B-52 Stratofortress |
Seoul – Rencana Amerika Serikat untuk menempatkan bomber strategis, kapal selam nuklir dan pesawat siluman F-22 di Korea Selatan, diwujudkan dalam waktu cepat. Minggu 10/1/2016, Bomber B52 Stratofortress, terbang di atas Korea Selatan, beberapa hari setelah Korea Utara menguji bom hidrogen pertamanya yang banyak dikritik internasional.
B52 Stratofortress yang mampu mengangkut senjata nuklir, terbang di atas Pangkalan Udara Osan, sekitar 72 kilometer arah selatan perbatasan antar-Korea, dengan dikawal satu jet tempur Korea Selatan dan satu pesawat Amerika Serikat.
Bomber strategis tersebut terbang mengitari langit di atas pangkalan di Korea Selatan, sebelum kembali ke Pangkalan Andersen di Guam di mana unit pesawat itu bermarkas.
Pesawat ini sempat ikut dalam latihan militer gabungan Amerika Serikat – Korea Selatan, yang membuat marah Pyongyang, namun penerbangan B52 Stratofortress di atas Korea Selatan jarang dipublikasikan.
B-52 Stratofortress |
Penerbangan Stratofortress dipublikasikan pada tahun 2013, setelah Korea Utara melakukan uji coba nuklir yang ketiga. Pada saat itu, Amerika Serikat menerbangkan pesawat B52 dan bomber siluman B-2 Spirit ke Korea Selatan, untuk unjuk kekuatan militer melawan Korea Utara.
B52 Stratofortress hadir di Semenanjung Korea, setelah Pyongyang Rabu lalu melakukan uji coba nuklir keempat, yang meningkatkan ketegangan di sepanjang perbatasan Korea.
Komandan Pasukan Angkatan Udara ketujuh Amerika Serikat, Letnan Jenderal Terrence J. OShaughnessy, mengatakan Amerika Serikat mempertahankan sebuah komitmen yang kuat dalam pertahanan Korea Selatan. Komitmen itu termasuk kekuatan yang diberikan oleh pasukan konvensional dan payung nuklir Amerika Serikat, ujarnya dalam pernyataan pers.
B-52 Stratofortress |
“Misi B52 memperkuat komitmen Amerika Serikat terkait keamanan para sekutu kami, dan menunjukkan kemampuan sekutu yang tersedia untuk pertahanan Korea Selatan. Seperti yang ditunjukkan oleh misi hari ini, angkatan udara gabungan AS dan Republik Korea bekerja dan berlatih bersama dan kami sangat siap untuk menghadapi ancaman apapun terhadap persekutuan kami,” ujar Letnan Jenderal Terrence J. OShaughnessy.
Korea Selatan menjadi markas bagi 28.000 pasukan Amerika Serikat dan saat ini kedua Korea secara teknis masih dalam perang arena Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata.
Antaranews.com