"Rambo Rusia" Tewas Dikepung ISIS

Keluarga dari pasukan Rusia, Alexander Prokhorenko —yang dijuluki “Rambo Rusia”—diberi beberapa medali Perang Dunia (PD) II dari pasangan asal Prancis.

Prokhorenko dijuluki “Rambo Rusia” setelah minta dibunuh dengan dibombardir pesawat tempur Rusia ketika dia dikepung banyak militan kelompok Islamic State (ISIS) di Palmyra, Suriah. Dia minta dibombardir agar puluhan militan ISIS yang mengepungnya juga ikut tewas.

Menurut laporan Russia Today, semalam (20/4/2016), pemberi sejumlah medali PD II asal Prancis itu hanya bersedia diidentifikasi sebagai pasangan Magues, yang tinggal di Florensac. Pasangan itu berbicara kepada seorang diplomat Rusia, bahwa medali layak diberikan pada Prokhorenko yang menolong dunia melawan kelompok teror.

Medali-medali itu diserahkan pada janda dan orangtua Prokhorenko. Salah satu medali merupakan milik paman dari Magues atas jasanya menghabiskan waktunya di kamp konsentrasi pada usia 17 tahun.

Militer Rusia semula tidak mengakui adanya pasukan Moskow yang tewas di Palmyra, Suriah, pada Maret 2016 lalu. Namun, tak lama kemudian, Pemerintah Rusia mengakuinya dan menganggap Prokhorenko sebagai pahlawan.

Pasukan Rusia berusia 25 tahun dan berpangkat letnan itu diyakini merupakan anggota pasukan khusus Spetsnaz.
Media Rusia, Pravda.ru, pernah merilis transkrip kata-kata terakhir Prokhorenko saat meminta militer Moskow melakukan serangan udara terhadap dirinya. Berikut transkrip percakapannya:


Prokhorenko: Mereka berada di luar, lakukan serangan udara sekarang, tolong cepat, ini adalah akhir, beritahu keluarga, saya mencintai mereka dan saya mati berjuang untuk tanah air saya.


Komando: Negatif, kembalilah ke jalur hijau.


Prokhorenko: Perintah tidak diterima, saya dikepung, mereka berada di luar, saya tidak ingin mereka mengambil saya dan memparadekan saya, lakukan serangan udara, mereka akan membuat ejekan terhadap saya dan seragam ini. Saya ingin mati dengan martabat dan mengambil semua bajingan ini dengan saya. Penuhi keinginan terakhir saya, lakukan serangan udara, mereka akan membunuh saya.


Komando: Silakan konfirmasi permintaan Anda.


Prokhorenko: Mereka di luar, ini adalah komando akhir, terima kasih, beritahu keluarga saya dan negara saya, saya mencintai mereka. Beritahu mereka, saya berani dan saya berjuang sampai saya tidak bisa lagi. Harap berhati-hati dari keluarga saya, balas kematian saya, selamat tinggal komandan, beritahu keluarga, saya mencintai mereka!


Komando: (Tidak ada respon, memerintahkan serangan udara).


Orangtua dan istri dari Alexander Prokhorenko telah diberitahu, dan seluruh warga desa berduka pada pasukan khusus Rusia ini.


”Saya mengagumi heroisme anak desa yang sederhana yang mampu menjalankan tugas,” kata salah satu teman Prokhorenko yang menolak diidentifikasi.

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait