Ternyata Pasukan AS di Filipina Tidak Ikut Perangi Pemberontak Maute

Pesawat mata-mata P-3 Orion milik AS terbang di atas kota Marawi. Foto/Istimewa

MARAWI - Pasukan bersenjata Amerika Serikat (AS) berada di lapangan dekat Kota Marawi di Filipina selatan. Meski begitu, mereka tidak terlibat dalam memerangi militan Islam yang telah menguasai bagian dari kota selama lebih dari tiga minggu.

"Ada beberapa personil AS yang mengoperasikan peralatan untuk memberikan informasi tentang situasi kepada pasukan kami," kata juru bicara militer Filipina, Brigadir Jenderal Restituto Padilla.

"Saya tidak tahu persis jumlah dan misi spesifik, mereka diizinkan membawa senapan untuk membela diri, tapi mereka tidak diizinkan untuk berperang, mereka hanya memberikan dukungan," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (14/6/2017).

Militer Filipina sebelumnya mengatakan bahwa AS memberikan bantuan teknis untuk mengakhiri pendudukan bagian-bagian Kota Marawi oleh milisi yang bersekutu dengan ISIS. Kendati begitu, mereka tidak memiliki personil di lapangan.

"Tidak jelas seberapa dekat pasukan AS dengan zona pertempuran. Mereka berasal dari sebuah kontingen Pasukan Khusus yang berbasis di kota selatan Zamboanga," kata militer Filipina sebelumnya.

Kedutaan Besar AS di Manila tidak segera menanggapi permintaan untuk memberikan komentar. Sedangkan pejabat AS di Washington, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan bahwa pihaknya menyediakan pesawat pengawas P-3 serta pengumpulan intelijen dari pesawat tak berawak. 

"Pesawat tak berawak itu jatuh pada hari Sabtu setelah kehilangan hubungan komunikasi dengan operatornya," kata pejabat tersebut.

Militer mengatakan 290 orang telah terbunuh sejauh ini, termasuk 206 gerilyawan, 58 tentara dan 26 warga sipil.

Militer mengatakan Sekitar 100 gerilyawan berada di daerah yang terkepung. Ada juga sekitar 300-600 warga sipil yang terjebak atau disandera di kota tersebut.

Perang di Marawi telah membuat sejumlah negara Asia Tenggara khawatir jika ISIS sedang mencoba mendirikan benteng di Mindanao yang dapat mengancam wilayah mereka. Kantor berita kelompok ultra-radikal, Amaq, mengatakan bahwa pejuangnya menguasai dua pertiga kota.

Menanggapi laporan tersebut, Letnan Jenderal Carlito Galvez, kepala komando militer di Mindanao Barat, mengatakan kepada Reuters bahwa gerilyawan menguasai 20 persen kota tersebut.

"Sebenarnya mungkin ada di antara keduanya," kata petugas keamanan AS.

Sumber : Sindo

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait