Jokowi akhirnya resmi mengundang Ukraina ke KTT G20 di Bali.
Keputusan ini diambil karena Amerika meminta Indonesia juga mengundang Ukraina bila Rusia diundang di KTT G20.
Amerika sebelumnya juga resmi menunjuk & mentahbiskan Indonesia sebagai Koordinator untuk KTT Amerika-ASEAN di Washington pada bulan Mei 2022. Sehingga Indonesia mendapat status terhormat untuk menjadi penghubung negara-negara ASEAN dengan Amerika pada pertemuan tahunan itu.
MENGAPA INDONESIA MENGUNDANG RUSIA DI KTT G20?
Keputusan Indonesia mengundang Rusia sebetulnya bukan karena Indonesia membela Rusia, tapi karena untuk tidak mengundang Rusia memerlukan Konsensus dari 20 negara yg ternyata tidak tercapai karena ada negara yg ingin Rusia tetap hadir, yaitu China dan India.
INDONESIA MEMPERSILAHKAN BEBERAPA NEGARA UNTUK WALK OUT KETIKA RUSIA BERBICARA DI FORUM
Meski tetap mengundang Rusia, namun Sri Mulyani juga mengijinkan negara-negara yg tidak setuju dengan Rusia untuk "Walk Out" ketika pihak Rusia nanti berbicara di forum KTT G20.
Sri Mulyani juga menjelaskan bahwa sikap Walk Out yg dilakukan negara Barat (Amerika, Inggris, Canada, dll) adalah bagian dari kebebasan berekspresi yg bisa dimaklumi karena Konstitusi Indonesia (UUD1945) juga menentang segala bentuk peperangan dan penjajahan.
Hal ini juga sesuai dengan sikap resmi Indonesia di Sidang PBB yg mengecam invasi/penjajahan yg dilakukan Rusia terhadap Ukraina, dimana dalam sidang PBB itu hanya 4 negara diktator kecil saja yg membela Rusia yaitu Korea Utara, Suriah, Kazakhstan, dan Eritrea.
MENGAPA INDONESIA AKHIRNYA MENGUNDANG UKRAINA DI KTT G20?
Tentu saja hal ini dilakukan oleh Indonesia semata karena desakan dari Amerika. Karena Ukraina bukanlah negara anggota G20.
Indonesia menuruti keinginan Amerika karena mempertimbangkan keuntungan ekonomi yg jauh lebih besar dengan Amerika & negara barat ketimbang negara seperti Rusia.
Nilai ekspor Indonesia ke Amerika nilainya 15X lebih besar ketimbang nilai ekspor ke Rusia ataupun Ukraina.
Sebagai perbandingan, nilai ekspor Indonesia ke Amerika adalah sebesar $2,6 Miliar (Rp.37,2 Triliun) sedangkan nilai ekspor Indonesia ke Rusia cuma sebesar $176,5 juta (Rp. 2,5 Triliun)
BPS (Biro Pusat Statistik) juga menyatakan bahwa nilai transaksi perdagangan Indonesia dengan Rusia sangatlah kecil, bahkan kurang dari 1% dari total nilai perdagangan, sehingga tidak ada untungnya juga bila Indonesia berkorban membela Rusia.
Sedangkan Surplus neraca perdagangan Indonesia yg terbesar adalah dari Amerika, sehingga sangatlah konyol & bodoh bila Indonesia sampai mengabaikan desakan dari Amerika untuk mengundang Ukraina di KTT G20 di Bali.
KEPUTUSAN JOKOWI SESUAI KONSTITUSI POLITIK LUAR NEGERI YANG NON-BLOK "BEBAS AKTIF"
Keputusan Jokowi menuruti desakan Amerika untuk mengundang Ukraina ini sesuai dengan Konstitusi Politik Luar Negeri Indonesia yg Non-Blok "Bebas Aktif", yg artinya bebas berpihak kemanapun sesuai situasi & kondisi, selama memberikan keuntungan terbesar bagi Indonesia.
Dalam kasus ini, bahkan anak TK pun tahu, jelas jauh lebih menguntungkan berpihak ke Amerika ketimbang Rusia.
Jadi kalau ada yg menganggap harus membela Rusia, maka hanya 2 kemungkinan: mereka adalah Antek Rusia & sekutunya (bukan memihak kepentingan Indonesia), atau pemahaman mereka masih level anak TK yg tidak paham Konstitusi Politik Indonesia.
Amerika termasuk salah satu Investor sekaligus Kreditor terbesar Indonesia sedangkan Rusia tidak memiliki prestasi semacam itu bagi Indonesia. Apalagi dengan kondisi Rusia sekarang yg ekonominya terpuruk akibat sanksi internasional, tentu sangat kecil keuntungan yg bisa diharapkan Indonesia dari Rusia.
AMERIKA & RUSIA SEBETULNYA SUDAH MEMAHAMI SIKAP POLITIK INDONESIA
Baik Amerika maupun Rusia sebetulnya sudah memahami sikap Politik Indonesia yg mengamalkan Non-Blok "Bebas Aktif" ini, sehingga kalau mereka mau mendapat keberpihakan Indonesia mereka harus berani memberikan keuntungan terbesar bagi Indonesia.
Makanya Rusia tidak banyak mendesak seperti Amerika, karena Rusia juga sadar diri bahwa kontribusinya terhadap Indonesia tidak ada apa-apanya dibanding Amerika.
Harap diingat pepatah lama: "Orang yg paling banyak menuntut biasanya juga adalah orang yg juga paling banyak memberi.
Karena orang yg banyak menuntut tapi tidak pernah memberi biasanya hanya akan diludahi". Ini memang sudah merupakan hukum Alam.
Harap juga diingat bahwa Non-Blok "bebas aktif" bukan berarti Netral, tapi berpihak pada blok yg paling memberikan keuntungan terbesar sesuai situasi & kondisi saat itu.
Negara yg mampu memberi paling besar bagi Indonesia, adalah negara yg paling berhak mendapat keberpihakan Indonesia.
Dalam situasi dan kondisi sekarang ini, Amerika lebih mampu memberikan keuntungan ekonomi terbesar kepada Indonesia.
Ditambah lagi bonus extra yaitu Amerika menunjuk & mentahbiskan Indonesia sebagai Koordinator di KTT Amerika-ASEAN bulan Mei nanti, yg membuat posisi Indonesia makin menguntungkan sekaligus terhormat diantara negara-negara ASEAN.
KTT Khusus ASEAN dan Amerika Serikat yg telah diserahkan wewenang koordinasinya kepada Indonesia ini akan menjadi pertemuan fisik pertama antara pemimpin ASEAN dan Presiden AS sejak tahun 2017.
INDONESIA JUGA MEMBERI BANTUAN KEMANUSIAAN KE UKRAINA
Selain mengundang Ukraina, Jokowi juga menyatakan bahwa Indonesia akan memberi bantuan kemanusiaan kepada Ukraina, namun bukan berupa bantuan senjata karena konstitusi Indonesia melarang memberikan bantuan senjata.
Kecuali kalau Ukraina ternyata mau membeli senjata dari Indonesia (bukan bantuan gratis), mungkin masih bisa dipertimbangkan, karena itu artinya memberi keuntungan bagi Indonesia. Indonesia tercatat sering menjual senjata (bukan bantuan gratis) ke negara-negara berkonflik, dan itu sah-sah saja karena itu artinya "Bisnis", dan Indonesia memang merupakan produsen & eksportir peralatan militer terbesar di ASEAN.