Khrisna Murti: Gaya Polisi Harus Seperti dalam Film-film

Direktur Resesrse Kriminal Umum, Komisaris Besar Polisi Krishna Murti, saat menjelaskan tentang pemeriksaan Jessica.
Jakarta - Sosok Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti belakangan populer. Namanya mencorong lantaran berhasil mengungkap sejumlah kasus yang menyita perhatian publik. Sejak 13 Mei 2015, ia resmi menjabat Ditreskrimum menggantikan Komisaris Besar Heru Pranoto.

Krishna mengisahkan saat berusia muda tidak terpikirkan untuk menjadi anggota Polri yang melekat dengan seragam serba cokelat itu. "Rata-rata tidak tahu polisi maunya jadi reserse. Akan tetapi, kalau anak polisi, ingin menjadi lalu lintas, kalau saya kan tidak tahu polisi karena tidak mengerti," kata Krishna.

Setelah malang melintang menjadi bagian dari Polri, pria kelahiran 15 Januari 1970 itu ingin membawa perubahan positif terhadap wibawa, karakter, dan image anggota Polri. Krishna Murti menyatakan salah satu kebijakan perubahan itu ialah gaya polisi harus seperti dalam tayangan film.

Agar polisi bisa menjadi idola masyarakat, Krishna berpandangan anggota polisi harus berpakaian menarik. Misalnya, celana bermodel, karena polisi satu-satunya institusi yang setiap hari masuk media televisi. Krishna membandingkan Polri dengan instansi lain, seperti TNI atau pejabat pemerintah daerah (pemda), yang masuk pemberitaan media massa saat menggelar event saja.

Menurut perwira menengah kepolisian itu, saat ini, baik kamera televisi maupun media massa lain, merupakan branding bagi penampilan anggota Polri dalam mengamankan, mengungkap kasus, dan tugas mengatur lalu lintas.

Krishna menekankan juga aparat kepolisian tidak hanya mengandalkan penampilan, tapi juga harus ditunjang dengan kemampuan dalam mengungkap kasus. "Kalau pengungkapan bagus, penampilan tidak bagus, akan percuma. Jadi keduanya harus bagus," tutur lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1991 itu.

Salah satu branding untuk meningkatkan karisma anggota Polri ialah dengan mengenakan merchandise bertuliskan "Turn Back Crime" (TBC). Krishna memopulerkan branding TBC yang menempel pada kaus biru tua dengan tulisan kuning dan putih agar masyarakat mudah mengingat keberadaan anggota Polri ketika terjadi tindak pidana.

Ia menilai anggota Polda Metro Jaya tidak dapat dibandingkan dengan anggota Polri di Bandung, Medan, Makassar, atau kota besar di seluruh Indonesia. "Polda Metro Jaya sebanding dengan (polisi) New York, Tokyo, London, dan Beijing. Bahkan, Singapura dan Kuala Lumpur tidak sebanding," ucap Krishna.

Karena itu, anggota Polda Metro Jaya harus meniru gaya anggota di kota besar negara lain dengan tingkat kompleksitas yang tinggi dan penampilan bagus. Bahkan Krishna mencetuskan moto "komandan keren itu sudah biasa, tapi anak buah lebih itu luar biasa" sehingga anggota Ditreskrimum Polda Metro Jaya harus berpenampilan menarik didukung kemampuan yang terbaik.

Beberapa kasus yang sudah diungkap oleh Khrisna dan timnya adalah kasus pembunuhan ibu-anak di Cakung dan kasus bom Alam Sutera. Namun janji Krishna soal kasus pembunuhan mahasiswa Universitas Indonesia bernama Akseyna Ahad Dori belum terbayar. "Saya ingin ungkap kasus pertama pada 2016, yakni kasus Akseyna. Ini membuat saya semakin bersemangat dan sedang kencang-kencangnya menyelesaikan kasus ini," kata Krishna di Polda Metro Jaya, Rabu, 6 Januari 2016.

ANTARA

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait