Militer Amerika Serikat meresmikan pembangunan pangkalan sistem pesawat drone atau pesawat tanpa awak penyerang di Korea Selatan.
Seperti dilansir dari Channel News Asia, Selasa, 14 Maret 2017, pangkalan itu untuk mendukung Korea Selatan di tengah hubungan yang memanas dengan Korea Utara.
Pangkalan itu dijadwalkan berada di sana hingga tahun depan, dan akan dikelola bersama dengan Korea Selatan.
Penetapan pangkalan drone ini dilakukan sepekan setelah Pyongyang meluncurkan empat rudal balistik dalam latihan provokatif terbaru.
Militer AS telah berkoordinasi dengan Militer Korsel untuk memulai proses penempatan pangkalan Gray Eagle, sistem pesawat tanpa awak di Kunsan Air Base, Korea Selatan, ujar juru bicara Pentagon, Kapten Jeff Davis.
Sensor MQ-1C dari Gray Eagle mampu membawa rudal Stinger dan Hellfire dan alat-alat perang lainnya. Setidaknya dibutuhnya 128 orang tentara untuk merawat pangkalan drone, yang biasanya memiliki 12 drone Gray Eagles.
Namun, Letnan Koloner Gary Ross mengatakan hanya ada dua atau tiga drone yang rencananya akan diletakkan di Kunsan. Drone tersebut akan ditugaskan kepada pasukan tempur udara dan divisi infanteri.
Kami menambahkan kemampuan intelijen, pengawasan, dan pengintaian khusus untuk divisi infanteri, begitu juga dengan sekutu kami, Korea Selatan, katanya.
Korea Utara menembakkan setidaknya empat rudal menuju Jepang pada pekan lalu. Tiga rudal itu kemudian jatuh di perairan sekitar Jepang. Pihak Korea Utara menuturkan latihan penembakan rudal itu dilakukan untuk melihat kemungkinan menghantam basis militer AS di Jepang.
Sistem pertahanan rudal milik AS, THAAD sebelumnya telah lebih dulu ditempatkan di Korea Selatan untuk menghadapi ancaman serangan AS. Sebanyak 50 ribu tentara AS berada di Jepang saat ini dan sebanyak 28 ribu tentara lainnya di Korea Selatan.