Ilustrasi |
Entah bagaimana jadinya jalannya perjuangan Overste (Letkol) I Gusti Ngurah Rai menangkal setiap agresi sekutu dan Belanda di Bali, jika tak mendapati bantuan berarti dari sebuah satuan bernama Pasukan-M, dari Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI – sekarang TNI AL).
Dalam serangkaian pertempuran di Pulau Dewata, sejumlah prajurit ALRI 'turun gunung'. Bermacam situasi yang membuat mereka tak bertempur di laut lepas, melainkan di pedalaman hingga muncul sebutan ALRI 'gunung'.
Salah satunya pada pertempuran sengit di Cangkup, Bali, pada 13 April 69 tahun silam (1946). Beberapa seksi Pasukan-M pimpinan Kapten (Laut) Markadi Pudji Rahardjo, menghadang konvoi tentara Belanda, sekaligus markas Nederlandsch Indië Civil Administratie (NICA) di perkebunan karet, Pulukan.
Kendati gagal, tapi serangan itu membuat Belanda kian waspada dan memperkuat pos-posnya di Cungkup dan Pulukan, hingga setidaknya meringankan beban perlawanan Overste Ngurah Rai, komandan Resimen TKR Teritori Sunda Kecil (Bali-red).
Dua hari sebelumnya, Pasukan-M juga menyerang tangsi Belanda yang sayangnya terlampau kuat di negara. Serangan-serangan itu merupakan beberapa operasi bantuan ALRI mendukung pasukan 'Ciung Wanara' yang dipimpin Ngurah Rai, hingga klimaksnya pada 'Puputan Margarana', 20 November 1946.
Di sisi lain, pada tanggal yang sama, 13 April 1946, juga terjadi pertempuran kecil antara kapal-kapal ekspedisi dari Sulawesi pimpinan Kapten (Laut) Haryanto dengan sejumlah kapal Belanda, di perairan dekat Pulau Sapudi, Madura.
Dikutip dari buku Kronik Revolusi Indonesia Jilid II, peran Pasukan-M di Bali diawali permintaan bantuan senjata Overste Ngurah Rai kepada pimpinan Markas Besar TRI (Tentara Republik Indonesia – sekarang TNI) di Yogyakarta, untuk menghadapi pendaratan besar-besaran sekutu dan Belanda di Bali pada awal Maret 1946.
Alih-alih memberi bantuan senjata yang memang minim, Jenderal Oerip Soemohardjo setelah berkonsultasi dengan Ngurah Rai, akhirnya diputuskan untuk mengirim pasukan dari ALRI.
Kapten (Laut) Albert Waroka bersama Ngurah Rai lebih dulu berangkat ke Bali, sementara Kapten Markadi menyiapkan empat seksi, di antaranya tiga seksi tempur dan satu seksi intelijen, untuk dikirim lebih dulu sebelum tiga seksi lainnya diberangkatkan.
Keberangkatan mereka untuk menyeberangi lautan terjadi pada 5 April 1956 dengan menumpangi sejumlah perahu nelayan. Meski sempat terlibat bentrokan kecil di Selat Bali dengan beberapa kapal patroli Belanda, Kapten Markadi masih bisa mendarat dengan selamat di Bali.
Seiring pentingnya peran Pasukan-M memperkuat perlawanan di Bali, Kapten Markadi turut menjalin persahabatan erat dengan Ngurah Rai, hingga tewasnya Ngurah Rai pada 'Puputan Margarana' pada November 1946.(Okezone)