Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bakal menjadikan PT LEN (Persero) bakal menjadi induk dari holding perusahaan pertahanan pemerintah. Pembentukan holding ini bakal bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan disertai dengan penentuan road map holding ini ke depan.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan selain untuk memproduksi alat-alat pertahanan, menjadikan LEN sebagai induk holding juga lantaran untuk memperkuat teknologi informasi dari perusahaan dan produk-produk pertahanan yang dikeluarkan. Ia mengibaratkan LEN sebagai jet tempur canggih siluman F-35 buatan Amerika Serikat (AS).
"Makanya LEN jadi holding, itu otaknya. Teknologi IT itu, proteksinya lebih terbuka daripada hardware, tank titik titik, lisensinya gini. Nah, kayak F-35 (Jet Tempur Siluman) itu kekuatannya di otak. F35 bisa mapping radar dan peluru kendali di satu titik. Jadi bukan perang senjata. Tapi perang teknologi IT-nya," kata Erick saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Senin (30/11/2020).
Selain itu, sinergi yang akan dilakukan dengan kementerian yang dipimpin Prabowo Subianto ini seperti melakukan pemesanan alat pertahanan dalam jangka panjang sehingga perusahaan-perusahaan bisa melakukan investasi untuk pengadaan alat-alat produksi.
"Misalnya,order peluru misalnya selama 10 tahun, kan bisa diadakan propeler-nya. Swasta bisa masuk kan. Ini bisa menjadi persaingan terbuka juga untuk upgrade industri pertahanan," terangnya.
Perusahaan-perusahaan yang masuk dalam holding ini selain LEN adalah PT Pindad (Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT PAL (Persero) dan PT Dahana (Persero).
Dalam jangka panjang, holding ini nantinya akan memiliki divisi research & development yang nantinya akan ditujukan pengembangan jangka panjang.
Hal paling utama yang perlu dilakukan adalah pengelolaan keuangan yang tepat, terutama untuk produk-produk capital intensive dengan menggunakan mekanisme kontrak.