Pakar independen bidang pembuatan roket Mikhail Timoshenko menjelaskan bahwa proyek Bulava telah berlangsung selama 15 tahun. “Padahal gagasan dibuatnya proyek ini adalah mengoptimisasi biaya dan mempersingkat waktu pembuatan senjata berkat adanya unifikasi roket bagi Angkatan Darat dan Angkatan Laut Rusia sekaligus,” terang Timoshenko pada RBTH.
“Sudah banyak uang yang dikeluarkan, dan proyek yang tadinya ekonomis kini menjadi terlalu mahal. Namun tidak mungkin menghentikan proyek Bulava begitu saja, karena kapal selam tenaga nuklir kelas Borey diciptakan dan dirancang untuk rudal tipe tersebut,” terang Timoshenko.
Kapal selam strategis kelas Borey ditujukan untuk melanjutkan pembaharuan armada laut Rusia. Kapal selam ini dirancang untuk mengirim 16 hulu ledak nuklir hingga jarak delapan sampai sembilan ribu kilometer.
Sedangkan kapal selam modifikasi yang lebih canggih seperti Borey-A akan mendapat rudal dalam jumlah yang lebih besar. Jika kapal selam kelas Borey seperti Yuri Dolgoruki, Vladimir Monomakh dan Aleksander Nevski saat ini memiliki 16 rudal, maka proyek kapal selam Borey-A seperti Knyaz Vladimir dan Knyaz Oleg akan mendapat 20 rudal.
Setiap unit rudal mampu membawa enam sampai sepuluh hulu ledak nuklir hipersonik dengan berat 100-150 kiloton, yang dapat mengubah ketinggian dan arah lintasan mereka.
Di Bawah Lapisan Es Arktik
Setelah kapal selam kelas Borey dipersenjatai roket generasi baru, mereka akan dikirim ke zona penempatan militer masing-masing. Kapal selam Aleksander Nevski seharusnya sudah dikirim untuk memperkuat Armada Samudra Pasifik Rusia, namun akhirnya diputuskan untuk ditunda hingga 2015.
Bersamaan dengan Aleksander Nevski, kapal selam Vladimir Monomakh juga akan masuk dalam kekuatan Armada Samudra Pasifik, yang telah berhasil melalui semua uji coba yang diharuskan. Kapal tersebut secara resmi akan diserahkan pada Angkatan Laut Rusia akhir tahun ini.
Menurut narasumber dari Kementerian Pertahanan Rusia, menjelang akhir musim panas-awal musim gugur 2015 nanti, Aleksander Nevski akan membawa amunisi rudal Bulava dan menjalankan tugas militernya dengan melakukan perjalanan di bawah lapisan es Arktik, dari pangkalan Armada Utara menuju pangkalan Armada Samudra Pasifik.
Di sana, Aleksander Nevski akan masuk dalam divisi 25 kapal selam laut (Kamchatka) dan menjalankan penugasan militernya. Selang beberapa waktu setelah itu, perjalanan serupa akan dilakukan juga oleh kapal selam tenaga nuklir Vladimir Monomakh.
Hingga 2020, Angkatan Laut Rusia akan mendapat delapan unit kapal selam rudal strategis proyek Borey dan Borey-A.
Sesuai Kebutuhan
Proyek pembaharuan kapal selam nuklir strategis yang sedang berjalan saat ini sangat sesuai dengan kebutuhan angkatan bersenjata Rusia.
Pakar kelautan independen Yuri Vedernikov menerangkan bahwa jumlah kapal selam strategis kelas Delfin (kelas Delta IV) dan Kalmar (kelas Delta III) yang dimiliki Rusia tinggal sedikit sekali.
“Menimbang faktor usia pemakaian kapal selam kelas Delfin dan Kalmar yang telah berlangsung selama 25 tahun, masuknya kapal-kapal selam strategis baru ke dalam kekuatan Angkatan Laut Rusia tentu sesuai dengan kebutuhan armada tersebut,” kata Vedernikov pada RBTH.
Pada 2012 lalu, masa tugas kapal selam Delfin dan Kalmar di Angkatan Laut Rusia diperpanjang sampai paling tidak hingga tahun 2015 karena akan diperbaiki.
Proses Unifikasi Mahal
Proyek ini diserahkan pada Institut Teknologi Termal Moskow (ITTM) pada akhir era 1990-an. Sebelumnya, institut tersebut pernah membuat rudal balistik darat Topol-M. Pada saat penyerahan proyek Bulava, 75 persen pekerjaan sudah dilakukan oleh Makeyev Rocket Design Bureau. Biro Desain Makeyev merupakan pusat pembuatan dan pengembangan roket Angkatan Laut Uni Soviet dan Rusia. Proyek akhirnya diserahkan pada ITTM setelah beberapa kegagalan uji coba rudal strategis laut.
“Usaha unifikasi rudal tersebut dengan mengunakan biaya yang minim di tempat pengembangan baru ternyata tidak berhasil,” kata Timoshenko. Ia menyayangkan harapan pembuatan rudal gabungan untuk angkatan darat dan angkatan laut tersebut tidak memiliki dasar yang kuat.
Bisa Gagal
Adapun kegagalan proses peluncuran bisa jadi berhubungan dengan tidak adanya standar uji coba yang baku. Selama beberapa tahun, usaha uji coba telah mengalami kegagalan.
Menteri Pertahanan Sergey Shoygu memerintahkan uji coba peluncuran dilakukan tidak kurang dari lima kali, sebelum mengizinkan kapal selam tersebut menjalankan tugas dengan menggunakan rudal.
Perwakilan Kementerian Pertahanan Rusia Mayjen Igor Konashenkov mengumumkan keberhasilan peluncuran rudal balistik antarbenua dengan hulu ledak nuklir Bulava di poligon militer Kura, Kamchatka, Rusia pada Rabu (10/9) lalu.
Pada musim gugur 2014 ini, akan dilaksanakan peluncuran rudal berikutnya dari kapal selam Aleksander Nevski.
RBTH INDONESIA