MiG-29 Lawas, Lebih Baik Dijual atau Di-upgrade?



Rusia menawarkan dua skadron jet tempur terbaru MiG-35 kepada Malasyia dan mau membeli ulang (buy back) 18 jet tawas MiG-29N yang kini sudah tidak diterbangkan lagi oleh Angkatan Udara Malasyia (RMAF).


Menurut pemberitaan New Strait Times, tawaran ini disampaikan oleh Presiden Putin melalui utusan khusus yang dipimpin oleh Direktur Kerja Sama Internasional dan Kebijakan Regional Rostec Dr Viktor Kladov kepada Perdana Menteri Malaysia Dr Mahathir Mohamad.


Di dalam negeri Malaysia sendiri, pembicaraan mengenai baik tidaknya TUDM menerima MiG-35 atau memilih pesawat lain masih hangat diperbincangkan.


Para peminat dan pemerhati kedirgantaraan di negeri tetangga ini terbagi pada beberapa kelompok. Antara lain ada yang menyarankan untuk tidak menerima MiG-35 karena pesawat ini dianggap tanggung. Ada juga yang menyarankan untuk menerima MiG-35 karena pesawat ini memiliki fitur-fitur yang canggih termasuk memiliki radar AESA.


Kelompok lainnya menyarankan untuk menambah atau membeli armada baru Su-30MKM maupun Su-30SM.


Terlepas dari itu semua, sebenarnya MiG-29N walau merupakan pesawat lawas dan sudah dipergunakan oleh RMAF sejak 1995, masih dapat di-upgrade atau ditingkatkan kemampuannya.


Ukraina misalnya, kemungkinan besar akan meng-upgrade armada MiG-29-nya sehingga dapat membawa sejumlah persenjataan canggih.


Tawaran untuk meningkatkan kemampuan Fulcrum kepada Ukraina, tentu bukan datang dari Rusia. Melainkan, datang dari Israel yang dikenal paling jago soal urusan elektronik dan radar pesawat.


Ukraina sendiri tampaknya akan setuju dengan tawaran Israel. Sehingga sedikitnya 11 jet MiG-29 yang dimilikinya akan di-upgrade oleh Israel dengan nilai 440 juta dolar AS atau 40 juta dolar AS per pesawat.



Diberitakan media setempat, pengerjaan peningkatan kemampuan MiG-29 akan dilaksanakan oleh Elbit Systems. Belum disebutkan, apa-apa saja yang akan dilaksanakan dalam paket yang ditawarkan Tel Aviv kepada Kiev tersebut.


Kontraknya sendiri, sejauh ini memang belum ditandatangani alias masih dalam kajian pemerintah Ukraina.


Namun paling tidak, memang ada alternatif-alternatif pilihan bagi yang masih ingin melanjutkan penggunaan MiG-29 dengan perhitungan anggaran terbatas.


Pilihan terbaik, jelas membeli pesawat baru yang sesuai dengan kebutuhan. Namun demikian, di tengah ketatnya anggaran militer dihadapkan dengan kebutuhan pertahanan, pilihan meng-upgrade pesawat lawas merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh.


Pada periode berikutnya, negara bersangkutan bisa jadi punya rencana untuk memiliki pesawat yang tingkatannya lebih tinggi lagi, semisal pesawat tempur generasi kelima. Atau, minimal pesawat tempur yang dapat mengimbangi kekuatan negara tetangga.


Keberadaan penggunaan MiG-29 sendiri saat ini masih banyak di berbagai negara. Tercatat kurang lebih 26 negara masih menggunakan Fulcrum berbagai varian.


MiG-29 terbang perdana pada 6 Oktober 1977 dan berhasil diproduksi sekira 1.600 unit.

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait