Kementerian Luar Negeri Iran menekankan bahwa negara itu tidak akan membuat rudal yang mampu membawa hulu ledak nuklir setelah AS dan sekutu Perancis serta Inggrisnya menuduh Teheran melakukan uji coba peluncuran rudal balistik jarak menengah “berkemampuan nuklir” pekan lalu yang melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB pada kesepakatan nuklir Iran, seperti dilansir dari laman media online berbahasa Jerman, Welt.
“Iran telah memperluas uji coba misilnya pada 2018, dan kini memiliki rudal yang mampu mencapai beberapa negara Eropa”, tulis dokumen intelijen Barat yang dilihat oleh surat kabar Jerman tersebut.
Menurut surat kabar itu, pengujian yang diperluas mungkin merupakan pelanggaran terhadap resolusi DK-PBB yang mendukung Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) 2015, yang menyerukan kepada Iran jangan terlibat dalam kegiatan terkait rudal balistik yang dirancang untuk menggunakan senjata nuklir.
Teheran telah menyatakan bahwa mereka sepenuhnya mematuhi perjanjian nuklir, sedang uji coba rudal ditujukan untuk memastikan pertahanan negara. Awal bulan ini, juru bicara Angkatan Bersenjata Iran Abolfazl Shekarchi mengatakan Iran akan melanjutkan pengujian rudalnya tanpa meminta izin dari negara lain.
Iran setidaknya telah menguji 7 rudal jarak menengah pada 2018, serta 5 rudal jarak pendek dan jelajah, menurut Welt. Termasuk pengujian 3 versi rudal jarak menengah Shabab-3, yang diperkirakan memiliki hangkauan 1.000 – 2.000 km.
Negara tersebut juga menguji setidaknya dua rudal balistik jarak dekat Qiam-1, yang memiliki jangkauan 750 km, dan sebuah rudal balistik jarak menengah Khorramshahr dengan jarak 2.000 km. Selain itu Iran juga meluncurkan lima rudal taktis Zolfaghar berbahan bakar padat (varian dari Fateh-110), yang memiliki perkiraan jangkauan operasional 300 km, dimana 2 dari rudal tersebut diluncurkan menyerang sasaran teroris Daesh (ISIS) di Suriah.
Sebagai perbandingan, sumber-sumber Welt mengatakan bahwa hanya ada empat uji coba rudal jarak menengah, dan satu dari rudal jarak pendek, pada tahun 2017 silam.
Menurut perhitungan Welt bahwa jika Iran akan melancarkan misilnya ke barat laut negara itu, mereka dapat menargetkan negara-negara di Eropa tenggara. Termasuk Rumania, Bulgaria dan Yunani. Surat kabar itu tidak memberikan indikasi apa pun tentang mengapa Teheran mungkin merasa perlu untuk menargetkan negara Eropa.
Tidak satupun, baik itu Jerman, Prancis, Amerika Serikat dan sekutunya Inggris telah menyatakan keprihatinan tentang peningkatan dalam pengujian rudal Iran, tapi Welt mengakui bahwa mengingat atas peningkatan akurasi rudal jarak menengah, dapat dibayangkan bahwa Iran mungkin meningkatkan pengujian amunisi konvensional.
Meskipun Washington secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada bulan Mei, Teheran dan penandatangan lainnya untuk perjanjian nuklir penting 2015 tetap berkomitmen pada perjanjian tersebut.
Rekan penandatangan mulai dari Rusia, China, Prancis, Jerman dan Inggris serta Uni Eropa mengutuk tindakan penarikan diri AS tersebut, sementara Badan Energi Atom Internasional telah menekankan bahwa Iran tetap mematuhi sepenuhnya perjanjian tahun 2015 itu.
Iran diyakini memiliki lebih dari 1.000 rudal balistik jarak pendek dan menengah di gudangnya, dan dilaporkan telah meningkatkan pengujian setelah penarikan AS dari perjanjian nuklir Iran.