Pesawat Tempur Siluman Chengdu J-20 (Bagian III)

Chengdu J-20
China sejak lama memiliki kemampuan memproduksi berbagai jenis pesawat tempur secara mandiri. Sama halnya dengan proses pengembangan kapal induk dan rudal balastik, tahapan awal pengembangan pesawat-pesawat tempur China pun teknologinya banyak diperoleh dari Unisoviet/Rusia. China melalui tahapan yang panjang untuk meraih capaian seperti sekarang ini dalam pengembangan dan memproduksi pesawat tempur berbagai jenis dan tipe hingga patut diperhitungkan oleh negara-negara lainnya didunia yang telah lebih dulu menguasai teknologi yang terbilang High-Tech dan modern ini. Segala bentuk usaha dilakukan China untuk mencapai apa yang menjadi tujuan untuk diraih. Mulai dari pengorbanan dana besar untuk membeli pesawat-pesawat tempur dalam jumlah signifikan demi memperoleh Transfer of Technology (TOT) dari negara produsen, pengembangan berbagai proyek pesawat tempur nasional yang melibatkan perusahaan-perusahaan asing sebagai penyedia teknologi pendukung yang belum dikuasai China, meniru teknologi pesawat tempur yang diproduksi oleh negara lain untuk lebih efektif mempersingkat waktu dan meminimalkan biaya pengembangan dan penyelesaian proyek yang dikerjakan karena dalam hal ini tidak diperlukan proses R & D yg memakan waktu dan biaya meskipun apa yang dilakukan China terbilang ilegal, dan China akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan untuk meraih kemandirian, bila perlu dengan mencuri teknologi-teknologi yang diinginkan dari negara lain yang memiliki teknologi tersebut.

Dari berbagai bentuk usaha yang telah dilakukan China, beberapa jenis pesawat tempur telah berhasil dikembangkan dan diproduksi yang hingga saat ini masih aktif digunakan oleh People’s Liberation Army ( PLA ) antara lain Chengdu J-7 dan J-8 merupakan pesawat tempur yang memiliki peran sebagai Interceptor Fighter, J-10/J-16 dengan kemampuan Multirole Fighter, JF-17 merupakan pengembangan bersama antara Chengdu Aerospace Corporation China dengan Pakistan Aeronautical Complex ( PAC ) dan masih ada lagi jenis pesawat tempur lainya yg telah berhasil dikembangkan serta diproduksi oleh China. Berbagai inovasi terus dilakukan China untuk mengembangkan berbagai jenis pesawat tempur canggih dan modern untuk memenuhi kebutuhan People’s Liberation Army (PLA) dan pasar ekspor.

Saat ini China sedang berfokus pada pengembangan pesawat generasi 5 dengan kemampuan siluman. Salah satu pesawat siluman yang masih dalam proses pengembangan adalah Chengdu J-20. Pengembangan awal Chengdu J-20 berasal dari program J-XX yang telah dimulai sejak tahun 1990. Ada berbagai spekulasi muncul dari ambisi China untuk dapat mengembangkan dan memproduksi pesawat generasi 5 Chengdu J-20 terutama berkaitan dengan kemampuan China untuk memenuhi unsur-unsur teknologi yang harus dimiliki oleh jenis pesawat ini, mulai dari kemampuan siluman disegala aspek, kemampuan manuver yang tinggi, sistem avionik yang canggih, mampu mengintegrasikan jaringan data dari sistem sensor dan avionik dan kemampuan multi peran.

Diantara spekulasi yang muncul adalah adanya fakta yang pernah diungkap oleh BBC pada tanggal 24 Januari 2011 yang menyebutkan bahwa teknologi dibalik pesawat siluman Chengdu J-20 sebagiannya didasari pada teknologi yang diusung oleh pesawat siluman F-117 “ Nighthawk “ milik Amerika Serikat yang berhasil ditembak jatuh oleh rudal pertahanan udara Serbia sewaktu terjadi perang Bosnia-Kosovo di tahun 1999. Dari hasil puing-puing pesawat itulah China berhasil memperoleh sebagian teknologi untuk dijadikan dasar pengembangan pesawat silumannya. Karena kedekatan hubungan antara pemerintah China dan Serbia inilah yang menhantarkan China memperoleh akses untuk mempelajari teknologi F-117 “ Nighthawk “ yang berhasil ditembak jatuh militer Serbia. Dari puing-puing pesawat siluman F-117 “ Nighthawk “ China mendapatkan ide dasar bagi pengembangan pesawat siluman Chengdu J-20, China mulai mempelajari dan melakukan reverse-engineering untuk dapat menguasai teknologi dan konsep untuk nantinya digunakan sebagai bagian dari sumber teknologi pengembangan pesawat siluman Chengdu J-20. Kemiripan desain F117 “ Nighthawk “ tampak pada sayap sebelah kiri, kursi lontar pilot, sistem radio dalam pesawat dan kanopi.

Chengdu J-20 Stealth Fighter
Spekulasi lainnya juga mengungkapkan bahwa kemajuan dari proses pengembangan Chengdu J-20 merupakan hasil kerja dari Cyber Army Unit 61398 ( PLA ), yang diindikasikan bahwa organisasi dari Unit 61398 bernaung dibawah PLA General Staff Department. Unit 61398 berhasil mencuri informasi-informasi dan data-data rahasia yang berhubungan dengan perdagangan dan bisnis dari setidaknya 141 perusahaan dan organisasi yang sebagian besarnya dimiliki Amerika Serikat. Diantara perusahan dan organisasi bisnis yang berhasil di bobol antara lain Lockheed Martin, Telvent dan perusahaan-perusahaan lainnya yang merupakan perusahaan dan organisasi bisnis di bidang perkapalan, aeronautics, senjata, energi, manufaktur, engineering, elektronik, keuangan dan software. Spekulasi ini bukan tanpa alasan karena desain dari pesawat Chengdu J-20 memiliki banyak kesamaan dengan F-22 “ Raptor “ Amerika Serikat termasuk proyek pesawat siluman lainya milik China Shengyang J-31 yg memiliki banyak kemiripan desain dengan pesawat siluman F-35 Lightning II Amerika Serikat. Uraian diatas hanyalah sekelumit cerita tentang bagaimana kegigihan China untuk mewujudkan apa yang menjadi tujuannya, menuju kemandirian dalam penguasaan teknologi militer. Gambaran mengenai detail proses pengembangan pesawat siluman Chengdu J-20 penulis coba bahas dimulai dari :

Uji terbang
Uji terbang pertama pesawat siluman Chengdu J-20 berlangsung pada tanggal 11 Januari 2011, sekitar 15 menit dimana pesawat jenis Chengdu J-10S diskenariokan sebagai pesawat pengejar. Perayaanpun dilakukan karena kesuksesan yang diraih dalam uji terbang pertama ini dan dihadiri oleh Li Gang sebagai pilot penguji, Yang Wei selaku Chief Designer serta Jendral Lie Andong yg merupakan Deputy-Director of General Armament. Pada tanggal 17 April 2011, uji coba keduapun dilakukan selama 1 jam 20 menit. Pada tanggal 5 Mei 2013, selama 55 menit uji terbang dan uji coba landing gear dilakukan. Tanggal 26 Februari 2012, pesawat siluman Chengdu J-20 menunjukkan kemampuan Low-Attitude Manuvers. Tanggal 12 Mei 2012, prototipe kedua menjalani tes Taxiing berkecepatan tinggi dan diakhir bulan Mei dilaksanakan uji terbang. Pada tanggal 20 Oktober 2012, Foto-foto baru prototipe Chengdu J-20 pun muncul dengan tampilan pelindung untuk radar AESA yang baru. Pada Maret 2013, tampilan gambar Weapon Bay pun ditunjukkan termasuk rel peluncur rudal. Pada 16 Januari 2014, prototipe Chengdu J-20 dipublikasikan, terlihat sesuatu yg baru pada Intake, Stealth Coating, Vertical Stabilizer dan Electro-Optical Targeting System.

Desain :
Karakteristik
Chengdu J-20 memiliki desain pada badan pesawat yang lebih panjang dan lebar dibanding pesawat siluman lainya yang ada saat ini, dengan nose section dan frameless canopy yang mirip dengan desain F-22 “ Raptor”. Pada kokpit terdapat intake dengan posisi tampak rendah, permukaan canard seluruhnya digerakkan dengan dihedral yang ditempatkan dibelakang intake, diikuti oleh leading edge extensions yang desainnya disatukan ke dalam sayap dengan forword-swept berada dibagian pinggir. Konfigurasi desain dengan mengusung canard delta memungkinkan bagi pesawat Chengdu J-20 untuk berbelok dengan magnitude yang sama tetapi berlawanan dengan sudut serang, sehingga pilot tetap mampu mempertahankan kendali atas pesawat dan pesawat tempur ini akan tetap berkinerja baik dalam kecepatan supersonik, berkemapuan sangat baik dalam perpaduan kecepatan transonik dan supersonik serta adanya peningkatan dalam kemampuan mendarat di landasan pendek dibanding dengan pesawat tempur yang mengusung desain sayap delta konvensional. Pilihan Chengdu J-20 untuk mengusung desain sayap delta memberikan keuntungan aerodinamis. Keuntungan utama yang dapat diperoleh adalah menjadikan pesawat tempur ini memiliki sudut sapu sayap kearah belakang yang cukup besar dengan tepian depan sayap tidak akan berbenturan dengan batas gelombang kejut yang terbentuk oleh moncong badan pesawat, sehingga kecepatan pesawat dapat mendekati atau bahkan melampaui kecepatan transonik hingga akhirnya pesawat mencapai kecepatan supersonik, sudut sapu sayap kearah belakang dapat memperkecil kecepatan udara tegak lurus terhadap tepi depan pesawat dengan demikian memungkinkan pesawat dapat terbang pada kecepatan subsonik, transonik atau supersonik secara maksimal, sementara kecepatan udara diatas sayap untuk mengangkat badan pesawat tetap terjaga agar lebih kecil dari kecepatan suara.

Engine
Prototipe pesawat tempur siluman Chengdu J-20 menggunakan engine Shengyang WS 10 yang merupakan engine hasil pengembangan dan produksi China dengan spesifikasi :

Karakteristik Umum:
Tipe : Afterburning Turbofan
Diameter : 950mm
Dry Weight : 1.630kg

Mesin WS-10
Komponen:
Kompresor : 3 kipas dan 9 tahapan kompresor
Kombustor : Annular
Turbin : 1 tahapan high-pressure dan 2 tahapan low-pressure

Performa:
Max Thrust : 132 Kn dengan afterburn
Bypass Ratio : 0,78 : 1
Air Mass Flow : approx. 124,7kg/s
Turbine Inlet Temp. : 1.750 K ( 1,477 C )
Thrust to weight Ratio : 7,5 – 8

Besar kemungkinan juga China menggunakan mesin AL-31F buatan Rusia pada prototip Chengdung J-20. Setelah pesawat siluman Chengdu J-20 menyelesaikan seluruh tahapan uji coba kemungkinan besar pada saat masuk tahapan produksi pesawat ini diperkirakan akan menggunakan mesin Xian WS-15 yang juga mesin hasil pengembangan China dengan spesifikasi :

Karakteristik Umum:
Tipe : Afterburning Turbofan
Panjang : 5,05 m
Diameter : 1,02 m
Dry Weight : 1.862 kg

Mesin WS-15
Komponen:
Kompresor : Axial

Performa:
Max. Thrust : 18.350 kg / 180 Kn
Turbin Inlet Temp. : 1.477 K
Thrust to Weight Ratio : 10

Ada kemungkinan juga China akan menggunakan mesin AL-41 117S seperti mesin yang dipakai SU-35 pada saat Chengdu J-20 memasuki tahap produksi.

Avionics
Pesawat Chengdu J-20 mengusung fitur glass cockpit, 2 Liquid Crystal Displays ( LCD )beresolusi tinggi dengan posisi berdampingan, 3 display tambahan yg ukurannya lebih kecil dan Hide-up Display ( HUD ) hologram dengan sudut yang luas.

Persenjataan ( Armament )
Weapon Bay utama mampu menempatkan Air to Air Missile ( AAM ) jarak pendek maupun jauh berbagai jenis mulai dari PL-10, PL-12 C/D dan PL-21.

Inilah sekelumit cerita perjalanan China untuk meraih kemandirian dalam pengembangan dan usaha untuk memproduksi pesawat tempur siluman Chengdu J-20. Chengdu J-20 adalah jawaban atas hasil kerja keras China untuk mampu bersaing dalam penguasaan teknologi pesawat tempur generasi 5 yang selama ini menjadi monopoli Amerika Serikat dengan dengan F-22 “ Raptor”nya. Diakhir tulisan ini penulis coba memberikan informasi perbandingan spesifikasi antara Chengdu J-20 “ Black Eagle “ dengan F-22 “ Raptor “.
Chengdu J-20 Black Eagle


CHENGDU J-20 “ Black Eagle “

Focus Model : Chengdu J-20 “ Black Eagle “
Country of Originil : China
Manufacture : Chengdu Aircraft Industry Group
Initial Year of Service : 2018
Production : 4
Crew : 1

Length : 75,46 ft ( 23 m )
Width : 49,21 ft ( 15 m )
Height : 16,40 ft ( 5 m )
Empty Weight : 38.801 lb ( 17.600 kg )
Max. Take Off Weight : 77.162 lb ( 35.000 kg )

Powerplant : 2 x Xian WS-15 turbofan engines developing 27.500 lb thrust each with afterburner.
Max. Speed : 1.305 mph ( 2.100 kmh )
Max. Range : 2.113 miles ( 3.400 km )
Service Ceiling : 59.055 ft ( 18.000 m )
Rate of Climb : 60.000 ft/minute ( 18.288 m/minute )
Hard Point : Internal 8

F-22 Raptor
Lockheed Martin / Boing F-22 “ Raptor “

Focus Model : Lockheed Martin / Boing F-22 “ Raptor “
Country of Original : United State
Manufacturer : Lockheed Martin / The Boing Company
Initial Year of Service : 2005
Production : 195
Crew : 1

Length : 62,07 ft ( 18,92 m )
Width : 44,49 ft ( 13,56 m )
Height : 16,47 ft ( 5,02 m )
Empty Weight : 31.998 lb ( 14.514 kg )

Max. Take Off Weight : 54.999 lb ( 24.947 kg)
Powerplant : 2 x Pratt & Whitney F119-PW-100 afterburning turbofan 35.000lb of thrust each.
Max. Speed : 1.599 mph ( 2.574 kmh )
Max. Range : 2.000 miles ( 3.218 km )
Service Ceiling : 50.000 ft ( 15.240 m )
Rate of Climb : –
Hardpoints : 4 External & 8 Internal

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait