Uji coba misil balistik Pukguksong-2 yang dipimpin oleh pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. |
Misil Korea Utara jauh dari kata sempurna, tapi bahaya dapat datang dari potensinya jika dipasangkan di hulu ledak nuklir, ujar beberapa pakar dari Rusia.
Korea Utara sudah meluncurkan empat misil dengan tipe yang tidak diketahui, yang mendarat 350 km dari pesisir Jepang. Menurut analis militer dari TASS, Viktor Litovkin, misil-misil itu berjarak tempuh sedang (500 sampai 1,000 km). “Mereka dibuat berdasarkan misil Soviet R-17 Elbrus (Klasifikasi NATO dan AS: SS-1c Scud B) tahun 1950an.”
Di waktu yang bersamaan, sang analis ragu terhadap kemampuan misil tersebut, sebagaimana “perancangnya gagal mengarahkan misil itu di lintasan yang direncanakan”.
“Tentu saja ini bukan uji coba terakhir; ilmuwan mereka hanya mencoba sistem navigasi misil itu. Mereka jatuh di daerah di mana bahan bakarnya habis.”
Para pakar lebih mengkhawatirkan lagi jika misil ini dipasang di hulu ledak nuklir. “Rusia, AS, dan Tiongkok tidak tahu dengan pasti sejauh mana Pyongyang telah mengembangkan senjata nuklir. Dan, jika hulu ledaknya secanggih misil yang ada di dalamnya, ancaman tidak hanya ada untuk Korea Selatan, tapi juga untuk seluruh daerah (di Asia),” ujar Kepala Pusat Analisis Geopolitik Internasional Kolonel Jendral Leonid Ivashov (pensiun).
Ia mengatakan bahwa meskipun Korea Utara gagal mengembangkan hulu ledak nuklir yang baik — yang akan dipasang di roket pengangkut atau diletakkan di sistem senjata jet tempur — dan hanya menggunakan mesin peledak nuklir, tetap ada risiko tak terduga yang dapat terjadi.
Seseorang sedang menonton peluncuran misil di korea |
Apa yang akan Rusia lakukan?
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Rusia, Jepang, dan Tiongkok mungkin akan membicarakan masalah ini.
“Kami sangat khawatir dengan peluncuran misil Korea Utara. Ini menyebabkan meningkatnya tensi di sana. Kami meminta berbagai pihak untuk siap siaga, dan coba bernegosiasi dengan negara manapun yang ingin mengatasi masalah ini,” ujarnya kepada koran Kommersant.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un memantau uji coba misil balistik Pukguksong-2 |
Menurut peneliti senior di Institut Studi Timur Jauh dan Sekolah Tinggi Ekonomi (HSE) Moskow, Vasily Kashin, Moskow tidak akan mengerahkan kontingen militer tambahan atau memperkuat sistem pertahanan misilnya, meskipun daerah maritim Rusia berbatasan dengan Korea Utara.
“Kami tidak akan mengambil langkah sepihak yang agresif, tapi kami akan fokus dengan jalur diplomatik melalui Dewan Keamanan PBB. Kemungkinan besar akan ada sanksi baru, seperti membatasi kiriman barang ke Korea Utara dan menutup banknya di luar negeri. Bagaimanapun juga, sepertinya cara-cara ini tidak akan efektif,” ujarnya.