Sejak pertengahan 2008 diketahui TNI AL telah memiliki keluarga rudal baru buatan Cina. Rudal anti kapal ini tak lain adalah C-802. Debut pertama rudal ini ditampilkan TNI AL dalam Latgab TNI 2008, dalam ajang latihan tersebut C-802 dipasang pada KRI Layang (805), tipe kapal FPB (fast patrol boat)-57 buatan PT. PAL. Dengan desain kapal yang relatif kecil, memang hanya dua tabung peluncur C-802 yang bisa dipasang pada jenis FPB-57.
Rencananya tiap armada FPB-57 TNI AL akan dilengkapi rudal C-802, ini tentu akan meningkatkan ‘kesaktian’ jenis kapal patroli ini, pasalnya armada kapal patroli cepat TNI AL memang minim yang dibekali rudal anti permukaan. Saat awal tahun 80-an hingga kini TNI AL memang punya jenis KCR (kapal cepat rudal), yakni 4 dari tipe PSMM Mark 5, atau dikenal sebagai kelas Dagger, diantaranya adalah KRI Rencong (621), KRI Mandau (622), KRI Badik (623) dan KRI Keris (624). Ditaambah baru-baru ini TNI AL mendapat hibah 2 KCR dari Brunei Darussalam, yakni KRI Salawaku (643) dan KRI Badau (642).
Alhasil bila dilalkukasi, TNI AL hanya punya 6 unit KCR, tentu jumlah yang amat minim. Ditambah lagi secara kualitas rudal-rudal pada 6 KCR tersebut sudah cukup tua, keenamnya mengadopsi jenis rudal MM-30 Exocet. Nah, mengatasi minimnya jumlah KCR, TNI AL berusaha meningkatkan status KCT (kapal cepat torpedo) yang selama ini melekat di kelas FPB-57. Dengan dipasangnya C-802, kini FPB-57 dapat berperan sebagai KCT sekaligus KCR. Maklum senjata andalan FPB-57 sebagai KCT adalah dua tabung torpedo berpemandu AEG SUT (surface and underwater target).
Tak semua FPB-57 cocok untuk dipasangi rudal C-802, yang pas menyandang rudal maut ini tak FPB-57 NAV-V yang sudah mengalami modifikasi pada sistem kendali persenjataan. Selain KRI Layang, C-802 juga akan dipasangkan pada KRI Hiu (804), KRI Lemadang (806), dan KRI Todak (803).
C-802
Sejarah kelahiran C-802 dimulai sejak masih berupa konsep rancangan CHETA (China Hai Ying Electro – Mechanical Technology Academy) di awal dekade 1970-an. Tujuan kerja proyek ini tak lain untuk memenuhi kebutuhan AL Cina akan sebuah rudal anti kapal perang permukaan yang relatif kecil, lebih kecil bila dibanding desain rudal dari Uni Soviet. Spesifikasi yang diharapkan yakni berkecepatan subsonic, sanggup melakukan terbang sea skimming (sedikit di atas permukaan laut), mampu melakukan attact flight (terbang serang) dengan didukung sistem teknologi penjejak sasaran mutakhir.
Nah, selain melansir beberapa rudal versi lokal untuk konsumsi Cina sendiri, CHETA juga mendesain sejumlah versi ekspor YJ-8. YJ-8 adalah nama lain dari C-802. Tentu saja spesifikasi teknis dan kinerjanya sedikit dibawah versi lokal yang dipakai AL Cina. Nah, nama resmi YJ-8 yang di ekspor adalah C-802 (YJ-82).
Salah satu varian C-802 adalah C-802A. Rudal ini pertama kali menampakkan sosoknya pada ajang DSEIE (Defence Systems and Equipments International Exhibition) di London, Inggris pada September 2005. Jangkauan C-802A dikabarkan mampu mencapai 180 km. Desain YJ (Ying Ji : Sambaran elang) tidak lagi mengacu pada konsep desain rudal asal Uni Soviet. Oleh perancangnya YJ-8 diklaim perancangnya sebagai hasil perpaduan fisik antara rudal RGM-84 Harpoon dan sistem kendali jelajah rudal MM-38 buatan Perancis.
Rudal Lintas Cakrawala
C-802 mampu menjangkau sasaran yang berada di balik garis cakrawala (over the horizon attack), agar rudal dapat mengenai sasaran dengan tepat (misalnya jarak sasaran, ketinggian jelajah optimal dan kecepatan serta arah angin) telah dihitung dengan tepat oleh perangkat kendali penembakan rudal, maka keseluruhan data tersebut dimasukkan kedalam ‘otak’ YJ-8. Selanjutnya dilakukan kegiatan pra penembakan rudal. Begitu rudal telah siap ditembakkan, arah hadap kotak peluncur rudal akan disetel sedemikian rupa agar sasaran berada di dalam jangkauan rudal. Setelah sasaran telah benar-benar berada di dalam jangkauan tembak YJ-8 (sekitar 8-40 kilometer untuk YJ-81) maka juru senjata akan segera menembakkan rudal.
Tidak lama setelah rudal ditembakkan dan melesat keluar dari wadahnya dengan sudut evaluasi penembakan sekitar 30-45 derajat, maka secara bertahap solid propellat booster akan terbakar (bekerja). Dalam hitungan beberapa detik kecepatan jelajah YJ-8 secara bertahap akan meningkat. Dari semula Mach 0,0 menjadi hingga Mach 0,9 (setara 956 kilometer per jam). Setelah terbakar habis, solid propellat booster akan segera terlepas (detached) dari badan rudal. Kini tiba giliran mesin penggerak membawa rudal menuju sasarannya. Dikendalikan oleh sistem otopilot dan radio altimeter berpresisi tinggi, YJ-8 sanggup menjelajah hingga sejauh 120 kilometer dengan terbang pada kecepatan jelajah Mach 0,8 – 0,9. Ketinggian jelajah pra serang yang dapat dicapai oleh masing-masing anggota keluarga rudal YJ-8 sepenuhnya tergantung situasi dan kondisi perairan (sea status) yang tengah dilintasinya.
Saat memasuki tahapan akhir masa jelajahnya, setiap anggota keluarga rudal YJ-8 akan segera mengaktifkan radar penjejak sasarannya untuk memindai (scan) sasarannya agar ia dapat menentukan secara lebih akurat lokasinya dan kemudian mendekatinya. Berkat sistem pemandu berpola pulsa tunggal yang bekerja pada daerah gelombang radio berfrekuensi tinggi, radar penjejak sasaran YJ-8 menjadi lebih kebal dari segala bentuk upaya pengacakan dan pengecohan yang mengandalkan aneka perangkat gelar perang elektronik. Dengan kata lain kemampuan anti jamming-nya cukup tinggi.
Setelah sasaran yang dituju telah ‘dikunci’ (locked) dalam jarak beberapa kilometer, maka secara bertahap ketinggian terbang YJ-8 akan anjlok hingga tinggal lima sampai tujuh meter dari permukaan laut. Begitu sasaran yang dituju telah berada di hadapannya, YJ-8 akan segera menukik ke bawah untuk selanjutnya mencebur ke laut. Tujuannya agar ia dapat dengan telak menghajar daerah lambung sasaran pada titik sekitar garis air kapal (water line).
Sikap serang seperti ini diyakini perancang YJ-8 sebagai dapat memaksimalkan derajat kerusakan sasaran. Setelah dinding lambung sasaran jebol dan moncong YJ-8 berada di dalamnya, maka tidak lama kemudian hulu ledak rudal segera meledak disertai timbulnya tenaga penghancur yang sangat kuat.
Secara fisik C-802 relatif agak sulit terlacak oleh radar kapal perang yang paling canggih sekalipun. Alasannya jejak radar C-802 sulit dibedakan dengan jejak radar ikan lumba-lumba. Tak cuma itu, perancang C-802 juga mengklaim jika hasil karyanya sanggup beraksi optimal dalam segala kondisi cuaca.
Tantangan Pada Radar Permukaan
C-802 dan Yakhont terbilang rudal handal yang bisa beroperasi lintas cakrawala, tapi dalam gelar operasinya bukan tiada tantangan, khususnya bila dioperasikan pada jenis kapal cepat, umumnya punya keterbatasan jangkauan radar. Sehingga bisa jadi jangkauan radar tak memadai untuk kinerja optimal sang rudal yang bisa menjangkau sasaran sangat jauh dibalik cakrawala. Lain hal bila dioperasikan dari kapal jenis fregat atau korvet yang punya jangkauan radar permukaan lebih baik.
Battle Proven
Produk buatan Cina kerap mendapat stigma kw-2 (kualitas dua), dimana standarnya dicibir masih dibawah produk besutan AS/Eropa. Tapi lewat C-802, Cina berhasil membutikan bahwa rudal yang dibuat cukup ampuh. Salah satunya diperlihatkan saat kelompok Hizbullah menghadang serbuan Isreal di Lebanon pada medio 2006. Mereka mengklaim telah menembakkan C-802 untuk mematahkan blokade laut AL Israel. Hizbullah menghajar kapal perang Israel, INS Hanit, dengan dua rudal, kapal perang itu rusal berat. Walau tidak tenggelam, diketahui empat pelautnya tewas. (Haryo Adjie Nogo Seno)
Spesifikasi C-802
- Berat : 715 kg
- Panjang : 6,392 meter
- Diameter : 36 centimeter
- Mesin : Turbojet
- Hulu ledak : 165 kg High Explosive
- Lebar sayap : 0,72 meter (terlipat)/ 1,22 meter (tidak terlipat)
- Ketinggian terbang : 20-30 meter (terbang) / 5-7 meter saat mendekati sasaran
- Kecepatan : subsonic/ versi terbaru sudah supersonic
- Pemandu : radar aktif
- Platform peluncur : kapal permukaan, kapal selam, pesawat tempur dan truck