Tentara Filipina mencari persembunyian kelompok maute. |
Letnan Kolonel Jo-Ar Herrera kembali menyatakan pasukan Filipina berhasil merebut wilayah dataran tinggi di Kota Marawi. Dia meyakini daya jangkau senjata musuh, yakni milisi pro Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Namun, kenyataannya sangat sulit buat memukul mundur para milisi.
Anggota militan pro ISIS bukan cuma warga Filipina. Ada juga yang berasal dari Yaman dan Maroko.
Buat melawan para kombatan tidak semudah yang dibayangkan. Sebab, persenjataan militer Filipina bisa dibilang kalah. Bahkan bertempur di wilayah pegunungan dan daerah kepulauan terpencil semakin menyulitkan.
"Kami enggak punya rompi kevlar, helm, atau senapan terbaru," kata seorang polisi yang sudah bolak-balik ke garis depan pertempuran di Marawi.
Belum lagi bagi wilayah di selatan Filipina terdapat budaya Rido. Yakni peperangan antara kelompok berdasarkan keluarga dan etnis di sana. Maka dari itu bangunan di Marawi kebanyakan memiliki ruang bawah tanah dan bertembok sangat tebal.
"Budaya di wilayah ini adalah warga selalu membangun tempat tinggal seperti benteng. Mereka ingin melindungi keluarga. Mereka tahu cara membikin senjata. Itu adalah bagian dari budaya Rido," kata seorang komandan pasukan yang enggan disebut namanya.
Kini, pasukan Filipina juga mesti jeli memilih target. Sebab, banyak warga sipil terjebak di tengah palagan. Mereka juga harus menghindari menyerang masjid, meski tempat itu adalah basis pertahanan para milisi.
Kelompok militan juga cerdik. Mereka sengaja menduduki Kota Marawi sebelum masuk Ramadan. Sebab, rata-rata keluarga muslim di sana menumpuk bahan makanan buat dimasak saat berbuka dan sahur.
"Mereka menyimpan amunisi dan beberapa persenjataan di lokasi berbeda. Saya yakin mereka sudah merencanakan ini sejak lama," kata Komandan Kepolisian Marawi, AKBP Marlon Tabaya, seperti dilansir dari laman Reuters, Sabtu (17/6).
Kabarnya mendekati akhir Ramadan dan menjelang Idul Fitri, persediaan makanan para milisi diduga semakin menipis. Hal itu diketahui dari pesan radio berhasil disadap militer Filipina. Bahkan ada tanda-tanda perpecahan di dalam kelompok itu, yang terdiri dari tiga kelompok etnis muslim.
"Mereka memanggil satu sama lain, meminta bantuan, khawatir salah satu dari mereka sudah pergi. Moral mereka menurun," kata seorang operator radio militer.
Herrera masih yakin pasukan Filipina bisa terus merangsek ke tengah kota. Namun, dia mengaku pasukan mesti berhati-hati.
"Masih ada sniper. Kami terus mempelajari medan perang. Situasi di lapangan sangat cepat berubah," ujar Herrera.
Sumber : Merdeka.com