Jet tempur Rafale buatan perusahaan Perancis, Dassault, memiliki berbagai kemampuan. Selain bisa digunakan untuk bertempur, pesawat ini juga bisa digunakan utnuk menjalankan misi pengintaian. |
Pemerintah Qatar, Senin (4/5/2015), menandatangani kesepakatan bernilai miliaran dollar AS dengan perusahaan pertahanan Perancis, Dassault, untuk membeli 24 jet tempur Rafale.
Kesepakatan itu ditandatangani CEO Dassault Eric Trappier dan Jenderal Ahmed al-Maliki, yang bertanggung jawab atas negosiasi bernilai 7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 91 triliun itu.
Dalam upacara penandatanganan kesepakatan itu, Presiden Perancis Francois Hollande mengatakan, Qatar telah membuat "pilihan yang bagus" dalam hal pembelian pesawat tempur.
Menteri Pertahanan Qatar Hamin bin Ali al-Attiyah dan rekannya dari Perancis, Jean-Yves Le Drian, juga menandatangani kesepakatan terpisah. Dalam kesepakatan itu, Perancis akan melatih 36 pilot Qatar dan 100 teknisi yang nantinya akan menerbangkan dan merawat ke-24 jet Rafale itu.
"Kesepakatan ini merupakan kesuksesan bagi Dassault dan hasil kerja keras tim kami," ujar CEO Dassault Eric Trappier.
Setelah selama bertahun-tahun gagal menjual satu pun jet Rafale ke luar negeri, Dassault belakangan mencetak serangkaian kesuksesan penjualan, antara lain dengan Mesir, India, dan yang terbaru, Qatar.
Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius belum lama ini mengatakan, pembicaraan dengan Pemerintah Uni Emirat Arab terkait rencana pembelian pesawat ini juga menuju "ke arah yang benar". (KOMPAS)