Peluncuran rudal Korea Utara, awal Tahun 2016 |
Tidak hanya Malaysia. Jepang dan Korea Selatan juga memprotes peluncuran rudal balistik Korea Utara. Juru bicara pemerintah Jepang mengatakan peluncuran terbaru peluru kendali Korea Utara, Rabu, 5/4/2017 “sangat bermasalah” dan Jepang sejak lama mengajukan protes keras pada tetangga bersenjata nuklir tersebut.
Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan Jepang betul-betul tidak bisa menenggang tindakan provokatif berulang Korea Utara.
Korea Utara menembakkan peluru kendali balistik dari pantai timurnya ke laut semenanjung, sehari menjelang pertemuan puncak pemimpin Amerika Serikat dengan China, yang dijadwalkan membahas program senjata terbaru Pyongyang.
Pada bulan Maret, Korea Utara menembakkan empat peluru kendali balistik ke perairan dekat dengan garis pantai barat laut Jepang.
Militer Korea Selatan menduga empat peluru kendali itu tidak mempunyai daya jelajah antar-benua (ICBM), yang bisa mencapai Amerika Serikat, melainkan hanya mencapai 1.000 km dengan ketinggian 260 km.
Beberapa peluru kendali mendarat di perairan 300 km dari garis pantai Jepang, kata Menteri Pertahanan Tonomi Inada di Tokyo.
Presiden sementara Korea Selatan Hwang Kyo-ahn mengecam peluncuran rudal dari tetangganya dan menyebutnya sebagai tantangan langsung terhadap komunitas internasional. Dia menegaskan Korea Selatan akan segera menyelesaikan instalasi sistem pertahanan rudal THAAD untuk menangkal ancaman dari Pyongyang.
Empat peluru kendali diluncurkan dari kawasan Tongchang-ri yang dekat dengan perbatasan Korea Utara dan China.
Korea Utara sebelumnya mengancam akan “mengambil langkah balasan” setelah tetangganya di selatan dan Amerika Serikat memulai latihan militer bersama.
Pyongyang menyebut latihan bersama itu sebagai persiapan untuk perang.
Tahun lalu, Korea Utara sempat menembakkan rudal jarak jauh dari Tongchang-ri. PBB kemudian mengecam tindakan tersebut karena melanggar resolusi Dewan Keamanan.
Pada bulan lalu, Korea Utara juga menguji peluru kendali jenis baru dan berjanji terus mengembangkan persenjataan strategis.
Percobaan itu yang pertama bagi Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang kemudian merespon dengan ancaman terhadap Korea Utara dan pemimpin mudanya, Kim Jong-un.
Kabinet Donald Trump merencanakan sejumlah tindakan balasan untuk meredam ancaman peluru kendali dari Pyongyang. Di antara pilihan rencana tersebut adalah penembakan peluru kendali langsung ke Korea Utara dan memberikan teknologi senjata nuklir kepada Korea Selatan, kata “The New York Times”.
(Antara/Reuters)