![]() |
Pengusiran Kapal Pencuri Ikan China, Memukul Nelayan Natuna |
Para nelayan Natuna mulai mengeluh tentang menurunnya penghasilan, karena biasanya mereka kerap disambangi kapal-kapal China untuk bertransaksi.
Nurdin Maulana (55), seorang nelayan Natuna menyebutkan hasil melaut miliknya dan rekan-rekannya sering menumpuk sejak kapal-kapal asing tidak masuk. “Kepada siapa harus menjual. Kalau tidak ada yang membeli,” ujarnya, Minggu (26/3/2016).
Biasanya nelayan di Natuna dengan ikan hidup yang beratnya satu kilogram, bisa mendapatkan uang satu juta rupiah. Jenis ikan tersebut adalah Napoleon. Selain ikan Napoleon yang ditangkap dari laut, Natuna juga menghasilkan budidaya ikan krapu, macan dan karang, masing-masing dihargai mulai dari Rp 120.000/kilogram, sedangkan krapu tikus mencapai Rp 400.000/ kilogram.
Kebanyakan para pembeli ikan mahal tersebut berasal dari China. Tingginya para pembeli luar negeri di daerah Natuna, diakibatkan minimnya akses jual beli dari ujung utara Nusantara ke daerah lain begitu juga sebaliknya.
Tokoh masyarakat Nelayan asal Natuna, Rodhial Huda, mengatakan, nelayan di Kepulauan Natuna sangat mengandalkan kapal asing. Namun akibat memanasnya perairan Natuna, kapal asing yang beroperasi jadi menurun.
Dia menyesalkan opini yang terbentuk hampir setiap kapal dari luar negeri masuk ke perairan Natuna melakukan ilegal fishing. Selama ini dikatakannya kapal asing sanggup membeli 15 hingga 20 ton ikan hasil Nelayan.
“Mereka mempunyai izin resmi dari pemerintah Indonesia untuk melakukan jual beli perikanan. Dan itu menghidupi kita” ujarnya. Rodhial Huda berharap agar pemerintah pusat hadir dan memberikan solusi, agar ikan hasil tangkapan dan budidaya nelayan tidak rusak akibat tidak sebandingnya produksi ikan dan pembeli.
Sumber : Goriau.com