Para pemimpin dari 28 negara dalam persekutuan militer Amerika dan Eropa (NATO) mengadakan pertemuan tahunan pada tanggal 4 s/5 September 2014 di Wales , topik utama pembicaraan adalah untuk melawan militan Islam di Irak dan Suriah serta upaya menghentikan pertempuran di Ukraina Timur antara pasukan Ukraina dan kelompok separatis yang pro Rusia. Kini ulah ISIS yang disebut juga ISIL dan kemudian berubah menjadi Islamic State (IS) dinilai AS dan NATO menjadi ancaman serius negara-negara mereka dan akan dihadapi bersama.
NATO adalah sebuah organisasi internasional untuk keamanan bersama yang didirikan pada tahun 1949, sebagai bentuk dukungan terhadap Persetujuan Atlantik Utara yang ditanda tangani di Washington, DC pada 4 April 1949. Para anggota setuju bahwa sebuah serangan bersenjata terhadap salah satu atau lebih dari mereka di Eropa maupun di Amerika Utara akan dianggap sebagai serangan terhadap semua anggota.
Dalam pertemuan tersebut, Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan, persekutuan itu akan “mengambil langkah penting untuk menghadapi” Negara Islam itu dan intervensi Rusia di Ukraina. Sementara Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyampaikan rencana-rencana koalisi internasional dalam rangka mengalahkan para militan ISIS di Irak dan Suriah. Menurutnya, keterlibatan regional sangat penting dalam menghadapi ancaman ISIS. "Kita akan melemahkan dan pada akhirnya mengalahkan ISIL,"tegasnya. Selain itu dikatakan Obama, AS juga akan mencoba melibatkan negara-negara sekutu di Timur Tengah dalam strategi untuk menghadapi para jihadis ISIS.
Menurut Obama, kelompok militan memiliki kemampuan canggih, melakukan kampanye untuk merekrut anggota, yang secara efektif memanfaatkan media sosial untuk menjangkau jauh keseluruh wilayah dan keluar dari Timur Tengah. Diharapkan oleh Obama, agar negara-negara Sunni lainnya harus mengembangkan kampanye "effective counter-narrative" untuk menjelaskan kepada masyarakat muslim bahwa faham dan ide Islamic State itu bukan untuk kepentingan Islam.
Obama memaparkan rencananya soal koalisi tersebut dalam pertemuan puncak NATO, Jumat (5/9) lalu. Kelompok ISIS telah menguasai lima provinsi di Iraq dan sejumlah wilayah krusial di Suriah. Langkah diplomasi AS tersebut menjadi bagian dari keprihatiannya atas gerakan yang dibangun ISIS yang telah melakukan banyak kekejaman, termasuk pembunuhan, penculikan, dan serangan terhadap kaum minoritas di kedua negara arab tersebut. Dikatakannya bahwa Amerika ridak terintimidasi terhadap pembunuhan dua wartawan AS James Foley dan Steven Sotloff.
Dikatakan oleh Presiden Obama, "Ini tak akan terjadi dalam semalam namun kita terus bergerak di arah yang benar dan kita akan mencapai tujuan kita." Obama kemudian mengeluarkan pernyataan keras terhadap Islamic State yang disetujui para anggota NATO, bahwa Negara Islam itu adalah “savage organization” ("organisasi biadab" ) yang akhirnya harus dihancurkan. Ditegaskannya, “We are going to degrade and ultimately defeat ISIL, the same way we went after al Qaeda,” kata Obama.
Diungkapkannya strategi yang akan dipakai adalah "Kita akan menurunkan sistematis kemampuan mereka; kita akan mengecilkan wilayah yang mereka kontrol; dan, pada akhirnya, kita akan mengalahkan mereka," demikian kata Obama. Dalam wawancara setelah sidang NATO tersebut, Presiden Obama bersikeras bahwa ia tidak berniat mengirim pasukan tempur Amerika ke Irak untuk menanggulangi IS, dan menekankan pengiriman pasukan dalam jumlah besar akan kembali mengulangi kesalahan di masa lalu. "Ini tidak sama dengan perang Irak. Apa ini mirip dengan jenis kampanye kontraterorisme dimana kita telah terlibat secara konsisten selama lima, enam, tujuh tahun terakhir. Kami tidak akan mengirim kembali 100.000 tentara Amerika," katanya.
Sebagai realisasi pertemuan di Wales tersebut, AS kemudian melakukan serangkaian serangan udara terhadap para kekuatan IS di Irak utara. Sementara Jerman telah setuju untuk mempersenjatai pasukan Kurdi dalam memerangi militan IS dan Pemerintah Inggris pun tengah mempertimbangkan untuk mengambil langkah serupa. Pesawat tempur AS dan termasuk drone telah melakukan 133 shorty serangan sejak 8 Agustus bulan lalu. Pada hari Sabtu (7/9/2014) pesawat tempur AS telah melakukan serangan udara di kota Hadhita, dimana para pejuang Islamic State mencoba memasuki kota dan merebut bendungan sungai Efrat (150 km Barat Laut Baghdad) yang sejak Juni terus gagal.
Pasukan khusus Irak, koalisi suku kurdi dan polisi dengan dukungan serangan udara AS terus berusaha mengusir pasukan Islamic State keluar Hadhita. Sementara serangan udara AS telah menghancurkan lima Humvee yang dirampas IS dari pasukan Irak, beberapa kendaraan yang dilengkapi senjata berat serta beberapa pos-pos IS. Amerika telah memimpin kampanye serangan udara dari tiga pangkalan di Teluk Persia, tetapi merahasiakan jenis pesawat yang digunakan.
Untuk saat ini, Presiden Barack Obama telah mengenakan batasan ketat pada operasi yang dilakukan militer AS, hanya terbatas pada serangan udara. Kebijakannya mengarahkan Pentagon hanya mengirimkan kekuatan udara untuk mencegah pembantaian warga sipil dan bencana kemanusiaan lainnya, teranmasuk juga untuk melindungi personel AS dan fasilitas diplomatik di Irak.
Langkah tersebut, diperkirakan untuk menunggu pemerintah dan Pentagon dapat mengambil keputusan tepat sebuah rencana kampanye militer yang lebih luas dalam penanganan Islamic State, sesuai dengan kebijakan presiden yang menekankan bahwa strategi akan sangat bergantung pada kerja sama dari pemerintah Irak yang dinilainya sering tidak berfungsi, langkah pasukan Kurdi, keputusan sekutu NATO dan negara-negara lain di Timur Tengah.
Dengan demikian, karena AS hanya menurunkan 1.100 pasukannya ke Irak hanya dalam rangka sebagai penasihat militer, kemudian melakukan kebijakan dilakukannya serangan udara terbatas, demikian juga negara-negara NATO hanya akan mengirimkan senjata ke pasukan Pesh Merga Kurdi, dan kemungkinan hanya Inggris yang akan melakukan serangan udara bersama AS, memang gerakan pasukan Islamic State akan cukup lama dapat diatasi.
Bahkan kini seorang juru bicara Islamic State berani mengancam Rusia akan melakukan serangan, karena Rusia dianggapnya banyak membantu pemerintahan Bashar al-Assad. Seorang anggota kelompok Islamic State menayangkan sebuah video, dimana dia berpose di atas peralatan militer Rusia termasuk jet tempur, yang berhasil direbut dari pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Transkripsi yang ditayangkan adalah ; "Ini adalah pesan bagi Anda, oh Vladimir Putin, ini adalah jet yang sudah dikirim ke Bashar, kami akan mengirimkan kepada Anda, insya Allah, ingat itu," katanya dalam bahasa Arab, menurut keterangan berbahasa Rusia yang tersedia dalam video. "Dan kami akan membebaskan Chechnya dan seluruh Kaukasus, Insya Allah," kata militan. "Negara Islam akan memperluas Insya Allah. Takhta Anda sudah terhuyung, itu berada di bawah ancaman dan akan jatuh ketika kita datang kepada Anda karena Allah adalah benar-benar di pihak kita," katanya.
Menurut AFP, suara kedua terdengar dalam video, mencemooh atas jet tersebut, berbicara dalam "beraksen" Rusia. Diperkirakan dia adalah Omar al-Shishani (Omar Chechnya), pejuang Chechnya yang kini bergabung dengen IS. Menurut badang intelijen AS kini diketahui terdapat sekitar 200 pejuang Chechnya dalam jajaran Negara Islam. Omar Chechnya adalah yang paling terkenal.
Dari beberapa perkembangan diatas, nampaknya baik Amerika maupun negara-negara NATO belum akan melakukan sebuah serangan besar-besaran terhadap Islamic State, lebih banyak serangan dilakukan dari udara dalam membantu pasukan darat Irak dan Kurdi. Strategi ini pernah diterapkan oleh militer Amerika pada saat sebelum jatuhnya Presiden Muammar Khadafy di Libya. Kekuatan Udara AS dan sekutu telah menguasai keunggulan udara di Libya dan melumpuhkan AU Libya. Kemudian pesawat-pesawat tempur AS terus menghancurkan baik tank maupun pasukan infanteri Libya. Saat itu kampanye udara AS dan Sekutu sukses mendukung pemberontak di Libya, tanpa pengerahan pasukan darat.
Nah kini nampaknya strategi dan taktik serupa akan dilaksanakan di Irak dan Suriah. Salah satu kesulitan dan hambatan di Irak yang berbeda dengan Libya, karena demikian banyak faksi pemberontak di Irak, terutama di Suriah. Kedua, pasukan Irak sering tidak berfungsi, karena terdapat pembelot dari sunni diantara mereka. Apabila koalisi internasional AS dan NATO serta distribusi persenjataan pasukan Pesh Merga Kursi dari NATO sudah terlaksana, diperkirakan Jihadis Radikal Islamic State akan dapat dihambat dan kemampuan sistematis IS akan dilumpuhkan.
Kini semua tergantung kepada AS dan Inggris sebagai pemuka koalisi NATO, seberapa besar kemauan mereka menghancurkan Islamic State. Sudah lima propinsi Irak yang dikuasai Islamic State, dan mereka hanya berjarat sekitar 15 km dari pusat kota Baghdad. Apakah yang harus ditunggu lagi? Adakah sesuatu yang menjadi ganjalan? Ini hanya sebuah intelligence question mark.
Oleh : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, analis intelijen, www.ramalanintelijen.net