Kapal Selam Masa Depan Australia Bisa Mendominasi Asia


Pada bulan Februari 2015, pemerintah Australia meminta Produsen kapal selam dari Jerman, Perancis, dan Jepang mengajukan penawaran untuk program pengadaan pertahanan negara terbesar dengan anggaran US$ 50 milyar yang disebut proyek akuisisi SEA-1000, kontrak untuk membangun hingga 12 kapal selam masa depan bagi Angkatan Laut Australia, menggantikan enam kapal selam Collins class.

Teknis persyaratan yang diinginkan Australia adalah kapal selam yang berbobot 4000 ton dengan daya tahan, sensor dan kemampuan siluman melebihi kapal selam Collins class. Dengan sistem tempur dan kemampuannya untuk dimuati persenjataan dari Amerika dan Australia. Dan ketiga kontraktor harus bersedia mambangun kapal selam di home base Australian Submarine Corporation (ASC), di Adelaide, Australia.

Produsen DCNS Perancis menawarkan kapal selam Baracuda class 4000 ton, yang diberi nama Shoffin Baracuda Blok 1A. Namun, program Barracuda Perancis sebelumnya telah mengundang kontroversi. Proyek Baracuda beberapa kali mengalami penundaan dan pembengkakan biaya. DCNS bahkan harus melakukan reorganisasi, termasuk mengganti Direktur Program Barracuda baru pada Oktober tahun lalu.

Sementara Jepang menawarkan kapal selam siluman Soryu class yang dilengkapi dengan sistem propulsi baru baterai Ion Lithium (Jepang negara pertama yang mempelopori penggunaan Ion Lithium di dunia).

Namun kapal selam dari Jepang ini memiliki kekurangan yang tidak disukai Australia. Rata-rata usia pakai kapal selam Soryu Jepang hanya 19-20 tahun, sedangkan Australia mengharapkan setidak-tidaknya kapal selam harus bisa beroperasi hingga 30 tahun, Soryu juga memiliki ruang akomodasi yang jauh lebih sedikit daripada kapal selam Collins.

Australia sebenarnya lebih menyukai sistem propulsi Ion Lithium Soryu dibandingkan dengan Air Independent Propulsion (AIP), namun Ion Lithium merupakan salah satu rahasia militer tertinggi milik Jepang, yang tampaknya Tokyo mungkin tidak mau berbagi teknologi sensitif ini dengan Canberra.

Soryu juga memiliki jangkauan operasi lebih pendek dibandingkan Collins, juga ada kekhawatiran Australia tentang kemampuan lambung Soryu untuk diinstal sistem persenjataan dari AS (torpedo berat-Mk 48 Mod 7 CBASS).

Sedangkan Jerman menyodorkan versi yang lebih besar dari Type 214 (2000 ton), atau Type 216 (4000 ton) yang dilengkapi dengan sistem propulsi baterai Ion Lithium yang dirancang khusus untuk memenuhi permintaan Australia.

Namun versi skala pembesaran dari kapal selam kecil yang pernah dibangun Jerman, masih diragukan pihak Australia karena secara teknis masih beresiko (Australia tampaknya trauma kejadian serupa yang pernah menimpa Collins class).

Apabila nantinya Australia sudah berhasil menetapkan pilihan kapal selam masa depannya (terbaik dari yang terbaik), maka kekuatan bawah lautnya akan menjadi yang terkuat di kawasan, dan setelah merasa inferior dengan Collins class yang terus bermasalah, kehadiran kapal selam yang kuat bisa semakin memperkokoh posisi dan dominasi Australia di kawasan Asia.

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait