Pilkada DKI 2017 “Memanas” Serasa Pertarungan Pilpres 2009


Hiruk pikuk pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 sudah terasa sejak pertengahan tahun 2016. Sejumlah nama tokoh nasional maupun daerah seperti Tri Rismaharini (Walikota Surabaya), Ridwan Kamil (Walikota Bandung) hingga Ahmad Dhani (Selebritis) sempat mengemuka di sejumlah media massa.

Panasnya pemberitaan Pilkada DKI 2017, menarik perhatian publik, tidak hanya bagi warga Ibukota Jakarta semata, Namun juga sempat mencuri fokus dan menjadi perbincangan hangat publik di seluruh penjuru tanah air.

Pasangan Bacagub dan cawagub DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno saat akan menjalani tes kesehatan di RSAL Dr. Mintoharjo, Jakarta
Terlebih lagi 3 nama Pasangan Bakal Calon yang maju dalam Pilkada DKI, yaitu Basuki T Purnama-Djarot S Hidayat (Petahana), Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahudin Uno dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murti, makin membuat panas dan menambah rasa penasaran publik.

Terutama Mundurnya Agus Harimurti Yudhoyono, Putra Pertama Mantan Presiden ke-6 SBY, dari karir Kemiliteran yang telah dirintisnya selama 15 tahun, demi maju dalam bursa pencalonan cagub DKI menjadi perhatian khusus jutaan pasangan mata di Indonesia.

Menurut Direktur Eksekutif IndoBarometer Muhamad Qodari mengatakan, hal yang menarik dari pilkada DKI bukan hanya tiga pasang calon yang akan bertarung. Menurutnya, pilkada DKI juga menjadi pertarungan bagi orang-orang di balik tiga pasang calon yang berlaga.

Pasangan Bacagub dan cawagub DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno saat akan menjalani tes kesehatan di RSAL Dr. Mintoharjo, Jakarta
Qodari mengatakan, di belakang duet Basuki T Purnama-Djarot S Hidayat ada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Sedangkan Di belakang Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahudin Uno ada Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Adapun di belakang Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murti ada Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

“Nah itulah sebabnya pilkada sekarang lebih menarik daripada 2007 dan 2012,” kata Qodari dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (24/9).

Karenanya ia mengatakan, tidak salah bila ada yang menganggap pilkada DKI Jakarta kali ini terasa seperti pemilihan presiden.

Bahkan, ia menganalisis jika nanti Agus menang pilkada DKI Jakarta dan berhasil memimpi ibu kota, maka putra SBY itu bisa jadi calon kuat pada pemilihan presiden yang akan datang.  “Mayor jadi gubernur dan mayor jadi calon presiden. Kalau tidak berhasil, jadi ketua umum Demokrat,” katanya.

Pasangan Bacagub dan cawagub DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno saat akan menjalani tes kesehatan di RSAL Dr. Mintoharjo, Jakarta

Sedangkan sejarawan sekaligus pemerhati Jakarta, JJ Rizal menilai sistem oligarki dan konglomerasi masih kental dalam proses politik di Indonesia. “Menurut saya persoalan kita sistem oligarki itu yang masih kental, dan pemainnya lama rasa pilpres, juga pilpres lama,” ujarnya di kesempatan itu.

Seperti diketahui, SBY, Prabowo dan Mega pernah bertempur di ajang pilpres. Pada 2004 Megawati-Hasyim Mujadi harus mengakui keunggulan SBY-Jusuf Kalla.

Sedangkan pada pilpres 2009, Mega yang berpasangan dengan Prabowo kembali harus mengakui keunggulan SBY yang kala itu berduet dengan Boediono. Pada 2014, giliran Prabowo yang menjadi capres berpasangan dengan Hatta Rajasa dikandaskan Jokowi-Jusuf Kalla yang diusung PDI Perjuangan. Sedangkan SBY memilih netral dan tak bisa maju lagi karena sudah dua periode memimpin Indonesia. 

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait