Marawi – Pasukan Filipina yang bergerak menyerang posisi kelompok militan di kota Marawi, pada pekan lalu, terperangkap di sebuah daerah bahaya.
Sersan Teknis Mahamud Darang mengatakan angkutan lapis bajanya mendapat tembakan dari petempur berpakaian hitam, granat berpeluncur roket yang memotong lajur pasukan yang sedang menyeberang sungai Agus menuju pusat perdagangan kota Marawi, sebuah kawasan yang dikuasai oleh petempur sejak 23 Mei.
Granat pertama menghantam tanah di depan mereka, ujar Darang kepada Reuters. Dia kemudian melihat si penembak, sesaat sebelum pelaku melepaskan tembakan lagi.
“Dia berada di lantai tiga sebuah bangunan, lalu yang kedua berada dalam kendaraan dan meledakkan-nya,” kata Darang, berbicara dari ranjang rumah sakit, sementara kepala dan bahunya dibalut akibat luka pecahan peluru, dilansir ANTARA, 16/6/2017.
Seorang tentara tewas, sedangkan Darang dan beberapa lainnya terluka. Veteran tentara berusia 21 tahun itu mengalami perdarahan dan memerintahkan rekan-rekannya turun dari kendaraan yang terbakar dan berlindung di bangunan terdekat.
Keempat tentara tersebut kemudian diselamatkan dan dilarikan ke rumah sakit.
Kesatuan lainnya juga menemui situasi yang sama dari para petempur yang berada di dalam gedung, lima sampai sepuluh tingkat tingginya, seperti ketika mereka menyeberangi jembatan Mapandi yang letaknya rendah di atas sungai. Terdapat beberapa yang terkena bom molotov.
Tiga belas tentara tewas dan sekitar 40 lainnya cedera dalam pertarungan 14 jam pada Jumat, sebuah kemunduran besar bagi pasukan pemerintah dan sebuah isyarat bahwa pertempuran untuk merebut kembali kota dari perkiraan sekitar 150 200 petempur yang bersekutu dengan IS akan sulit.
Presiden Rodrigo Duterte telah mengatakan beberapa kali bahwa pertarungan Marawi akan segera berakhir dalam beberapa hari ke depan.
Ketika Duterte mendekati akhir tahun pertama jabatannya, citra kuatnya dapat hancur jika pertempuran terus berlanjut.
Dia dapat terpaksa, mencari dukungan lebih besar dari Amerika Serikat, meskipun bersikap bermusuhan terhadap Washington sejak ia mengambil kekuasaan.
Beberapa tentara pasukan khusus AS menyediakan dukungan teknis di Marawi dalam persiapan yang sudah berlangsung lama, dan sebuah pesawat mata-mata P3 Orion dan pesawat tak berawak telah memberikan bantuan pengintaian, namun pasukan AS tidak terlibat langsung dalam pertempuran tersebut.
Sedikitnya delapan tentara di garis depan di Marawi mengatakan kepada Reuters bahwa para petempur menggunakan penembak jitu dengan tembakan yang akurat, granat dan bom api untuk menahan pasukan yang maju, meski setiap hari pengeboman dan tembakan artileri di posisi mereka terus berlangsung.
Banyak yang berbicara dengan syarat tidak disebut jatidiri karena mereka tidak berwenang untuk memberikan keterangan kepada media.
Militer mengatakan bahwa 290 orang telah tewas, terdiri atas 58 tentara, 206 gerilyawan dan 26 warga sipil. Warga yang melarikan diri dari kota hancur itu mengatakan bahwa mereka telah melihat setidaknya 100 jasad di reruntuhan dan daerah pertempuran.
Pertempuran Marawi, di wilayah Mindanao, Filipina selatan menandai pertama kalinya kelompok IS menguasai wilayah untuk waktu yang lama di Asia Tenggara. Negara terdekat seperti Indonesia dan Malaysia, keduanya memiliki penduduk mayoritas Muslim, merasa khawatir hal tersebut dapat menjadi pemicu kekerasan baru di regional, sebagai aksi gerakan petempur yang menderita kekalahan di Irak dan Suriah.
Sumber : Antara/Routers