluru bazooka kepada Polad. Rampasan 100 peluru hanya kau laporkan 80 saja ya Kap?" tegur Pranoto pada Kapten Ali Ebram, komandan kompi pasukan Raider.

"Jadi pada saat minggu lalu kau mengirimkan satu truk ke rumahku itu aku harus membayar dengan peluru bazooka itu ya Kap," kata Pranoto sambil tertawa.

Kapten Ali Ebram tak menjawab. Dia hanya tertawa bersama seluruh pasukan yang beristirahat di sana.

MERDEKA

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait