Teroris Indonesia Beli Senjata ke Militer Filipina yang Korup

Teroris Indonesia Beli Senjata ke Militer Filipina yang Korup

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menggelar pertemuan dengan sejumlah pimpinan PPATK negara tetangga di Medan, Sumatera Utara be­lum lama ini. Salah satu agenda penting yang dibahas adalah risiko perpindahan uang di daerah perbatasan, untuk kepentingan terorisme.

Salah satu target yang sedang diungkap adalah jarin­gan Abu Sayyaf. Jaringan ini terdeteksi menjadi pusat pem­belian senjata untuk terorisme di Indonesia. Besar dugaan, penyediaan senjata ini dibekingi militer Filipina.

Teroris Indonesia Beli Senjata ke Militer Filipina yang Korup
PPATK Agus Santoso
Apa saja kerjasama yang in­gin dibangun dengan negara-negara perbatasan ?
Ada empat kerjasama yang dibangun. Pertama, sharring informasi. Kedua, melakukan pen­guatan pengenalan risiko regional. Karena sebetulnya terorisme dan sebagainya itu, cross-border yang berbatasan. Misalnya Nurdin M Top dan Dokter Azhari, itukan orang Malaysia yang ada di Indonesia, orang pergi ke Suriah juga lewat jalur Kalimantan menyebrang ke Malaysia, terus menyebrang ke Thailand lalu ke India. Kita memetakan jaringan teroris di regional.

Apa ada pem­bahasan terkait jaringan Abu Sayyaf? 
Saya tidak terlalu berbicara mengenai kasus Abu Sayyaf-nya, tetapi selama ini ada jaringan atau hubungan terorisme yang ada di Filiphina Selatan dengan yang ada di Indonesia.

Bagaimana hubungannya?
Hubungan itu yang saya lihat, (jaringan teroris) yang ada di Indonesia beli senjata dari Filiphina. Yang teroris di Sarinah Januari lalu, pun kita duga beli senjata dari Filiphina. Maka itu kita ingin mengungkap jarin­gan itu secara lebih jelas.

Sumber pendanaannya dari mana sebenarnya?
Kalau sumber pendanaan kita sudah mendeteksi, karena Indonesia ini cukup besar ada pendanaan intern dari Indonesia sendiri. Nah sumber pendanaan itu sudah berubah empat generasi.

Maksudnya?
Sudah empat tahap perubah­annya. Dulu, dari tahun 2011 hingga 2012 awal, sumber pendanaan dari konstribusi ang­gota. Kemudian 2012-2013  mereka merekrut orang-orang yang pendidikannya agak ke bawah, untuk mengumpul­kan dana dengan perampokan bersenjata.

Tahun 2013-2014 mereka berubah lagi. Mereka merekrut orang-orang yang berpendidi­kan cukup tinggi, yaitu dengan meng-hack, bisa menghasilkan uang Rp 500 juta satu kali hack. Jadi mereka merekrut hacker. Pada tahun 2015, mereka men­coba membiayainya dengan men-generate income dari pe­rusahaan yang sah.

Jadi teroris di Indonesia beli Senjata ke Abu Sayyaf?
Ya kita lihat ada jaringan mereka yang menjual senjata. Menyediakan senjatalah.

Kok bisa?
Nah ini, asal-muasal terorisme itu memang korupsi sih ya.

Kaitannya?
Senjata itu berasal dari pabrik senjata di Filipina. Kemungkinan ada pihak mi­liter di Filipina yang korup menjual senjata. Kemudian di perbatasan-perbatasan kalau imigrasinya bisa disuap, ya tam­bah jadi susah gitu lho.

Sumber : RMOL.co

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait