Cina Perluas Reklamasi di Wilayah Sengketa

Manila – Para pejabat Filipina menuduh Cina memperluas reklamasi di perairan yang disengketakan di Laut Cina Selatan. Filipina sebelumnya telah memperingatkan bahwa Cina sedang membangun sebuah landasan udara di atas tanah reklamasi di Johnson South Reef di perairan itu.

“Kegiatan Cina di barat laut Filipina (Laut Cina Selatan) terus menjadi perhatian serius. Laporan menyebut mereka melakukan pembangunan yang lebih besar di atas tanah reklamasi,” kata Wakil Menteri Pertahanan Filipina Pio Lorenzo Batino pada wartawan, Kamis pagi.

Batino menolak menguraikan kemajuan reklamasi Cina tersebut. Ia hanya mengatakan, “Sangat serius. Terus bertambah (pembangunannya).”


Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Luar Negeri Filipina Evan Garcia menggambarkan pekerjaan reklamasi Cina sebagai “sangat masif”. Ia menyatakan langkah Cina ini mencederai perjanjian antarnegara penggugat Laut Cina Selatan untuk tidak melakukan pembangunan apa pun sampai kode etik yang mengikat disepakati.

“Langkah Cina tidak membantu dalam mencari jalan keluar. Ini bukan contoh dari apa yang semua orang pahami sebagai langkah menahan diri,” kata Garcia.

Sengketa batas wilayah Laut Cina Selatan menyeret sejumlah negara. Cina mengklaim perairan itu sebagai bagian dari wilayahnya, hal yang membuat Brunei, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam yang juga berbatasan dengan perairan itu keberatan.

Filipina tahun lalu menuduh Cina melakukan peledakan pasir dan wilayah bebatuan untuk merebut kembali daerah-daerah di sekitar terumbu karang di laut itu. Negara ini telah mengajukan permohonan resmi kepada PBB untuk menentang klaim Cina itu pada Maret 2014.

Mengomentari kembali memanasnya sengketa Laut Cina Selatan, Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Daniel Russel meminta semua negara bersikap ‘menahan diri’. “Kami percaya bahwa negara besar tidak dapat menggertak negara-negara kecil,” katanya.

Ia menyatakan AS memiliki kepentingan besar dalam hubungan bilateral yang stabil, sehat, dan konstruktif dengan Cina. “Namun AS juga prihatin dengan perilaku yang menimbulkan ketegangan, perilaku yang menimbulkan pertanyaan tentang niat Cina itu,” katanya.

Sedangkan Asisten Menteri Pertahanan AS David Shear mengatakan Washington sangat mendukung upaya Filipina untuk memodernisasi militernya, yang merupakan salah satu yang paling lemah di wilayah tersebut. Dia mengatakan AS telah memberikan US$ 300 juta bantuan militer bagi negara itu sejak tahun 2001 dan akan memberikan tambahan US$ 40 juta pada 2015. (TEMPO.CO)

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait