AS Cegah Integrasi Eurasia Oleh China dan Rusia


Selama hampir satu abad para geo-strategis Inggris dan Amerika berusaha mencegah Rusia-Jerman dan Rusia-Cina memulihkan hubungan karena dianggap sebagai ancamam yang mampu meruntuhkan dominasi AS dan Inggris. Demikian juga China yang mencetuskan proyek “Satu Tali, Satu Jalan” (OBOR – One Belt One Road) dianggap oleh para analis geo-politik AS sebagai suatu ancaman.

Dunia saat ini menahan napas untuk melihat apakah pengganti Obama akan menghapuskan strategi kebijakan luar negeri Washington yang bertujuan mengganggu stabilitas Eurasia, Dr. Christina Lin, seorang teman di Pusat Hubungan Transatlantic di SAIS- Universitas Johns Hopkins, mencatat.

“Dunia sekarang menunggu dan menahan napas untuk melihat apakah pemilu AS November nanti akan mengantar era baru pada dunia multi-partner untuk menghadapi tantangan global seperti anti-teroris, atau masuk ke dalam perang dingin baru yang menggenjot rezim perubahan untuk melakukan konfrontasi dan dominasi di dunia multi-polar”, Dr. Lin tulis dalam artikel untuk Asia Times.

Dari situ tampak bahwa akar strategi luar negeri AS bergerak jauh ke paradigma geo-politik Halford Mackinder yang dijuluki dengan “Teori Heartland.”

Mackinder (1861 – 1947), ahli geografi, akademik dan politisi Inggris yang menganggap benua Eurasia sebagai “pusat” dari politik global dan menyatakan bahwa kekuatan yang mengendalikan Eurasia (“Heartland”) dapat mempengaruhi dunia.

Di sisi lain, sebagai orang Inggris, Mackinder menyatakan keprihatinan tentang aliansi Rusia-Jerman yang mengancam posisi geo-politik kekaisaran Inggris.

Dalam esai terkenalnya “Sejarah Poros Geografis” yang ditulis pada tahun 1904, Mackinder menarik perhatian pada fakta bahwa jika Eurasia terintegrasi melalui jaringan rel kereta api, secara signifikan akan menyeimbangkan perdagangan dunia dan mengurangi pentingnya Inggris sebagai kekuatan laut global.

Halford Mackinder (1861–1947)
“Jalur kereta api Rusia memiliki panjang 6000 mil dari Wirballen di wilayah barat hingga ke Vladivostok di wilayah timur… Benar, bahwa jalur kereta api Trans-Siberia masih menjadi satu-satunya jalur komunikasi penting, tetapi abad ini tidak akan lama sebelum seluruh Asia terhubung dengan jalur kereta api”, perkiraan Mackinder.

“Jarak antara Kekaisaran Rusia dan Mongolia yang begitu luas, dan potensi mereka dalam populasi, gandum, kapas, bahan bakar, dan logam yang begitu besar, bahwa semua itu tidak dapat dihindari bahwa dunia ekonomi yang luas, lebih atau kurang terpisah, dimana akan ada pengembangan melalui akses perdagangan laut”, ia memperingatkan.

“Pengembangan penuh mobilitas jalur kereta api modern (Rusia) hanyalah masalah waktu. Juga ada kemungkinan bahwa setiap revolusi sosial yang mungkin akan mengubah hubungan penting (Rusia) pada batas geografis yang besar keberadaannya”, akademisi Inggris meramalkan.

Lebih dari seratus tahun telah berlalu sejak perkiraan Mackinder, tapi keharusan geo-politik utama tetap utuh. Setelah runtuhnya Uni Soviet, Rusia terus mempertahankan hubungan dekat dengan Jerman di wilayah barat dan negara-negara pecahan Soviet dipinggiran Asia Tengah hingga ke selatan. Pada saat yang sama Moskow terus melanjutkan kerjasama dengan Beijing disebelah timur.

Mimpi buruk terbesar Mackinder adalah bahwa ramalannya menjadi kenyataan dimana Beijing kembali mencetuskan inisiatif OBOR pada tahun 2013 oleh Presiden China Xi Jinping. Proyek bervisi pada penciptaan jaringan rel kereta api berkecepatan tinggi yang akan membentang dari Shanghai hingga ke Berlin.

Peta ini menunjukkan rencana China untuk membuat “jalan sutera baru”, termasuk jalur transportasi yang luas dan link logistik melalui darat dan laut.
Bisa ditebak, integrasi Eurasia ini lebih lanjut tidak bermain dalam genggaman Amerika Serikat bahkan mengancam keseimbangan kekuatan global yang mendukung rencana Heartland ini.

“Bahwa Amerika Serikat ingin menghentikan koalisi antara Jerman dan Rusia karena kombinasi dari ibukota Jerman dan teknologi dengan sumber daya alam Rusia serta tenaga kerja dapat melawan dominasi Amerika. Hal itu bergerak untuk mengacaukan dan membuang keseimbangan negara di Eurasia terhadap proyek OBOR China yang akan membantu integrasi ekonomi Eurasia dan mengurangi wilayah tak bertuan bagi organisasi teroris untuk berkembang”, Lin menekankan.

Lin mengutip George Friedman, pendiri dan kepala intelijen swasta, Stratfor. Pada Februari 2015 Friedman menyampaikan pidato didepan Dewan Chicago yang berpengaruh pada Urusan Global.

Pendiri Stratfor menguraikan bahwa Amerika Serikat menciptakan “barisan penghalang” di sekitar Rusia, memisahkannya dari Jerman yang melibatkan negara-negara Eropa Timur dalam genggaman Amerika.

“Kepentingan primordial dari Amerika Serikat yang selama satu abad kita perjuangkan – (Perang Dunia) Pertama, (Perang Dunia) Kedua dan Perang Dingin – hubungan antara Jerman dan Rusia, karena bersatu maka mereka adalah satu-satunya kekuatan yang bisa mengancam kita, dan memastikan bahwa hal itu tidak boleh terjadi”, Friedman menekankan, banyak persamaan dengan paradigma geopolitik Mackinder.

“Bagaimanapun kita kembali pada permainan lama”, kata Friedman.

Friedman tampaknya mengacu pada rumus yang dicetuskan oleh Sekretaris Jenderal pertama NATO (1952-1957) Jenderal Hastings Lionel Ismay: “Untuk menjaga Rusia keluar, Amerika Serikat pada, dan Jerman turun.”

Lin menggarisbawahi bahwa AS juga menyadarinya dengan menerapkan strategi “memecah dan menguasai” Asia Tengah dan Asia Timur. Dia mencatat bahwa sejak AS tidak memiliki sumber daya untuk menempati semua Eurasia maka dimulai dengan mendukung negara-negara yang bersaing, secara simultan mengipasi api diantara mereka, sehingga mereka menjadi kewalahan dengan masalah mereka sendiri.

Lin menekankan bahwa proposal Friedman untuk “melakukan serangan gangguan” seperti di Vietnam, Irak dan Afghanistan untuk mencampakkan keseimbangan mereka seperti kita (AS) lakukan dengan al-Qaeda di Afghanistan, jelas mengancam proyek OBOR China.

Neo-konservatif AS dan pendukungnya saat ini terlibat dalam gaya Perang Dingin untuk menciptakan lebih banyak negara “tidak seimbang”. Sebagai akibatnya, semakin banyak wilayah tak bertuan di Eurasia yang akan diisi dengan radikalisme dan terorisme, seperti Daesh (ISIS/ISIL), Lin memperingatkan.

Secara kontras, proyek-proyek seperti OBOR ditujukan untuk membatasi “wilayah tak bertuan” yang dapat digunakan organisasi teroris untuk berkembang.

Pertanyaan yang muncul dibibir setiap orang adalah apa yang akan menjadi kebijakan luar negeri Washington setelah pemilu November.



Sumber: Sputniknews

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait