Kekuatan Negara Adidaya dan Australia Mengobok-obok NKRI !


Timur-timur yang sekarang bernama Timor Leste melepaskan diri dari NKRI, setelah kalah voting antara pro kemerdekaan dengan pro integrasi. Rakyat timur-timur dulu dipaksa dan giring untuk melakukan voting dalam menentukan nasib tanah kelahiran mereka. Kubu pro kemerdekaan akhirnya menang, dizaman Mr. Presiden Habibe lah peristiwa terburuk di NKRI tersebut tercipta. Habibie tak kuasa dan merasa ditipu dan dibohongi oleh Sekjen PBB dan Australia yang berusaha ingin mengambil keuntungan dari konflik timur-timur tersebut. Tanpa sebab, kelemahan dari sosok Mr. Presiden Habibie sampai sekarangpun masih belum terungkap pasti kenapa beliau bisa tidak berdaya mengantisipasi kekuatan asing mengutak atik konflik timur-timur tersebut. Bukti bahwanya PBB dan Australia berusaha dengan sengaja mengintervensi kekuatan presiden memang tak bisa dinafikan keberadaannya dulu. Habibie tak punya kuasa, tak berkutik dan melempen kepada kekuatan asing, dan Habibie tak mampu meyakinkan kekuatan asing bahwa beliau mampu dan siap untuk menyelesaikan konflik timur-timur tersebut tanpa campur tangan kekuatan negara manapun. Habibie lemah tak berkutik, patut dipertanyakan kenapa timur-timur bisa lepas dan memerdekakan diri.

Dengan dalih adanya pemahaman komunis di tanah timur-timur tersebut, mampu memberi ruang bahwa kekuatan asing seperti australia bisa menyusup kedalam konflik timur-timur. Kekuatan asing australia tersebut bak penjajah yang berkuasa di tanah timur-timur dengan membawa bendera perdamaian PBB, mereka menjadi pengawal keamanan yang merasa berkepentingan terhadap pembasmian paham komunis tersebut. Licik, picik dan kancil mereka berdalih bahwa paham komunis di tanah timur-timur wajib diberantas, tanpa sadar celah timur lah yang menjadi target utama mereka. Semua demi Sumber Daya Alam, semua atas nama minyak lepas pantai yang apabila dimiliki akan memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Isu membasmi paham komunis di tanah timur-timur tersebut adalah rekayasa untuk bisa melakukan akses penuh untuk menguasai tanah timur-timur. Sama seperti halnya OPM (operasi papua merdeka), GAM (Gerakan Aceh Merdeka) dan pemberontak-pemberontak negara NKRI lainnya adalah fatamorgana yang sengaja dibuat bahwa PT. Freeport di papua dikondisikan tidak akan mendapatkan kenyamanan dalam melakukan aktifitas bisnis dan penambangan perusahaan tersebut. Tanpa kita sadari, OPM dan GAM tersebut yang notabene adalah anak negeri sendiri pelakunya, telah dibiayai oleh negara adi daya yaitu negara asli PT. Freeport itu sendiri !

Logika nya saja, jikalau memang benar ingin membasmi paham komunis di timur-timur tersebut, kenapa harus rakyat timur-timur yang dijadikan objek untuk melakukan voting ? Kenapa harus tanah kelahiran mereka yang dijadikan sasaran ? Kenapa harus memerdekakan timur-timur ? Sungguh suatu alasan yang licik, tidak transparan dan terkesan penjajah. Kelicikan kekuatan negara asing tersebut tak fokus kepada inti pokok bahwa tokoh-tokoh komunis itu seakan-akan ada di tanah timur-timur. Mereka berhasil melakukan dalih kelicikan tersebut, sama dengan keberhasilan mereka dalam menaklukkan dan menginvansi negara islam IRAQ dengan dalih menyimpan senjata pembunuh massal.

Dengan mudahnya negara adidaya tersebut menaklukkan kekuatan saddam hussein dengan serangan beruntun dan berantai sampai negara IRAQ runtuh dan dikuasai penuh oleh mereka. Berakhirnya perang gurun tersebut yang cukup banyak menelan korban jiwa dari kedua negara, tanpa sadar publik diseluruh negara mengetahui apa dibalik invansi penyerangan tersebut. Bukti nyata bahwa saddam hussein tak menyimpan senjata pembunuh massal menambah kuat keyakinan publik bahwa ada misi rahasia yang ingin diincar oleh negara adidaya tersebut dalam invansi militer di negara iraq. Untuk mengelabui dan menepis kecurigaan publik tersebut lantas presiden amerika mengatakan telah tertipu dan salah mendapatkan informasi dari agen rahasia negara mereka yaitu CIA. Tak transparan, tak pemberani tak mau mengakui kesalahan ! Sekian semoga bermanfaat.

Sumber : Kompasiana
Penulis : Noveri Fehrizal

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait