Eurofighter Typhoon Cacat Produksi, Jerman Hentikan Pembelian

Angkatan Udara Kerajaan Inggris (RAF) telah mendeteksi cacat produksi pada pesawat tempur Eurofighter Typhoon, yang menyebabkan Jerman menghentikan pembelian pesawat ini hingga masalah diselesaikan. Berita ini menjadi pukulan berat bagi Eurofighter setelah sebelumnya didera masalah harga.

Kecacatan produksi ditemukan pada sejumlah lubang bor baut pada bagian belakang pesawat, yang mana perusahaan terbesar di Eropa BAE Systems yang bertanggung jawab dalam pengerjaan komponen ini. Tepi lubang bor tidak dirapikan atau dihaluskan sesuai dengan proses produksi standar.

Meskipun belum jelas apakah cacat produksi ini akan berdampak pada umur, fungsi atau dapat membahayakan pilot, namun laman Spiegel Online melaporkan bahwa dalam kasus terburuk, kecacatan ini dapat menyebabkan lambung pesawat menjadi tidak stabil. Sebagai dampaknya, Jerman menolak mengakuisisi Typhoon baru, termasuk 6 unit pada tahun ini.

Terkait masalah ini, baik Angkatan Udara Inggris dan Jerman juga telah menurunkan jam terbang yang direkomendasikan untuk Typhoon, yaitu dari 3.000 jam menjadi 1.500 jam per tahun dengan harapan meminimalisir overstres pada Typhoon.

Menurut seorang juru bicara Eurofighter, masalah ini sebenarnya telah teridentifikasi sejak awal tahun lalu. Yang mana ditemukan saat pengecekan dalam program untuk meningkatkan kualitas pada komponen utama produksi Typhoon. 

Produksi Typhoon dijalankan oleh Eurofighter Jagdflugzeug GmbH, sebuah perusahaan patungan yang berbasis di Jerman yang juga dimiliki oleh BAE Systems, Airbus, dan perusahaan Italia Alenia Aermacchi. Lebih dari 10.000 karyawan dari 400 perusahaan subkontrak di seluruh Eropa dilibatkan dalam setiap produksi Typhoon.

Alberto Gutierrez, CEO Eurofighter GmbH mengatakan pada 2 Oktober bahwa perusahaannya sadar dan aktif menangani masalah kualitas baru-baru ini yang ditemukan pada bagian belakang badan pesawat Typhoon.

"Kami ingin memperjelas masalah, bahwa tidak akan mempengaruhi keselamatan penerbangan, juga tidak berdampak pada armada Typhoon yang saat ini sedang menjalankan operasi," ujar Gutierrez.

Typhoon digambarkan oleh Angkatan Udara Inggris sebagai pesawat tempur multiperan yang sangat lincah. Sebagai produksi bersama, pesawat ini digunakan oleh beberapa negara Eropa yaitu Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol. Baik Jerman dan Inggris telah menempatkan pesanan awal masing-masing 250 unit, dan hingga kini keduanya telah memiliki lebih dari 100 Typhoon di angkatan udaranya. Kemudian Austria, Arab Saudi, dan Oman juga tertarik dan selanjutnya memesan pesawat ini.

Pihak BAE Systems mengatakan bahwa pihaknya akan terus mengirimkan pesawat sesuai dengan kontrak dan jadwal pengiriman yang ditentukan oleh Angkatan Udara Inggris dan Angkatan Udara Arab Saudi. Kementerian Pertahanan Inggris sendiri telah menyatakan bahwa mereka akan terus menerima pesawat dan mengatakan bahwa masalah cacat produksi tersebut tidak berdampak pada pengoperasian Typhoon. 

Menurut seorang juru bicara Eurofighter, pengiriman ke Typhoon ke Spanyol yang tertahan saat ini tidak terkait dengan masalah ini namun terkait masalah komersial. Dalam waktu dekat dialog akan dilakukan lagi untuk memungkinkan pengiriman kembali. Sedangkan pihak Italia, melalui juru bicara pengadaan Kementerian Pertahanan, menyatakan bahwa pesawat-pesawat mereka dalam kondisi yang aman. Pengurangan jam terbang hanya masalah biasa, dan pihak Eurofighter akan menyiapkan solusinya, menurut juru bicara tersebut.

Di lain tempat, di Austria, Peter Pilz, seorang anggota parlemen dari Partai Hijau (Green Party) telah meminta pemerintahnya membatalkan kontrak pembelian Typhoon, dilansir laman The Local. Ia sangat marah karena Austria mengetahui cacat produksi tersebut hanya dari pemberitaan pers, bukan dari perusahaan langsung. Padahal Austria saat ini sudah mengoperasikan 15 Typhoon.

Artileri

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait